Rasa itu tetap sama -2-

3 Agu

 

Sudah baca part 1 nya? Seharusnya kalau dilihat dari urutan waktu, part 2 menempati nomor 1 tapi waktu menulis prolog tulisan, terpaksa aku rubah urutannya. Laporan mudik tahun 2011 ini memang benar-benar lelet, terlambat. Ternyata aku tidak semulus selancar dulu untuk menulis. Selain padatnya kegiatan jalan-jalan (ngga mau rugi) koneksi internet di akhir bulan kembang-kempis. Ntah apakah karena mau menyambut bulan puasa, sehingga internetnya ikut puasa tanpa buka-buka. Untunglah pas hari ini, pas aku lebih santai karena belum ada jadwal keluar, pas internetnya juga asoy lancar aman jaya.

Kalau aku menjelaskan kata “rasa” kepada orang Jepang, aku menerjemahkannya dengan aji 味 = taste, kanjiru 感じる feel, sense dan omou 思う =think, believe. Kalau di part 1 lebih ke rasa – taste, maka kali ini aku ingin menuliskan tentang feel atau sensenya deh.

Reuni yang diadakan hari Minggu itu selesai pukul 4 sore. Karena memang saking banyaknya pengunjung, pihak restoran Talaga Sampireun ini membagi menjadi 3 lot, dan kami dapat giliran pukul 13-16. Nah, setelah selesai biasa kan kita merasa “kurang” bicara, bersendagurau sehingga biasanya kita mencari tempat lain untuk memenuhi hasrat “kurang” tersebut. Dalam bahasa Jepang disebut hashigo (tangga).  Jadi di depan gerbang, kami masih berdiri cukup lama untuk menentukan mau hashigo ke mana. Mau ke coffee shop, eh tidak ada yang tahu persis letak coffee shop terdekat dari situ. Kebanyakan kami tidak mengenal daerah Bintaro, sedangkan Dina yang memang tinggal di Bintaro ada acara lain, sehingga tidak bisa ikut.

Sebagian besar cewe-cewe yang menyetir dan rumahnya berjauhan, ya sud akhirnya kami bubar grak di depan resto tersebut. Hmmmm jam 4:20 an masih pagi nih. Sambil keluar areal restoran, aku meminjam HP pak Narso, supirku karena aku belum mempunyai HP yang bisa dipakai (bokis banget yah :D) dan menghubungi Uda Vizon. Sebelum berangkat memang Uda sudah menghubungi aku dan memberitahukan bahwa tgl 23 Juli, Uda akan ke Jakarta. Kami berjanji bertemu tanggal 25 hari Senin, tapi… menurut Uda dia tidak ada acara pada hari Minggunya. Jadi kupikir mungkin baik juga untuk mengajak Uda makan malam bersama.

“Uda ada di mana? Aku sudah selesai acara reuninya”
“Saya sekarang di Pasaraya. Datang saya ke sini nechan, ada om NH, Necky dan lain-lain”
“Wah…. sudah lama?”
“Belum kok baru satu jam”
“OK deh aku ke sana. Tunggu ya. Kalau mau pindah tempat, aku diberitahu”

Langsung deh aku menyuruh pak Narso untuk pergi ke Blok M. Kalau dengan Uda dan om NH memang aku sudah dan cukup sering bertemu (diiih padahal sama Uda kan baru satu kali di Kweni juga…rasanya kok sudah sering ya?), tapi mas Necky. Kesempatan pikirku.

Sambil deg-degan aku menuruni tangga Pasaraya menuju food courtnya. Soalnya aku benar-benar tak tahu komposisi peserta kopdar saat itu dan berapa orang. Nomor satu yang kucari adalah WC, tentu saja sambil celigukan mencari tempat kopdar! Tapi aku salah mengambil arah kanan, dan menanyakan pada pramusaji letak WC di mana. Kemudian diberi tahu bahwa di sebelah Kentucky Fried Chicken. Jadilah aku berjalan ke arah itu. Dan ternyata sebelum aku sempat masuk WC, Uda Vizon lebih dahulu melihat kedatanganku. Jadi bersalaman dululah aku.

Menjumpai mas NH yang casual seperti biasa, lalu menyalami Uda Vizon, Putri Usagi, Prima, dan si Mandor misterius. Mas Necky waktu itu sedang pergi sholat. Nah…. aku sebagai pendatang baru selalu jaim dulu, diam dan senyam senyum saja. Melihat komposisi 5 laki-laki dengan 1 perempuan (aku jangan dihitung)…kupikir wah susah nih. Semestinya bakal kaku, BUT aku salah besar. Justru tanpa sang Putri, sepertinya kopdar Pasaraya itu akan hambar. Putri itu bagaikan vetsin deh, dengan ceritanya yang menggebu-gebu aku bisa mengerti kondisi perkeretaapian Indonesiaku deh. Dan membuatku sadar, aku ini manja…dimanjakan oleh kondisi perkeretaapian Jepang yang begitu modern, aman dan nyaman. Padahal jika kereta api diperbanyak dan ditingkatkan mutunya, pasti kemacetan yang terjadi akibat bus umum dan mobil pribadi bisa berkurang.

Selain Putri, yang juga membuatku gregetan adalah Mandor Tempe. Aku diberitahu bahwa dia tidak mau difoto. Setiap ada yang membidik kamera, dia pasti menutup wajahnya. Karena itu dia selalu menjadi kameraman, memotret kami-kami supaya wajahnya tidak terpotret. Dan hadirin yang disitu memang mengakui bahwa suliiiiiit sekali mendapat potret dirinya. Hmmm salah satu sifatku adalah PENASARAN…. masak iya sih begitu. Masak iya sih aku tidak bisa memotretnya…. So, sambil memberikan kamera DSLR ku padanya untuk memotret kami, aku mengambil kamera pocket G9 dari dalam tas.  Mungkin dia tidak sadar kemungkinan itu, jadi terambillah fotonya.

Tentu saja aku tidak akan menampilkan fotonya di sini, meskipun dia tidak memohon-mohon (atau membayar hehehe). Karena aku respect pada keputusan seseorang. Ini menyangkut privacy, sehingga jangan dilanggar. Jika seorang blogger tidak mau menampilkan wajahnya atau kisah nyatanya, ya kita harus menghormatinya. Aku tidak suka pada orang yang kepo, yang mau tahu urusan orang lain. Seperti obatarian (obasan = tante batallion = batalyon – serangan) aja 😀 So, aku juga tidak mau menjadi seperti orang kepo atau obatarian itu.

(BTW aku baru tahu kepo dari postingannya Itik kecil dan diberitahu bahwa asalnya dari bahasa Kanton – From Cantonese term 搞掂; kay poh chee/kepoh – busy body (for example “why are you so kay poh chee?”) keep. to put away or store. to retain as one’s own. Termasuk Manglish. )

Aku memang yang terakhir bergabung di situ tapi untung saja tidak merasa seperti dikucilkan, ya berkat cerita-cerita asyik yang sambung menyambung bagaikan kereta apinya Putri (ngga pakai mogok kok :D). Dan waktu kami berpisah di dalam lift lantai lima, aku merasa kehilangan, merasa kurang. Kopdar pertamaku summer 2011 terasa pendek sekali.  Jadi begitu kudengar Putri dan Prima bermaksud pergi ke Es Krim Ragusa di jl Veteran, aku ingin ikut. Padahal sebetulnya aku hitung menghitung jam berapa aku bisa pulang ke rumah, maklum rasanya baru kemarinnya mendarat kok sudah ngelayapan terus. Dan sebetulnya ada sedikit penyesalan dan pertanyaan, “Mungkin keikutsertaanku sebetulnya mengganggu kencan dua anak muda, yang pantas menjadi anakku sendiri”. Seandainya waktu itu aku mengganggu, aku minta maaf ya Putri dan Prima 🙂

Sebagai penutup aku mau menambahkan di sini bahwa rasa KOPDAR itu tetap sama dari dulu sejak mulai pertama kopdar sampai sekarang.  Yang berubah hanyalah selembar dua lembar rambut putih di kepala, sedikit keriput di ujung mata, penampilan fisik dan usia. Tapi esensinya tidak berubah. Yaitu wadah bersilaturahmi dari dunia maya ke dunia nyata, dan mungkin bersambung lagi di dunia maya, selain menambah teman blogger baru.  Dan kopdar juga tetap membuat aku ingin hashigo, tambah, tambah dan tambah 😀

Katanya Uda Vizon seperti foto keluarga. Nah loh siapa bapak dan ibunya ya?

**************************

Cerita lengkap kopdar pasaraya itu bisa dibaca di blog tulisan peserta yang lain :

MENYAMBUT TAMU

Woro…Woro di Pasaraya,,, 😀 😀 😀 😀

Bintang Kopdar

otw