Pertemuan Orang Tua Murid

5 Okt

Aku tidak tahu apakah di Indonesia ada seperti ini. Dulu saya pernah dengar ada istilah POM, mungkin ini sebangsa PTA (Parent Teacher Association), dan aku tidak tahu seberapa sering mereka berkumpul dan membicarakan apa saja.

Kemarin aku mengikuti hogoshakai 保護者会 kelasnya Riku. Setiap tahun 3-4 kali diadakan pertemuan orang tua murid bersama gurunya untuk membahas perkembangan anak-anak. Kemarin adalah pertemuan terakhir di semester ganjil karena hari ini Riku menerima raport yang dinamakan Ayumi (あゆみ) artinya “langkah”. Pertemuan itu mulai pukul 3 siang, padahal aku musti mengajar sampai pukul 2:30. Dan butuh satu jam untuk pulang…. Terpaksa aku mempersingkat pelajaran sebelum waktunya selesai, dan lari pulang. Dari stasiun aku masih harus naik sepeda dan melewati jalan tanjakan. Tapi hebat, aku bisa sampai teng jam 3 di depan kelasnya Riku. Gurunya juga heran melihat aku, karena sebelumnya aku sudah memberitahukan bahwa aku akan terlambat.

Kami masing-masing menempati tempat duduk anaknya yang sudah disusun bentuk U mengelilingi guru. Sebelum mulai, kami menerima agenda pertemuan dalam selembar kertas dan gurunya berbicara menurut topik yang tertulis. Bahasan pertama adalah : Menoleh ke belakang, selama satu semester (Evaluasi) . Guru memberitahukan kami perkembangan murid-murid di matanya selama satu semester. Katanya dibanding 6 bulan yang lalu, murid yang masih kekanakan itu sudah berkembang menjadi setengah remaja. Contohnya anak-anak laki-laki sudah mulai memperlihatkan perhatian pada lawan jenis, dan bergerombol membicarakan “cewe” yang ditaksir (hihihi di mana aja sama ya?)  dan teman-temannya memberi advis bagaimana cara “mengaku” bahwa si A itu suka pada cewe itu… kokuhaku 告白. Guru Riku memang laki-laki jadi cukup dekat dengan anak laki-laki, sehingga merasa lucu dan mungkin ada waktunya untuk mengontrol pembicaraan soal lawan jenis sehingga yang perempuan juga tidak terganggu. Ini soal kehidupan, sedangkan soal pelajaran, ya memang pelajaran Kanji yang paling sulit dan merupakan momok untuk hampir semua anak. Setiap tahun jumlah kanjinya bertambah terus dan memang kanjinya sulit-sulit.

Gurunya juga menjelaskan bahwa rapor yang dibagikan hampir semua tidak bermasalah. Seperti yang pernah kutulis di sini, raport Jepang untuk kelas 4 SD hanya ada 3 penilaian yaitu “yoku dekiru よくできる bisa sekali, dekiru できる bisa dan mou sukoshi もうすこし sedikit lagi”, bukan berupa angka seperti di Indonesia. Juga tidak ada ranking kelas apalagi juara-juaraan. Tapi yang dinilai kebanyakan adalah sisi moralnya, bagaimana bersikap di kelas, apakah menjalankan tugas yang diberikan atau tidak. Seperti Riku, semester ini menjadi petugas lampu dan jendela, jadi apakah dia menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab atau tidak. (Barusan Riku pulang dan memberikan ayuminya, lumayan lah hasilnya)

Selain membicarakan perkembangan selama satu semester yang telah lewat, gurunya juga menerangkan rencana-rencana di semester ke 2 seperti ada 3 kali kunjungan masyarakat yaitu ke Dinas Pengolahan Air Limbah, planetarium dan keliling Tokyo, serta 3 kali kegiatan bersama dengan SLB yang berada dekat SD nya Riku. Kegiatan bersama ini aku rasa hebat karena anak-anak bisa mengetahui bahwa ada anak-anak juga yang tidak seberuntung mereka karena cacat mental. Aku tidak tahu apakah SD Riku ini bisa mengadakan kerjasama karena letaknya yang dekat, atau ada SD lain yang juga punya program semacam ini.

Setelah penjelasan dan pengumuman gurunya, kami orang tua murid, diberi kesempatan untuk bicara, memberitahukan perkembangan apa yang menyolok dari anak-anaknya, dan apa yang kurang atau perlu diperhatikan. Kebanyakan ibu-ibu menyampaikan bahwa selama 6 bulan anaknya mulai rajin, bisa belajar dengan tenang, tidak suka lupa barang, atau membantu pekerjaan rumah dengan masak bersama dll. Pas giliran aku, aku juga menyampaikan bahwa Riku menjadi lebih dewasa, sampai sering memperingati aku agar tidak kecapaian, atau kalau ada yang perlu dibeli biar dia yang belikan di toko terdekat bahkan memperhatikan adiknya. Kadang aku merasa Riku menjadi dewasa karbitan terlalu cepat, padahal dia masih anak-anak. Itu kusadari waktu dia menangis jika bertengkar dengan adiknya. Rupanya dia juga masih anak-anak. Wajar kan.

Selain itu aku menceritakan kepada gurunya mungkin anak-anak laki-laki itu belajar untuk approach anak perempuan karena mengikuti acara TV anak-anak Piramekino. Karena ada suatu tayangan bagaimana caranya anak lelaki “menyatakan cinta” pada teman ceweknya. Aku sendiri selalu ikut menonton acara TV itu, sehingga aku langsung memperingati Riku jangan seperti itu, kalau mau kokuhaku, liat dulu si cewe itu ada perhatian juga ngga. Karena sakit loh patah hati itu hahahhaa. Dan selama aku menceritakan soal TV ini, ternyata ibu-ibu yang lain jadi rame, karena mereka juga menganggap acara itu “tidak berbobot” sama seperti aku :D. Dan gurunya tidak tahu acara ini karena pada jam tayang jam 6:30, dia masih di sekolah, jadi tidak tahu sama sekali. Jadi aku sarankan merekam acara itu sehingga bisa tahu trend anak-anak jaman sekarang seperti apa. Karena mau melarang Riku untuk tidak menonton acara itu juga tidak bisa, karena teman-temannya menonton. Kasihan Riku jika tidak ada topik percakapan yang sama dengan teman-temannya kan?

Jadi gurunya Riku berterima kasih sekali karena aku menyebutkan acara TV yang mungkin bisa menjadi bahan trend anak-anak. Rupanya selama ini dia tidak tahu keberadaan acara ini. Senang juga aku bisa bicara yang berguna bagi gurunya, juga bagi ibu-ibu yang bekerja dan tidak bisa menemani anak-anaknya menonton TV. Inilah pentingnya ada pertemuan orang tua murid, hogoshakai, sehingga ibu-ibu (atau bapak) bisa mengetahui perkembangan anaknya, juga sekaligus  kehidupan berteman di sekolah. Karena semakin tinggi kelasnya (kelas 5 dan 6) akan lebih rumit lagi masalah-masalah yang dihadapi anak-anak, baik di bidang pergaulan atau pelajaran. Pentingnya pertemuan ini sangat aku sadari, sehingga aku selalu mengusahakan untuk datang. Dan ini jauh dari gosip di luar sekolah antar ibu-ibu, karena resmi dengan dipimpin gurunya. Biasanya pertemuan ini hanya berlangsung maksimal 1,5 jam sehingga tidak bertele-tele dan tidak buang waktu, langsung to the point. Tentu saja tanpa makan dan minum, bukan untuk nge-rumpi deh 😀 Sayang kegiatan ini tidak bisa aku foto, karena sulit mendapatkan ijin dari semua pihak terkait. Begitu masuk gedung sekolah, kami tidak bisa seenaknya memotret, karena berkaitan dengan privacy right kojin jouhou 個人情報。

11 Replies to “Pertemuan Orang Tua Murid

  1. saya rasanya sekarang kebanyakan sekolah di indonesia juga sudah mulai menganut tidak ada ranking ya… tidak tahu kalau sekolahnya negeri.

    Tapi sekolah anak saya juga sudah tidak menggunakan ranking… jadi ya cuma 3 atau 5 macam penilaian, layaknya sebuah questioanaire.. hehehehe…

    pertemuan guru dan orang tua memang sangat dibutuhkan, karena sebenarnya pendidikan disekolah tidak akan berhasil kalau hanya guru saja yang aktif. Maka kerja sama dengan pertemuan itu adalah cara yang paling mudah.

    Di indonesia banyak loh yang ga datang orangtuanya kalau ada acara seperti ini…. hehehe

  2. Kalau di Indonesia, pertemuan orang tua murid diadakan hanya jika akan “itung2an” ongkos yg harus dibayarkan Bu…
    Kalau mbahas kemajuan siswa ada, tapi frekuensinya kecil dan nggak terlalu serius.
    Kalaupun ada juga nggak tau entah di sekolah mana…
    Kalau saya sich hampir tiap hari selalu mengadakan pertemuan dengan orang tua murid.
    Bukan karena rajin, tapi karena istri sayapun orang tua murid juga….
    Istri dan anaknya istri saya pernah jadi murid saya 😀

  3. Kklo di sini ga tau deh Mba Em ada ato nggak. Tapi emang bagus manfaatnya. Bahkan gurunya sampe berterimakasih ya diberi tahu acara tv seperti itu. Kklo guru di sini dikasih tahu judul sinetron yang belum cukup umur itu gimana ya reaksinya.
    Raport tanpa sistem ranking bagus ya Mba Em. Biar orang tua tidak terjebak memaksa anak masuk ke jalur balapan gak jelas.

  4. bener tuh kata pak Mars
    di sini mah kebanyakan klo ada pertemuan orang tua murid ngomongin biaya2 doang 😀
    bukan mbahas tentang anak2 mereka
    bagus sekali hal ini jika ditiru sekolah2 di Indonesia hehehe

  5. POM itu kayaknya perkumpulan (atau perwakilan ya?) orang tua murid. jadi pertemuan antara orang tua murid untuk membahas apa yang bisa dibuat untuk kemajuan sekolah. misalnya ngomongin kegiatan extrakurikuler, atau anggaran/budget, atau kalo ada acara2 kayak bazaar, dll.

    kalo disekolah andrew disini disebutnya booster club. jadi biasanya para orang tua yang ikutan booster club (siapa aja boleh ikut kalo mau) nanti ngebahas tentang kegiatan2 fundraising atau acara2 sekolah kayak acara halloween, international festival, dll. mereka yang koordinasi semuanya.

    kalo pertemuan antara orang tua dan guru untuk membahas perkembangan anak sih kalo di indonesia ya seharusnya dilakukan saat pembagian rapor ya. disini pun juga gitu, dilakukan saat report card yaitu 3 kali dalam setahun. tapi kalo ada yang urgent, biasanya ya after school orang tuanya dipanggil ama gurunya.

    oh sama kalo disini, setiap awal taun ajaran ada yang namanya back to school night. ini juga pertemuan orang tua dan guru kelas, dimana gurunya menjelaskan tentang kurikulum dan apa yang di expect dari anak selama setahun kedepan. tapi ini sifatnya lebih general, gak mendiskusikan per anak.

  6. Waahh.. aku rasa di sekolah negeri di indonesia gak ada deh mbak pertemuan seperti ini.. hmmm.. difikir emang seharusnya jangan di ranking yak anak anak itu.. mudah mudahn kalau aku udah punya anak sistem pendidikan di indonesia udah maju deh.. gak kayak sekarang 😀

  7. Memberikan masukan yang positive dan berguna ke sekolah dan guru, bukan saja baik untuk sekolah dan orangtua yang lain, tapi kadang-kadang membuat kita juga jadi ikut semangat ya Mbak..

    Di sekolah anak saya juga 6 bulan sekali ada pertemuan antara guru dengan orangtua murid yang membahas perkembangan anak – biasanya masalah akademis dan kemajuan bersosialisasinya. Cukup beruntung juga, karena para gurunya masih mau mendengar masukan dan keluhan kita.

  8. Di sekolah tempatku ngajar dulu juga beberapa kali ada pertemuan orangtua/wali murid… banyak yang nggak bisa datang, karena mereka kerja. Kalau di adakan hari Sabtu, dalihnya hari keluarga jadi liburan ke Puncak, Bandung dll..

    Pernah juga undangan pertemuan orangtua/wali murid begini, ternyata isinya masalah dana melulu.. padahal disampaikan secara tertulis pun bisa…
    menurutku lebih baik mendiskusikan perkembangan anak-anak mereka, jadi orangtua juga bisa tahu dengan pasti anak-anak mereka benar-benar diperhatikan di sekolah..
    saling berbagi informasi apa yang menggaggu anak-anak itu di sekolah (bullying, teror dari kakak kelas) atau yang mengganggu di rumah (kecanduan TV, games, atau HP)

  9. Iya ya, kog kalo di Indonesia omongannya jadi masalah duit melulu, hehe.. seingat saya ortu datang saat pembagian rapot aja, tapi kayanya saya aja yang ga ingat deh 😀

  10. Mungkin kalo di Jakarta bahasa alaynya kokuhaku itu “nembak” ya, BuEm 😀

    Di sekolah kedua malaikatku pertemuan dengan guru pada saat ambil rapor atau laporan nilai. Selama setahun belajar ada 4 x (2 semesteran, 2 mid semester) ambil rapor dan 4 x ambil laporan nilai, jadi ya sebanyak itu bertemu guru 😀 Biasanya satu per satu jadi konsul, akibatnya lamaaaaa sekali durasi tiap ortu 🙁

    Kalau POMG (Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru) diadakan hanya setahun sekali. Biasanya membahas kurikulum, hal-hal baru di sekolah, atau program-program baru 🙂

Tinggalkan Balasan ke nanaharmanto Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *