Kalau kakak Riku waktu masih kecil sering mengucapkan juuhachi (delapan belas) untuk pengungkapan banyak atau susah, atau apa saja yang membutuhkan angka, maka Kai memilih angkat enam belas. Aneh ya? Si 18 a.k.a Riku waktu usia 5 tahun (2008)
Aku heraaaaaan banget deh, Riku suka sekali dengan angka 18.
“mama, si ryo punya lebah 18 ekor loh”
“mama, si hiro giginya ada 18 yang copot…”
“mama, besok beliin coklat ya…18 biji….” dst dst
heraaaaaaaaaan banget deh, lalu tadi aku tanya sama dia,
“Riku kenapa sih kamu suka banget sama juuhachi (18)?”
“Hmmm kenapa ya…ngga tau kenapa tapi sepertinya angka itu menarik. ada dua angka kan ju (10) hachi (8). Kata papa itu angka beruntung.”
“Mama suka angka 8 dari dulu, tapi delapan bukan delapan belas…. Kalau orang Cina/Jepang suka angka 8 karena kanjinya bagus”
Sedangkan si Kai yang suka 16 (juuroku) sering mengatakan juuroku metoru (16 meter ) atau punya teman 16 orang (tapi kalau ditanya siapa saja, dia tidak bisa menjawab :D). Tapi yang lucu kemarin waktu kami makan malam bersama di hotel Akazawa Hotspring. Kami memesan satu botol nihonshu 日本酒 (sake jepang) dengan tiga choko お猪口 (gelas kecil), lalu tiba-tiba Kai berkata:
“Aku juga bisa minum sake nanti kalo udah besar. Tunggu 16 tahun lagi”
Aku sampai bengong, kok dia bisa hitung….. tapi
“Ngga dong Kai, sekarang eh besok kan kamu umur 5 tahun, jadi 15 tahun lagi. Kalau kakak Riku 11 tahun lagi”
(Ibunya Gen) “11 tahun? waaah sebentar lagi tuh. Kalau aku masih hidup (sekarang 69 th) kita bisa minum bersama ya”
“Ngga nanti 16 tahun lagi aku bisa minum sake….” Kai masih ngotot… dan aku biarkan.
Aku pernah tanya kenapa sih dia suka angka 16, dan tidak seperti kakaknya, dia tidak memberikan jawaban yang jelas. Tapi kupikir mungkin saja karena dia tahu dan ingat bahwa ulang tahunnya tanggal 16 Juli.
Ya, kemarin 16 Juli 2012 tepatnya pukul 10:00 pagi, my baby, (still) my koala Kai Miyashita menjadi usia 5 tahun. Waktu Riku usia 5 tahun, dia diajak traveling ke Okinawa sendirian (tanpa mama papanya) hanya dengan kakek neneknya sebagai hadiah ultahnya. Tapi karena sekarang neneknya sudah semakin tua dan merasa kewalahan mengurus Kai jika pergi sendiri, maka dia mau merayakan ultah Kai dengan mengundang kami sekeluarga menginap satu malam di Pemandian Hotspring yang dekat, yaitu di daerah Izu, kira-kira jaraknya 160 km dari Tokyo (kalau bermobil lancar 2 jam-an). Cerita tentang hotspringnya nanti menyusul ya, tapi yang pasti tanggal 15 malam kami makan malam mewah dengan kaiseki ryori(masakan disajikan berurutan, mulai dari appetizer, makanan mentah, direbus, disteam, digoreng dsb dsb) untuk dewasa, dan anak-anak mendapat menu sendiri. Karena sudah capai Kai sempat tertidur menunggu kami selesai makan, tapi waktu kami bangunkan untuk meniup lilin , dia langsung melek dan gembira karena dia pikir baru esok harinya akan mendapat kue ulang tahun.
Kami memang minta pihak hotel menyediakan kue ultah. Tapi karena kami semua sudah kenyang sekali, kami tidak bisa makan di situ, dan mau membawanya ke kamar (pikir kami kan tinggal masukkan ke kotaknya lagi). Eh ternyata pihak hotel memikirkan bagaimana cara kami makan di kamar, sehingga mereka memaksa untuk mengantarkan ke kamar berikut piring kecil dan teh panas! Benar-benar hebat pelayanan staf hotel di situ.
Tapi untuk Kai yang paling menyenangkan waktu dia menerima hadiah dari kami yaitu Nintendo DS 3D. Sebetulnya aku tidak mau membelikan untuk Kai, tapi…. Riku yang memohon supaya Kai dibelikan. Tentu saja karena selama ini jika Kai mau bermain DS, dia meminjam DS nya Riku, sehingga seriiiiinng sekali bertengkar. Riku sendiri sering sekali sabar menghadapi Kai dan meminjamkan, tapi Kainya yang sering cerewet dan mengganggu Riku belajar dengan tanya ini itu dsb. Jadi deh mereka berdua berkelahi “online” dengan DS mereka. Kai yang tadinya sudah tidur, jadi melek dan bersemangat deh 😀 Hari ini aku menetapkan jadwal bermain DS, sesudah bermain, kedua DS harus dikumpulkan ke aku, dan akan aku berikan jika kupikir mereka bisa bermain dan dibatasi maximum 30 menit. Ancamannya, “Kalau tidak taat aturan, DS akan mama hancurkan!” rasain…. mama galak kan? (Tapi Riku bilang, “Mama baik, kalau mama orang Jepang jauh lebih galak hehehe”)
Speaking the truth, Ibunya Gen khawatir kalau dengan bermain game begitu, otaknya terganggu. Karena dia mendengar soal penyakit otak “Game Brain Damage” yang akan mengarahkan penderitanya ke alzheimer. Tapi waktu aku cek di google, memang banyak pro kontra tentang penyakit baru itu. Masih banyak yang perlu dibuktikan, bahkan ditentang oleh para ilmuwan sendiri. Yang pasti disitu diberi data bahwa jika seorang anak usia balita s/d mahasiswa, bermain game 4 kali seminggu selama 2 sampai 7 jam, akan menderita penyakit itu. Tanda-tandanya, anak itu tidak mau ke sekolah bla bla bla….
Aku kemudian mengirim email kepada ibunya bahwa Riku sendiri punya jadwal padat setiap harinya. Dia pulang sekolah pukul 3-4 sore, langsung kumon atau bermain di luar dengan temannya sampai 5:30. Lalu pukul 6:30 dia ada acara TV yang pasti ditonton selama 30 menit- 1jam. Lalu Riku akan tidur pukul 8:30/9 malam dan bangun pukul 6 pagi. Ke sekolah pukul 7:50 setelah menonton TV pendidikan. Jadi, waktu untuk bermain game pun sebetulnya amat sangat terbatas di hari biasa. Hari minggu pun dia harus ke gereja dan sekolah minggu sampai jam 12. Sesudah itu jam 5 sore mulai menonton acara “permainan kata” Rakugo, Chibi Maruko, dan Sazae san. Lalu kami makan malam dan tidur. Padat kan? Begitulah aku menjelaskan pada ibu mertuaku. Kasihan kalau waktu untuk bermain yang dia suka pun tidak kami berikan kan? Semakin lanjut pendidikannya waktu bermain juga otomatis akan berkurang banyak sekali ….