Dalam musim dingin di negara empat musim, apa saja sih yang bisa dilihat jika kita mau menikmati keindahan alam? Sama seperti seorang fotografer yang ditantang untuk menampilkan keindahan musim dingin, biasanya yang terbit dalam pikiran adalah SALJU saja. Padahal tidak setiap kota yang mengalami 4 musim itu menikmati putihnya salju. Seperti Tokyo selama musim dingin ini baru 1 kali mengalami turun salju sampai menumpuk. Lain halnya dengan Niigata atau kota-kota di depan Laut Jepang sana, atau di Hokkaido putiiiiih semua, sehingga… mungkin tidak menarik lagi untuk difoto. Habis semuanya putih!
Padahal sebetulnya banyak yang bisa dijadikan obyek foto dalam musim dingin, Seperti Titik yang sering berfoto sebelum berangkat ke kampus dengan coat, sepatu boot, syalnya, dengan atribut begitu saja sudah terasa terlihat dinginnya. Atau pohon tak berdaun di tengah ladang, biji cemara yang sering dipakai sebagai hiasan natal, perapian, sarung tangan, atau daun-daun berguguran di tanah. Semua melambangkan musim dingin.
Nah kemarin hari Minggu, Gen sebetulnya mengajak kami untuk pergi ke Iwatsuki. Di sana ada pusat pembuatan bonek untuk hiasan pada hari anak perempuan (3 Maret). Logikanya karena anak kami dua-duanya laki-laki, tidak akan dipaksa beli hihihi. Kalau perginya bulan Mei, akan digoda untuk membeli kabuto (topi samurai). Jadi paling bagus perginya sekarang-sekarang ini. Waktu melihat homepagenya, ternyata bisa mengikuti kelas pembuatan origami, dan Riku ingin ikut. Tapi untuk mengikuti kelas ini, kami harus mendaftar lewat telepon. Jadi kami menunggu dulu sampai pukul 10 pagi (waktu buka), sambil sarapan dan bersiap-siap. Pas aku selesai mandi, Gen berkata: “Aku sudah telepon.. dan tidak bisa. Katanya harus 1 minggu sebelumnya. Tapi itu perempuan yang menjawab teleponku mengjengkelkan sekali. Kasar sekali jawabnya… huh sebal.”
“Ya sudah, jangan ke situ. Ngapain pergi ke situ kalau dari pertama sudah tidak enak hatinya. Lucu, kok tempat wisata tapi tidak ramah!” Maklum deh, kami ini kan satu zodiak, jadi sudah saling mengenal perasaan satu sama lain.
“Pergi ke tempat lain saja pa!
Sambil aku ganti baju, aku bilang, “Eh kemarin itu Capricorn rangking satu loh ramalannya. Bagus! tapi kemarin ngga ada yang istimewa ya?”
“Eh di yahoo, hari ini loh Capricorn bagus, ranking 1. Katanya * Perhatikan kata-kata dan tindakanmu. Seluruh alam akan memihakmu*”
“Alam? Ya sudah kita pergi ke alam saja….”
Akhirnya Gen mengecek homepage sebuah tempat wisata yang selalu ingin kami kunjungi. Yaitu sebuah “bukit icicle – tetesan air beku – di daerah Chichibu”. Biasanya untuk pergi ke sini, kami harus naik kereta, dan banyak jalan. Tidak disarankan naik mobil sendiri karena jalanan biasanya membeku, harus kendaraan dengan ban khusus yang bisa ke sana. Mobil kami tidak berban khusus (tanpa rantai) . Jadi lebih baik pergi pagi-pagi sekali. Waktu saat itu sudah pukul 10:30. Tapi Gen menemukan pengumuman bahwa jalanan tidak membeku, sehingga kami bisa pergi dengan mobil sendiri. Jarak dari rumah kami sekitar 100km, jadi kalau langsung berangkat kami bisa sampai sekitar pukul 1 siang. OK langsung pergi! let’s go.…
Karena pakai acara mampir sana-sini dan makan siang, kami sampai di tempat ini pukul 3 sore. Tadinya kusangka akan dingin sekali. Tapi ternyata tidak begitu. Udaranya memang kering, tapi karena kami harus berjalan di atas batu-batuan cukup bisa memanaskan badan. Oh ya, untuk melihat Misozuchi no Tsurara di Ootaki Chichibu ini tidka perlu membayar apa-apa. Tapi kalau mau parkir di tempat terdekat memang ditarik 500 yen setiap mobil, berapa lama pun bisa. Kalau mau gratis bisa parkir di tempat parkir umum yang terletak sekitar 20 menit berjalan kaki. Karena harus melewati jalan besar kami tidak mau beresiko mengajak anak-anak jalan (terutama Kai… dia suka lari sendiri sih). Jadi kami parkir persis di depan “air terjun” itu.
Kami harus turun ke bawah sungai dan begitu sudah dekat, kami bisa melihat es yang membeku bagaikan tembok, bagaikan air terjun beku di situ. Membentuk icicle yang indah. Ada tiga tempat tapi yang terbesar itu ternyata sudah “ditambah” tangan manusia, tidak 100% alami. Biarpun demikian kami tetap bisa menikmati keindahan tembok es/icicle itu meskipun katanya hari itu hanya 90% keindahannya. Maksudnya 10% sudah mencair. Kemarin itu memang hangat sih.
Sembilan puluh persen saja sudah seindah ini, bagaimana kalau 100% dan bagaimana kalau diterangi lampu pada malam hari ya? Tapi kami tidak berani menunggu sampai gelap, karena kami harus pulang cepat dan tidak mau terjebak macet orang-orang yang pulang dari jalan-jalan. Setelah puas melihat dna bermain di situ kami meninggalkan tempat itu pukul 4 sore untuk beranjak pulang.
Dan dalam mobil, anak-anak bersahut-sahutan mengatakan “Terima kasih ya papa,…. hari ini amat sangat menyenangkan!”
Kami memang tidak memberitahukan akan pergi ke mana, hanya berkata: “Pergi ke tempat yang dingin!”. Dan ternyata itu merupakan kejutan yang menyenangkan untuk mereka. Dan kami juga berterimakasih pada wanita penjawab telepon yang ketus. Berkat dia, kami bisa melihat keindahan alam yang hanya ada selama bulan Januari sampai pertengahn Februari. Terima kasih ya buuuukkkk.