Lasak berarti tidak bisa diam. Dan aku biasanya mengatakan lasak untuk seseorang yang tidurnya berpindah-pindah. Jika mulai tidur dengan kepala di atas, bisa dipastikan dia akan bangun dengan kepala di bawah 😀 Pernah kenal dengan orang yang seperti itu? Tidurnya ramai deh hihihi.
Riku tidurnya lasak sekali. Mentang-mentang tempat tidur kami king size, dia bisa awal tidur di sebelah kiri, dan bangun di sebelah kanan, atau di lantai 😀 Kalau tidur bersamanya, siapa saja harus siap diseberangi atau ditindih. Tak jarang Kai menangis tengah malam karena ditiban kakaknya …duh… Dan Riku paling susah dibangunkan kalau sedang tidur, jadi berarti aku yang harus mengangkat dia dan memindahkannya.
Kai tidak terlalu lasak. Kebiasaanya seperti yang pernah aku tulis juga, adalah menghadap ke kiri (dan aku menghadap ke kanan) tidur bersamaku berhadapan. Jangan sampai aku tidak ada di sebelahnya tengah malam, karena dia pasti berteriak dan mencariku. Kadang jika aku sedang kerja, dia bangun dan memintaku, “Mama, bukannya sekarang waktunya untuk tidur?” Dan terpaksa aku tidur menemaninya.
Tapi, waktu aku pergi berdua Kai ke Bandung waktu itu, aku sempat kaget sekali. Aku memang terbangun pukul 3 pagi dan terus mengedit foto. Waktu aku ingin tidur sekitar pukul 6 pagi, aku kaget melihat tempat tidurku KOSONG. Loh… kok? Kemana anakku? Aku panggil, “Kai???” sambil mencari ke kamar mandi, tapi tidak ada. Benar aku panik sekali. Masa anakku tiba-tiba bisa hilang? Aku harus cari di mana lagi? Lalu aku lihat ke bawah dan Kai ada di sana. Di atas karpet, tidur tengkurap dengan enaknya 😀 (Dia memang sering tidur tengkurap di atas lantai jika tidur siang). Untunglah anakku tidak digondol wewegombel hihihi.
Aku sebetulnya terinspirasi tulisan Arman yang mengatakan bahwa Emma sudah bisa bergerak tidurnya/lasak. Tapi waktu aku cari di KBBI daring, apakah benar lasak itu kata yang tepat, memang aku menemukan bahwa kata itu memang benar. Tapi aku baru tahu bahwa ternyata ada dua arti dari kata lasak itu, yang satunya lagi berarti :
la·sak (a) selalu dipakai (digunakan) sehari-hari; lasah;
pe·la·sak n pakaian sehari-hari
Tapi memang waktu aku googling dengan kata kunci : Baju/pakaian lasak, kebanyakan kalimat itu dipakai oleh negara jiran. Orang Indonesia tetap mengatakan baju sehari-hari dengan …baju sehari-hari. Atau mungkin untuk wanitanya, dipakai kata Daster.
Kata daster sendiri sebetulnya berasal dari bahasa Belanda, duster (duster: badjas, huisjapon, kamerjas, mouwschort, ochtendjas ). Sedangkan keterangan di KBBI adalah : das·ter n gaun yg sengaja dibuat longgar untuk dipakai di rumah. Tidak dituliskan sama sekali bahwa daster itu harus terbuat dari kain batik. Kalau baca tulisan Misfah di sini, kita bisa tahu bahwa daster itu kesannya pakaian ibu-ibu middle age. Ibu-ibu muda tidak ada yang mau pakai daster. Aku sendiri dulu waktu masih tinggal di Jakarta memang suka pakai daster, tapi sekarang tidak lagi. Kenapa?
Mungkin ini ada pengaruh dari kebiasaan ibu-ibu Jepang. Aku pernah menuliskan (lupa di posting yang mana) bahwa ibu-ibu Jepang itu begitu bangun tidur langsung pakai baju rapih (meskipun tidak bagus-bagus amat) dan tak lupa bermake-up sebelum mengerjakan pekerjaan rumah, atau paling sedikit sebelum keluar rumah, meskipun keluar rumahnya hanya untuk buang sampah. Memang di Jepang tidak mengenal daster sehingga mereka tidak mungkin dong keluar rumah pakai neglige atau baju tidur/piama. Yang paling sering aku lihat adalah ibu-ibu ini memakai celana panjang dan blus, dan pasti memakai celemek atau apron.
Celemek bisa dikatakan wajib dipunyai ibu-ibu rumah tangga di sini, karena fungsi celemek memang untuk melindungi baju dari kotoran/air waktu kita mengerjakan pekerjaan rumah. Nah, ibu-ibu Jepang ini pasti memakai celemek, dan sering mereka pergi berbelanja dengan tetap memakai celemek itu! Pertama aku melihat ibu-ibu bercelemek berbelanja, aku merasa heran sekali, tapi sekarang sudah biasa.
Jadi begitulah, aku di sini tidak berdaster, meskipun aku punya daster yang aku pakai untuk tidur. Pagi hari ganti dengan celana panjang dan blus. Tapi aku tidak terbiasa pakai celemek. Pikirku biarlah kalau blusku yang basah, bisa ganti baju saja. Malas aku pakai celemek. Tapi kalau menyambut tamu orang Jepang biasanya aku pakai celemek.
Sebagai penutup aku mau cerita bahwa daster batik yang biasanya dipakai di dalam rumah di Indonesia itu, kadang mendapatkan tempat yang cukup terhormat loh di Jepang. Karena aku sering melihat nenek-nenek di sini yang memakai daster batik pada musim panas, dan jalan-jalan sambil berbelanja ke supermarket. Daster batik naik derajatnya di musim panas. Pernah tidak melihat ibu-ibu Indonesia pergi ke supermarket pakai daster?
So, kamu lasak tidak waktu tidur? Dan apa pakaian lasakmu di rumah?