Kupu-kupu di Cihanjuang

2 Okt

Mungkin Taman Kupu-kupu Cihanjuang adalah klimaks dari perjalanan Gen di Indonesia. Setelah Danny dan pak supir datang menjemput kami, kami cek out dari Hotel Universal dan menuju daerah Cihanjuang. Aku musti berterimakasih pada Rina Hidayat, sahabat guru di Jepang yang nyeletuk soal Taman Kupu-kupu Cihanjuang menanggapi status aku di FB: “No shopping, No eating di Bandung setengah hari”. Impossible kan, ke Bandung tanpa shopping dan eating :D.

Papan Taman Kupu-kupu Cihanjuang, Cihanjuang 58, Bandung Barat

Nah, suamiku itu suka kupu-kupu. Sudah ada beberapa posting di Twilight Express ini mengenai Kupu-kupu Jepang, termasuk Kupu-kupu Nasional Oomurasaki. Saking sukanya dia mengajak Riku untuk ikut menangkap kupu-kupu dan memperkenalkan bermacam jenis kupu serta membuat specimen kupu-kupu kering sebagai hobi baru. Jadi waktu aku merencanakan liburan untuk Gen, aku sekaligus merencanakan untuk pergi ke Taman kupu-kupu Cihanjuang. Dan aku juga berterima kasih sekali pada Danny yang mengantar kami ke sana. Terus terang kalau jalan sendiri kami TIDAK AKAN bisa sampai ke sana. Jauuuuh bo!

Taman Kupu-kupu Cihanjuang

Kami sampai di Taman Kupu-kupu Cihanjuang jam 11:30. Tempatnya sepi sekali, sampai kami kelewatan sampai ke sebuah pendopo. Ternyata bukan itu Taman Kupu-kupunya. Tapi tidak jauh kami menemukan pintu masuk dengan lambang kupu-kupu besar. Masuk ke pintu langsung sampai di sebuah toko souvenir. Ternyata memang untuk masuk taman itu harus masuk ke toko itu, membeli karcis (sebagai tanda terima kami masing-masing mendapatkan badge kupu-kupu). Dari toko souvenir itu kami masuk ke dalam “kandang” kupu-kupu. Taman itu dipenuh bunga-bunga berwarna-warni. Memang harus ada bunga ya untuk menarik kupu-kupu ya?

Beranekaragam kupu-kupu di dalam taman Kupu-kupu

Tanpa kupu-kupu saja sudah senang masuk ke taman ini, tapi melihat kupu-kupu beraneka warna terbang lebih menyenangkan lagi. Menurut Riku kupu-kupu Indonesia lebih cepat terbangnya daripada kupu-kupu Jepang. Tentu saja warnanya juga lebih semarak. Oranye, Merah, Kuning, Hijau, Biru…. macam-macam. Aku berhasil memotret beberapa diantaranya.

Bentuknya seperti kupu-kupu tapi ini Ngengat atau si rama-rama

Taman kupu-kupu itu tidak besar, sepelan-pelannya kami memutarinya paling lama 30 menit. Tapi di dekat pintu keluar ada tempat penangkaran kupu-kupu. Telur kupu-kupu dikumpulkan dalam rak khusus, sambil menunggu calon-calon kupu-kupu itu menetas menjadi kupu-kupu. Waktu aku ke tempat ini, Gen sedang memegang seekor Rama-rama (ngengat) Raksasa yang baru menetas. Hiiii ngeri, sampai Riku juga ketakutan. Katanya ada ngengat yang beracun jadi dia ngabur.

Kepompong yang sedang menetas

Tapi aku tidak takut pada kupu-kupu. Senang juga bisa menemukan telur yang menetas. Bayangkan yang tadinya masih dalam kempompong, tiba-tiba keluar dan sedikit-demi sedikit mengering serta membesar. Indah warnanya. Ada salah seekor kupu besar yang baru menetas, masih tahap mengeringkan sayapnya dan diambil oleh petugas untuk ditaruh di tangan kiriku. Langsung deh mengabadikannya dengan tangan yang lain.

Gaya mengambil foto dengan 3 kamera bergantian hehehe

Cukup lama kami di sini dan berhasil menemukan beberapa telur yang menetas. Kalau tidak ingat bahwa waktunya terbatas, mungkin Gen akan berada di situ terus deh. Akhirnya setelah berfoto bersama petugas, kami keluar dari Taman Kupu-kupu itu. Danny ternyata sudah menunggu di toko sambil menyelesaikan pekerjaannya di komputer. Kami melihat-lihat barang souvenir di sini, tapi akhirnya cuma membeli satu buku ensiklopedi Kupu-kupu di Kebun Raya Bogor. Gen juga senang sekali bisa menemukan semacam buku ensiklopedi kupu Indonesia ini. Memang dia titip padaku untuk belikan, dan aku tidak tahu harus cari di mana. Untung sekali di toko souvenir itu ada. Hanya 45.000 rupiah!

Gen dan anak-anak bersama petugas di pojok penangkaran

Kami kembali ke parkir. Terus terang, Riku ingin menangkap kupu-kupu! Tapi dalam taman kupu-kupu memang tidak boleh (pasti) menangkapnya. Tapi si mbak petugas yang kami tanya bilang boleh kalau di luar taman. Jadi Riku mengejar kupu-kupu yang terbang di sudut lapangan parkir dengan jaring yang dibawa dari Jepang. Cukup sigap dia menangkap beberapa kupu asli Indonesia ini. Nah, waktu kami sedang sbuk-sibuknya menangkap kupu-kupu di sini, tiba-tiba ada seorang bapak yang menyapa dan mengatakan harus cepat dimatikan kupunya supaya jangan berontak. Kalau berontak maka sayapnya akan rusak. Kalau rusal percuma kan dibuat specimen. Beliau kelihatan ahli sekali, karena bisa langsung menyebutkan nama latin kupu-kupu yang ditangkap Riku, bahkan yang sedang terbang!

Berfoto bersama pak Ayam Hugeng yang sudah berkecimpung di bidang perkupuan hampir 40 tahun

Gen mulai heran dan menanyakan apakah beliau petugas dari taman kupu-kupu atau mungkin profesor? Dan dijawab oleh Pak Ayam Hugeng ini bahwa beliau HANYALAH pecinta kupu-kupu. Beliau sudah 40 tahun mengumpulkan kupu-kupu di seluruh Indonesia dan menangkarkannya. Beliau juga sudah mengekspor dan menjual bermacam kupu-kupu ke luar negeri. Untung kami sempat berpotret bersama di sana. Karena setelah pulang ke Jepang, kami menemukan artikel tentang beliau di sini.

Kupu Troides Helena ini yang tidak boleh dibawa tanpa surat ijin, menurut Perjanjian Washington, karena tanpa regulasi ini, keberadaannya bisa mengkhawatirkan

Ada satu jenis kupu-kupu yang tidak bisa tertangkap oleh Riku karena dia terbang cepat sekali. Tapi untung sekali kami tidak menangkap kupu-kupu itu, karena ternyata waktu kami kembali ke Tokyo kami mengetahui bahwa untuk membawa masuk kupu-kupu  jenis ini ke Jepang kami harus membawa surat ijin khusus, sedangkan kupu-kupu jenis lain yang ditangkap boleh tanpa surat ijin.Well, kami tidak mau melanggar peraturan kan.

 

Specimen dari Kupu-kupu buatan Riku yang ditangkap di parkiran Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Nama latin diberitahukan oleh Pak Hugeng
dari atas (kiri-kanan) Junonia orithya  アオタテハモドキ
Elymnias hypermnestra ルリモンジャノメ
Papilio peranthus アオネアゲハ

2nd line from left
Papilio demoleus オナシアゲハ
Papilio polytes シロオビアゲハ
Graphium agamemnon agamemnon  コモンタイマイ
Pachliopta aristolochiae ベニモンアゲハ

3rd line from left
Delias belisama ベリサマカザリシロチョウ
Appias libythea olfernaオルフェルナトガリシロチョウ
Kupu yang rusak sehingga tidak bisa dijadikan specimen カバタテハ Ariadne ariadne pallidior

Karena sudah lewat jam makan siang dan sudah lapar, kami sudahi petualangan di Taman Kupu-kupu Cihanjuang, dan menuju dalam kota untuk cari makan. Kami makan siang di restoran Raja Rasa ( Jl. Setra Ria No. 1.). Berhubung sudah lapar, kami malah tidak banyak foto-foto di sini. Rasanya? Lumayan lah, sepertinya aku salah tidak mencoba kepiting, karena katanya sih kepiting di resto ini enak. Aku sendiri malas sih pesan kepiting, makannya susah 😀 . Dari sini kami lalu menuju Kopi Aroma karena Gen ingin melihat “gudang”nya dan mau membeli lagi untuk oleh-oleh. Apa daya, kopi Aroma sudah tutup waktu kami datang. Rupanya mereka cuma buka sampai jam 3 siang. Yaaah sayang sekali. Untung waktu aku pergi dengan Kai sudah ke sini.

Jadi kalau ada waktu cukup banyak di Bandung, bisa mengajak anak-anak pergi wisata edukasi ke Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Daripada hidup konsumtif dengan makan dan belanja saja kan? 😉