Telur, Kelinci dan Sakura

11 Apr

Hari Minggu yang lalu adalah hari Paskah. Easter. Dan biasanya kalau mendengar kata easter, masyarakat awam akan membayangkan  telur atau kelinci. Atau bahkan coklat berbentuk kelinci. Aku ingat sekali dulu, kami pernah mendapat hadiah coklat berbentuk kelinci dari Belanda. Sebetulnya apa hubungannya Kelinci dan Telur dalam Easter?

Jawabannya mungkin akan sama dengan pohon natal dan santa claus pada hari Natal. Yang pasti memang paskah itu dirayakan pada awal musim semi, sehingga easter = spring. Bahkan aku baru tahu dari pastor kemarin bahwa paskah itu selalu jatuh pada hari Minggu terdekat dari bulan purnama sesudah hari Equinox (22 Maret). Dan kalau pernah menonton film Bambi, bisa diketahui bahwa binatang-binatang keluar dari sarangnya di awal musim semi, dan …. kawin. Bisa terbayang kelinci berlarian di tengah-tengah padang bunga kan? Jadi kalau soal kelinci, aku bisa memakluminya jika dipakai sebagai lambang easter. Tapi telur?

Easter bunny biasanya membawa telur. Dari kecil di keluargaku juga punya kebiasaan untuk menyembunyikan telur-telur Paskah yang sudah dihias sebelumnya (telur rebus). Bahkan ada perlombaan menghias telur di sekolah minggu (perkumpulan anak-anak gereja). Tapi aku baru sadar  dari penjelasan pastor dalam misa yang menjelaskan bahwa sesudah misa akan dibagikan telur rebus. Telur itu dipakai sebagai lambang “hidup baru”, lambang kebangkitan Yesus yang bangkit dari mati. Lambang-lambang dari pergantian musim menuju musim semi ikut meramaikan perayaan Paskah, asal jangan sampai kehilangan esensinya saja.

Aku bersama Riku dan Kai mengikuti misa Paskah hari Minggu kemarin di Kichijouji. Kira-kira 30 menit dengan bus + jalan kaki dari rumahku. Gen sudah 2 minggu terus menerus bekerja (hari Minggupun) karena awal tahun fiskal, jadi kami hanya bertiga saja. Tadinya kami berencana pergi ke misa pukul 9 pagi, tapi karena sesuatu hal, menjadi pukul 12 siang! Tapi untung saja, kami jadi bisa mengikuti upacara permandian bayinya teman kami Nesta di misa itu.

Kuil di pinggir danau di Taman Inokashira

Setelah misa, aku mengajak anak-anak untuk pergi ke Taman Inokashira yang terletak dekat dari gereja kami. Kira-kira berjalan 5 menit kami sampai di salah satu sudut kolam, tempat sebuah kuil di pinggir danau berada. Paduan pemandangan bunga Sakura dengan danau dan kuil membuat perasaan kami pun riang. Riku dan Kai yang tadinya malas pergi ke Taman, jadi ikut bisa menikmati pemandangan yang indah, dan ikut mengabadikan keindahan sakura dengan kamera kecil. Di tempat ini tidak begitu banyak orang, tapi begitu kami pergi mengelilingi danau dan beranjak pulang ke arah stasiun… ampun deh. Penuh dengan orang-orang yang ingin menikmati keindahan sakura.

lihat orang-orang di atas jembatan itu!

Memang akhir pekan tanggal 7-8 April ini merupakan puncak mekarnya bunga sakura di Tokyo. Mungkin seluruh penduduk Tokyo bepergian ke tempat-tempat terkenal, terutama taman-taman yang tersebar di beberapa tempat. Cuacanya juga sangat mendukung. Orang Jepang memang mempunyai kebiasaan untuk HANAMI, melihat keindahan sakura TAPI dengan cara berpiknik di bawah pohon Sakura. Menggelar tikar/alas di bawah pohon, makan dan minum (alkohol) bersama teman-teman. Bisa bayangkan penuhnya taman-taman ini bukan? Konon 220.000 orang memenuhi Taman Ueno pada hari Sabtu, dan jumlah yang kurang lebih sama pada hari Minggunya. Padahal taman di Tokyo bukan hanya Ueno, ada Tachikawa, Rikugien, Inokashira, Shakujii Koen dan lain-lain. Belum taman-taman kecil tak bernama di sekeliling perumahan. Dan tentu saja semuanya gratis!

 

Di danau itu juga ada bagian untuk orang-orang berperahu kayuh "Swan. Riku tentu saja ingin tapi kakiku sakit dan begitu banyak orang yang antri! Bebek di danau itu cantik ya?

Aku sendiri tidak suka berpiknik bersama di bawah pohon sakura. Meskipun banyak orang Jepang menganggap beruntung bisa bisa minum dengan kelopak-kelopak sakura berjatuhan dalam gelasnya, aku merasa tidak nyaman. Selama 20 tahun aku hidup di Jepang, baru 2 kali aku ikut HANAMI bersama teman-teman. Lebih suka berjalan di bawah pohon sambil menikmati pemandangan yang ada. Tapi kalau terlalu banyak orang juga apa enaknya?

Air mancur (ayooo air mancur atau air muncrat yang benar? hehehe) di danau dan sakura

Jadi aku mengajak Riku dan Kai pulang sekitar pukul setengah 4. Dengan susah payah kami menembus lautan manusia yang baru akan menuju ke taman Inokashira. Lebih banyak orang yang datang daripada yang pulang. Untung saja akhirnya kami bisa sampai di stasiun dengan selamat. Dan aku mengajak Riku dan Kai makan di sebuah izakaya (tempat minum) yang sudah buka sejak siang. Kalau malam, aku pasti tidak akan mengajak anak-anak ke tempat semacam itu. Mumpung siang (sore) aku mengajak mereka. Ciri khas izakaya itu adalah porsi makanannya kecil dan bermacam-macam. Dari sate sampai sashimi ada. Meskipun ya tidak bisa dibilang kualitas prima, cukuplah.

Dari arah aku berdiri, di kiri danau itu kuil dan di kanan belakang bagian untuk naik boat Swan

Masa melihat bunga sakura akan berlalu begitu hujan turun. Biasanya sakura memang tidak akan bertahan lebih lama dari satu minggu, dan kami sudah tahu bahwa hari Rabu ini akan turun hujan, sehingga setelah weekend kemarin itu kami hanya bisa menikmati sisa-sisanya saja. Semoga akhir pekan besok masih ada sakura yang bertahan, karena untuk pertama kalinya kami bisa bepergian sekeluarga dengan Gen yang baru bisa libur Sabtu besok. Kalau tidak ada lagi sakura, berarti kami harus menunggu satu tahun lagi deh.

Sakura lambang musim semi di Jepang

18 Replies to “Telur, Kelinci dan Sakura

  1. waaahh mbak.. aku baru tahu deh klo mekarnya bunga sakura itu pendek banget waktunya.. jadi klo mau jalan ke jepang untung2an yak bs ngelihat bunga sakuranya ~_~

  2. wah mbak, aku jadi tambah ngebet nih buat pergi ke jepang buat lihat bunga sakura,,
    cantik banget. Dan saya baru tahu ternyata periode waktu bunga sakura mekar gak lama

  3. danaunya bagus banget ya mbak…

    btw tentang telur paskah, kemaren ini saya baru baca di internet.
    katanya, ceritanya jaman dulu, saat orang2 kristen masih ortodoks, selama lent season kan mereka gak boleh makan dairy product, termasuk telur. jadi selama sebulan tuh gak ada yang konsumsi telur. padahal ayam2 tetep bertelur kan. jadinya pas paskah, stok telur berlimpah, mereka rayakan dengan makan2 telur. begitu katanya mbak… 🙂

  4. taman Inokashira….indahnyaa di foto itu dengan aneka perpaduan yaa, terutama gambar kuil di tepi danau itu….keren sekali….

    juga air mancur dan sekitarnya….

    setuju, telur adalah lambang kehidupan baru

    kapan bisa nikmati bunga sakura yaa ? spt di Belanda ya, bunga tulip mekar di bulan april ?

    selamat Paskah…..Tuhan berkati sll kehidupan kita dengan kebangkitan NYA

  5. Mekarnya sakura di Jepang, maraknya Keukenhof di Netherland, selalu menjadi impian para tukang kebun. Terimakasih mbak EM sharing keceriaan sakura-spring nya. Salam

  6. wah… udah 20 tahun mba Imel di Jepang (geleng2 kepala.. salut..!!) dan musim semi yang ditunggu oleh penduduk daerah 4 musim, menyenangkan..
    **oh itu, besok rajin2 besihin lensa kamera ya… 😛

  7. inilah mengapa aku mengidamkan ke sana suatu saat,
    melihat langsung pemandangannya berlatar sakura itu
    yang indah seperti lukisan,

    di sana msg2 musim punya pemandangan yang istimewa.
    klo di kampung sini sepanjang tahun sama saja..
    kecuali di musim durian, aromanya agak beda
    #xixi, mb Imel gak sukaaa.. 😛

  8. wahhh…jadi mekarnya paling lama cuma satu minggu? Waduh, berarti klo pengen liat harus dipasin ke Jepangnya pas bulan April ya mba? Hmm….kira2 taon depan celenganku udah ckp buat plesir liat sakura blom ya hehehe *mimpi dulu ah*

    Semoga sabtu ini msh ada sakura yg tersisa utk dinikmati bersama mas Gen ya mbak. 😀

  9. Kk, satahu Titik juga begitu, telur paskah melambangkan kelahiran baru. Selamat Paskah ya Kak..

    Foto2 sakuranya keren banget…
    Tahun ini bener2 menikmati sakura..
    Puji kebesaran Tuhan, indaaaah banget ya Kak…

Tinggalkan Balasan ke Farijs van Java Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *