Aku selalu mengajarkan pada murid-muridku bahwa bahasa Indonesia adalah pemersatu bangsa Indonesia, yang memang mempunyai sekian banyak bahasa daerah untuk sekian banyak suku bangsa. Tapi bahasa itu memang skala “besar” dan “abadi”, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya butuh beberapa “rangsangan” untuk lebih merasakan persatuan bangsa. Suatu kegiatan atau acara atau apalah namanya yang dapat membuat satu negara ini merasakan sesuatu yang sama.
Padahal Indonesia punya banyak hari peringatan, yang setiap tahun, pada hari tertentu diperingati seluruh masyarakat. Entah dengan kegiatan besar seperti kegiatan hari Kartini yang sampai melibatkan anak TK berpakaian adat, atau kegiatan kecil yang “hanya” dirayakan oleh pegawai negeri dengan upacara bendera. Atau mungkin karena sudah terlalu sering, maka peringatan itu kehilangan maknanya? Hmmm semestinya tidak boleh kehilangan makna, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya, bukan? (Jangan jawab bukaaaaan yah hehehe)
Kemarin tanggal 21 Mei 2012, hampir seluruh penduduk Jepang menyaksikan gerhana matahari, annular eclipse. Seperti sudah diketahui, fenomena gerhana matahari adalah suatu saat jika posisi bulan berada di antara bumi dan matahari dan bulan menutupi menutupi sebagian atau seluruh cahaya matahari. Biasanya gerhana matahari berlangsung setahun 2 kali. Tapi gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin amat sangat jarang bisa dilihat. Kali ini Jepang mulai dari selatan sampai utara, bisa melihat gerhana matahari cincin, yang merupakan kejadian bersejarah setelah 932 tahun (terakhir pada tahun 1080). Dari seluruh kota Jepang, Shizuoka (tempat gunung Fuji berada) dan Tokyo, beruntung dapat melihat gerhana matahari cincin yang sempurna (pas di tengah-tengah).
Sudah sejak sebulan sebelumnya media masa Jepang mengangkat topik ini, sehingga hampir seluruh masyarakat Jepang mengetahuinya. Tentu saja fenomena ini juga menjadi kesempatan untuk bisnis. Suamiku membeli sebuah majalah “Newton” yang mengulas tentang Gerhana Matahari Cincin lengkap dengan jadwal bisa dilihat pukul berapa di kota apa, serta sebuah kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari. Harga majalahnya 1500 yen (+pajak jadi 1575 yen). Tapi banyak pula yang hanya membeli kacamata saja, seharga minimum 500 yen. Seorang teman FBku menulis: “Coba kita hitung-hitungan berapa untungnya pebisnis dengan adanya gerhana matahari cincin ini”. Tentu saja pasti untung!
Meskipun pada hari H nya mendung menggelayut, gerhana matahari cincin dapat dinikmati oleh orang-orang yang ingin menjadi bagian dari sejarah. Belum tentu anak cucu kita bisa melihatnya lagi loh. Sampai-sampai ada beberapa sekolah yang menyuruh murid-muridnya datang lebih cepat (karena diperkirakan pukul 7:30 padahal hari biasa sekolah mulai pukul 8:30). Satu sekolah menyaksikan gerhana matahari cincin bersama, di halaman sekolah. Coba tuh, gerhana matahari bisa menjadi pemersatu!
Dan hari ini tanggal 22 Mei, satu lagi “pemersatu” Jepang dibuka. Menara pemancar tertinggi di dunia, Sky Tree Tokyo (634 meter) diresmikan. Meskipun hujan dan udara dingin (16 derajat, turun 9 derajat dari kemarin), warga Tokyo mulai memenuhi pelataran Sky Tree di bawah payung sejak pukul 6 pagi. Pengunjung umum belum bisa masuk dan naik ke atas Sky Tree tanpa reservation sampai bulan Juli. Setelah itu baru pengunjung umum bisa masuk dengan membayar 3000 yen untuk naik ke tenboudai (observatory deck) tertinggi (350 meter). Diharapkan Sky Tree dapat menarik wisatawan untuk datang, dan menggeliatkan perekonomian Jepang yang sedang lesu.
So, kapan kopdar di Sky Tree? 😀