20 Tahun dan Kopdar Tokyo

25 Sep

♥♥♥♥ Sebetulnya tanggal 23 September kemarin merupakan hari yang bersejarah untukku. Karena tepat hari itu 20 tahun yang lalu aku mendarat di Tokyo, untuk memulai  “petualangan” sebagai mahasiswa persiapan program S2 di Yokohama National University. Seharusnya aku menulis sesuatu yang “berbobot” untuk memperingati 20tahun kedatanganku, dan kebetulan juga 13 tahun tercatat di catatan sipil Jepang, sebagai Mrs Miyashita. Namun…. ya berbagai alasan yang bisa dikemukakan tapi pada intinya, aku tak tahu mau memulai menulis dari mana.

Sejak jumat sore, kami menginap di rumah mertua, di Yokohama. Karena seminggu sebelumnya, tepat pada hari lansia, kami tidak bisa pergi ke sana karena Gen harus mengajar (lalu aku pergi karaoke dengan anak-anak). Karena aku mulai semester genap di universitas S, maka aku otomatis keluar rumah dari pagi. Padahal hari jumat itu juga ada open school di sekolahnya Riku. Open School adalah kesempatan bagi orang tua murid untuk melihat dari dekat kegiatan pembelajaran di kelas anaknya. Jadi aku minta Gen untuk ambil cuti dan mengikuti acara open school itu. Gen sendiri senang karena dia jarang mempunyai kesempatan untuk melihat, lain dengan aku yang selalu hadir. Jadi setelah mengantar Kai ke TK, Gen ke SD dan berada di sana sampai harus menjemput Kai di TK pukul 2 siang. Kesan Gen : “Riku disukai teman, dan tidak terpengaruh pada teman yang ribut… itu yang penting. Dan dia juga aktif menjawab pertanyaan guru (padahal kalau aku yang datang dia malu-malu loh huh)”. Dan setelah kedua anak selesai sekolah, Gen bertiga naik mobil ke Yokohama, ke rumah mertuaku.

Sake Jepang : Momo no Shizuku, fanta jenis baru dan mozarella cheese+tomat dengan olive oil+ pepper

Aku sendiri dari pagi mengajar ke kampus yang kebetulan tidak begitu jauh letaknya dari rumah mertua. Sekitar 40 menit naik kereta. Jadi begitu selesai mengajar, aku menuju stasiun terdekat (meski terdekat juga masih harus naik bus 20 menit, atau taxi ) dan berbelanja dulu sebelumnya. Terutama berbelanja makanan yang mentah seperti sashimi dan roti serta keju. Aku juga sempat membeli sake Jepang yang enak, tapi karena ada persediaan sake yang dibeli ibu mertua, sake itu disimpan di lemari es saja. Tak disangka rombongan Nerima yang naik mobil pun bisa sampai di rumah mertua pada pukul 5 sore karena tidak macet, sehingga kami bisa mulai makan bersama lebih awal. Sake yang disediakan ibu mertua berasal dari Kyoto (jizake 地酒)  bernama Momo no shizuku 桃の滴 (Tetesan Peach), nama yang bagus dan rasanya juga bagus… tapi entah kenapa tidak seperti biasanya aku cepat mabuk minum sake ini. Mungkin karena aku tidak begitu fit juga ya. Alhasil  ibu mertua dan Gen terkapar di tempat tidur pukul 8 malam, sedangkan aku sebelum tidur masih sempat menyediakan nasi untuk anak-anak yang mengeluh lapar. (Kalau minum sake memang yang dimakan semua makanan ringan, seperti sashimi, salad, ikan dan nasi biasanya paling belakang, atau bahkan tidak makan nasi sama sekali…. jadi anak-anak juga makan sashimi, salad segala lauk tanpa nasi. Giliran sudah mau tidur, mereka mengeluh lapar, dan minta nasi).

Hari Sabtunya, kami makan siang dengan daging domba yang dibawa bapak mertua dari daerah Hokkaido. Daerah hokkaido memang terkenal dengan daging dombanya yang diberi nama Jengis Khan. Kupikir daging dombanya bau dan amis, eh ternyata cukup empuk dan enak. Anak-anak suka sekali makan daging domba, sampai aku tercengang melihat Kai yang tambah daging dan nasi terus. Hmmm anakku ini juga mulai menunjukkan sukikirai (pilih-pilih) makanan, tapi memang sejak kembali dari Indonesia aku melihat dia semakin tinggi saja.

Kami memang berencana pulang ke Nerima malam hari, karena aku mau ke gereja di Kichijouji hari Minggunya dan janji bertemu dengan Andori di Kichijoji untuk makan siang bersama. Tapi karena Gen ingin makan di restoran Indonesia Cabe, kupikir kalau dia bisa gabung maka lebih baik bertemu untuk makan malam saja, daripada makan siang. Jadi aku tanya apakah dia bisa memajukan janji bertemunya ke hari sabtu malamnya. Dan bisa.

Ya hari Sabtu malam itu kami mengadakan Kopdar (blogger) Tokyo yang ke tiga untukku, (yang pertama waktu bertemu Mas Agustus Nugroho, dan yang kedua Ade Susanti). Meskipun demikian aku pertama kali bertemu dengan Andori yang bertempat tinggal di Nagoya. Blognya (Toumei Ningen) memang berisi tentang kehidupan di Jepang, terutama film dan musik. Dia fans beratnya band Jepang Laruku deh ([L’Arc~en~Ciel). Andori juga mengajak Grace Kamila, yang konon juga blogger dan sekarang tinggal di Niigata. Pembicaraan kami apa ya? Selain soal blog/blogger, aku tidak bisa ingat, karena kebanyakan meredakan pertengkaran Riku dan Kai. Riku malam itu memang mengantuk, sehingga diam terus, sedangkan Kai full battery, sehingga maunya bermain. Susah deh…. setiap aku bicara, Kai pasti mau bicara juga dan menanyakan hal-hal remeh kepadaku. Sudah sering aku beritahu bahwa tidak boleh ribut kalau mama sedang bicara, tapi entah akunya yang gagal mungkin, dia selalu begitu. Minta perhatian. Setiap aku telepon juga, bahkan kalau aku telepon masuk ke kamar supaya sepi, dia juga ikut masuk ke kamar. Meskipun akhirnya dia juga akan minta maaf, aku sering harus meminta maaf pada teman yang di telepon karena ribut. Aku berharap kalau dia SD mungkin sudah bisa lebih tenang. (Makanya jangan telepon aku kalau malam hari/anak-anak bangun dan ada di rumah deh. Bakal tidak tenang ngegossipnya hahaha). Maaf juga kepada Andori dan Grace atas kenakalan anak-anakku ya. Nanti lain kali silakan datang ke rumah saja, biar lebih bebas bicara ya hehehe.

kopdar Tokyo ke 3 di restoran Cabe, Meguro

Jadi perayaan 20 tahunnya bagaimana? Selain dirayakan malam sebelumnya bersama Andori dan Grace, aku merayakan dengan “diam” berdoa di gereja pada misa jam 9:00. Tema misa kali itu juga tentang pengungsi/imigran, yang terpaksa harus meninggalkan negaranya untuk hidup di negara lain. Dengan bacaan : “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” Anehnya aku tidak merasa sedih atau terharu atau menitikkan air mata pada misa itu, seperti kalau aku mengikuti perayaan untuk saat-saat khusus pada kehidupanku kecuali pada saat menyanyikan lagu pujian ini :

Lihatlah burung di udara
Hidup tenang di padang bakung
tanpa menabur tanpa menuai
Sedangkan makhluk sekecil itu
Ada Tuhan yang menjaga

Sahabatku, hari ini mari kita memuji dengan nyanyian
Kasih Bapa di surga meresap pada semua makhluk.

ご覧よ 空の鳥 野の白百合を
蒔きもせず 紡ぎのもせずに 安らかに 生きる
こんなに小さな いのちにでさえ 心を かける父がいる

友よ 友よ 今日も たたえて歌おう
すべての物に 染み通る 天の父の いつくしみを

Buku pujian di gereja dengan not balok semua. Pertama kali datang ke Jepang mabok deh karena aku tidak bisa baca not balok. Sekarang sih sudah lumayan deh hehehe

Dan setelah gereja aku sempat berbelanja untuk makan malam bersama sekeluarga berempat…dan lupa mengambil foto :D. Kesimpulannya: Perayaan genap 20 tahun aku di Jepang aku lalui dengan …. sederhanaaaaaa sekali. Yang pasti aku mengucapkan syukur pada Tuhan dan kedua orang tuaku yang sudah melindungi aku dengan doa-doanya selama ini. Amin.

20 Replies to “20 Tahun dan Kopdar Tokyo

  1. Saya juga pengen ketemu dengan Andori dan Grace mbak. Mudah-mudahan suatu saat bisa bertemu dengan mbak Imelda di Tokyo.

    Aku ingat kamu datang langsung dari bandara ke Urban Kitchen… itu saja sudah senang sekali. Apalagi kalau kita bisa ketemu di Tokyo ya…. Semoga
    EM

  2. Selamat mensyukuri 20 tahun berada di Jepang ya Nechan..
    Menurutku, memperingati dengan cara berdoa khusyuk seperti yang nechan lakukan tersebut, bukanlah sederhana. Justru itu yang seharusnya dilakukan. Perkara mau dirayakan dengan pesta atau tidak, tidaklah jadi soal..

    Kopdar Tokyo..?
    Hmm.. suatu saat aku harus bisa merasakannya… 🙂

    Ditunggu di Tokyo ya Uda….
    EM

  3. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk kopdar ya, mbak. Saya sebetulnya sudah lama jadi silent reader blog mbak Imelda. Hehe
    Kebetulan tanggal 23 September juga kami (saya dan Andori-kun) merayakan setahun bersama (agak ga penting sih karena baru pacaran, hihi), tapi karena bareng dirayakan bersama mbak Imelda sekeluarga, jadi terasa lebih menyenangkan. Senang bisa bertemu Riku dan Kai, mereka seperti yang ada di tulisan mbak dan cerita Andori-kun. Semoga kehidupan mbak Imelda di Jepang selalu dilimpahi berkah dan kebahagiaan 🙂

    @mbak Itikkecil : saya juga mauuuuu banget! Mudah-mudahan ada kesempatannya ya mbak Ira 🙂

    ya ampuuuun ROM ya? (Read Only Member) hehehe. Terima kasih ya sudah mau membaca TE> Terima kasih juga bisa “memaksakan waktu” untuk bertemu di Meguro. Ternyata memang sempat berfoto ke Tokyo Tower dulu ya. Dan untung sekali kita percepat ketemuannya bukan di hari Minggu, karena Minggunya hujan teruuuusss hehehe. blessing in disguise deh …

    Lain kali kalau ada waktu yang lebih banyak kita main bersama lagi ya. Bisa ke Ghibli Museum, dekat dari rumahku 😉

    EM

  4. kalau ketemu andri, seingatku aku sudah dua kali. atau mungkin lebih? lupa. kalau aku lebih tepatnya bukan kopdar, tapi “mengantar suami reuni” hahaha. dan mereka kalau ketemu logat belitungnya muncul deh. 😀 😀 paling senang kalau ketemu andri di rumahnya, soalnya masakan ibunya enaaaak 🙂 🙂

    aku lebih suka merayakan peristiwa penting dalam hidupku dengan misa. sederhana dan mendalam. 🙂

    sudah lama juga ya mbak imelda tinggal di jepang. kalau ibarat gadis, sudah lulus kuliah dan nunggu dilamar hhihihih. *apaan sih?*

    iyaaaaa… aku juga yakin pasti masakannya andri enak. Nanti mau ah dimasakin dia 😀

    hahahah perumpamaan kamu ttg gadis 20 th nunggu dilamar ya? Waktu aku dtg aku berusia 24 th, so, aku sedang menunggu 4 tahun lagi, spy pas setengah setengah hidupku di Jepang dan Indonesia… dan saat itu aku berusia 48 tahun… OMG mendekati 50 yah 😀 **nyengir aja ah…toh setiap manusia pasti jadi tua**

    EM

  5. 20 tahun di Jepang … dan mbak EM bisa tetap seimbang mencintai kedua budaya bangsa ini..
    kurasa perayaam itu memang lebih bermakna jka bisa kontemplasi …kok ya cocok dengan tema misa di gereja ya..

  6. Selamat merayakan 20 tahun di Jepangnya Mba Em.
    Perayaan dengan berdoanya pasti terasa spesial ya.
    Semoga bisa bertemu sama Mba Em kapan-kapan di manapun itu. Hehehehe.

  7. Sama, Kak. Waktu hari Minggu kemarin, aku juga dapat ayat yang sama. Siapa menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan…

    Happy 20th year in Japan 😀

  8. Telat ngasih komen nih.
    Ma kasih atas jamuan makan malamnya yah mbak. Jangan kapok ya 😛
    Kai sedang super genki yah malam itu 😀 tapi saya maklum koq mbak, apalagi kadang Kai emang lucu. Dibilangin kawaii (imut) gak mau, maunya dibilang kakkoii (keren) hehehehe….
    Justru saya heran sama Riku. Biasanya anak ngantuk suka rewel, tapi Riku koq nggak rewel yah.

  9. Waaahh.. ternyata mbak em bener bener udah lama dan seperti kata bunda.. mbak tetep seimbang denham budaya indonesia dan jepang.. karena mbak emang sudah menjadi.warga jepang.. aku jadi ikutan berdoa.. mudah2an suatu hr bisa kopdaran di jepang ya mbak kita.. 🙂

Tinggalkan Balasan ke niee Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *