Rumah Manis Rumah

21 Agu

Itu cuma terjemahan langsungnya home sweet home. Memang kami, deMiyashita sudah mendarat di Tokyo dengan selamat tadi pagi, 21 Agustus 2011. Kembali ke rumah kami di Tokyo, meskipun kemarin enggan rasanya kami memasuki pintu pesawat. Riku tak kalah menangisnya dengan mamanya. Dia tidak mau berpisah dengan opanya, sementara mamanya terus memeluk oma. Kai? Tertawa saja, dan heran kenapa Riku dan mamanya sedih begitu. Tapi karena Riku pula, aku dan Gen menangis terharu di ruang tunggu. Mau tahu apa yang dia bilang?

“Mama, aku mau tinggal di Jakarta saja dengan Opa. Nanti mama jemput tahun depan saja. Aku janji aku akan menelepon mama setiap hari” (OMG, apakah aku sudah harus bersiap melepas anak-anakku untuk belajar di luar negeri secepat ini?)

“Mama, Opa bilang aku harus belajar yang rajin. Nanti aku cepat lulus dan pindah ke Indonesia.” (Boleh nak, mama juga sedang berpikir untuk membuat paspor Indonesia untukmu dengan melihat kamu suka sekali dengan Indonesia begini. Kelak jika kamu dewasa kamu bisa memilih apa yang terbaik bagimu)

“Mama, aku mau rajin pergi ke gereja dan sembahyang terus….” (Aku tak bisa berkata apa-apa mendengar hal ini….. saking terharunya. Dan malam ini dia yang memimpin doa bersama sebelum tidur…. semoga berlanjut terus keinginannya ini)

 

Riku - Kai dan Opa

Bahagianya aku mempunyai anak yang halus perasaannya dan memperhatikan hubungan antar manusia. Sering aku harus memeluknya setiap perpisahan dengan teman-temanku karena dia menangis. Dulu waktu berpisah dengan Om Dannynya di Yogya, atau dengan Radya di Tokyo kemarin. Tapi memang tangis yang paling hebat setiap berpisah dengan opanya. Bayangkan liburan kali ini aku sendiri jarang pergi berdua atau bertiga dengan Riku dan Kai. Riku sudah bisa bahasa Indonesia sehingga dia lebih memilih tinggal di rumah dan tidak membuntuti mamanya.

Well, Rumah kami memang di Tokyo, tapi aku juga merasa mempunyai rumah di Jakarta. Mempunyai juga rumah di Indonesia, dan juga rumah maya di dunia maya.

Pernahkah kalian memahami perasaan kami yang di perantauan? Memang keputusan akan hidup di mana merupakan  keputusan masing-masing. Tapi banyak hal yang memang HARUS diputuskan tanpa bisa menggabungkan semua perasaan untuk menjadi yang terbaik. Harus ada yang dikorbankan sesaat, bukan dikesampingkan.

Seperti pernah kutulis dalam “How Jawa are You“,  Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!

Ya, mau tidak mau, suka tidak suka, kami tetap orang Indonesia meskipun kali ini tidak tinggal, tidak berumah, tidak berada di Indonesia. Dan mungkin kami akan mendapat cacian setiap kali kami menuliskan kebaikan negara tempat tinggal kami padahal maksud kami untuk bahan pelajaran. Tidak jarang orang meragukan keindONEsiaan kami, tapi percayalah …. mau tidak mau kami tetap memikirkan hutan kami, tempat kami berasal.

Karena itu aku sangat mendukung ide dari Donny Verdian untuk membuat aggregator dan blog khusus warga/orang Indonesia yang sekarang sedang di luar negeri dan diberi nama KITAINDONESIA.NET. Silakan bertandang ke sana, dan jika ada di antara teman-teman yang tinggal di luar Indonesia atau  punya kenalan yang  bersedia dicantumkan linknya di KITAINDONESIA.NET ini  untuk menghubungi admin (atau boleh juga di komentar sini) supaya bisa ditambahkan URL nya.

Dan jika dipikirkan lebih lanjut, alangkah bahagianya jika memang kita mempunyai beberapa RUMAH yang MANIS untuk ditinggali, meskipun ada kesedihan dan keharuan setiap kita berpindah, untuk sementara. Karena sebetulnya Your home is where your heart is 🙂