Shiran puri

15 Jul

bahasa Jepang dengan arti pura-pura tidak tahu. Setiap bertemu kata ini aku selalu ingat sebuah lagu anak-anak yang berjudul “Doushite shiran puri どうしてしらんぷり” yang diperkenalkan NHK dalam acara Okaasan to isshoni. Sayangnya tidak bisa ditonton di Youtube (hebat ya NHK soal hak cipta…dan tidak ada yang berani upload, karena takut didenda, atau langsung dihapus). Lucunya lagu ini menceritakan seekor Kaba (Kuda Nil) yang pura-pura tidak tahu waktu diajak main dengan teman-temannya. Cuek gitu loh. Padahal ternyata di dalam mulutnya Kaba ada anak-anak burung yang baru menetas. Makanya dia pura-pura tidak tahu, untuk menjaga si piyik-piyik ini.

Yang aku pikir, kenapa shiran purinya dihubungkan pada Kaba, bukan pada SAI (badak) jadi pas deh dengan (manusia) muka badak yang selalu pura-pura tidak tahu pada suatu kejadian.

Ya di sekitar stasiun banyak ditemukan kalimat memakai shiran puri ini. 自転車置き去り知らんぷり。Jitensha okisari shiranpuri. Pengguna sepeda yang memarkirkan sepeda begitu saja, hingga menutup jalan pejalan kaki. Mereka tidak (mau) memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda karena (1) jauh dari stasiun (2) musti bayar 100 yen (3) tempat parkir sudah penuh.

Pada waktu-waktu tertentu petugas pemda akan menertibkan sepeda-sepeda si “shiran puri” ini dengan mengangkutnya memakai truk untuk ditaruh di pool sepeda. Untuk mengambil sepeda itu kembali harus membayar 4000 yen (400.000 rupiah) dan untuk sepeda motor 7000 yen. Aku sendiri pernah mengalami tapi bukan karena parkir di sekitar stasiun, tapi parkir di parkiran bayar tapi melebihi waktu yang ditentukan…(ada sebulan lebih). Ya waktu itu aku keburu melahirkan Riku, dan lupa bahwa sepedanya masih di parkiran. Kalau dipikir aku dulu emang gila masih sepedaan meskipun sudah hamil gede hahaha. Sesudah melahirkan, aku yang mengambil sendiri ke pool itu dan membayar 2000 yen (dulu 2000 yen sekarang 4000). Waktu ada mama yang menunggu Riku baby, jadi sebelum sepedaku dihancurkan (ada batas waktu untuk ambil) aku cepat-cepat ke sana. Dan tentu saja akhirnya aku giring sepedanya pulang. Masih sakit euy untuk naik sepeda hahaha. (gila …gila…)

Nah, kemarin pas aku ke stasiun aku lihat lagi petugas penertiban dengan truknya. Yang keren, satu per satu sepeda yang diangkut dengan truk itu difoto oleh petugasnya pakai kamera digital. Keren! Kamera digital sudah begitu merakyat sehingga sampai dipakai oleh petugas penertiban. Yang aku duga, foto-foto itu akan dikirim ke pemilik. Mereka bisa tahu alamat pemilik dari no registrasi/asuransi yang terpasang di sepeda dengan membayar 500 yen. Atau bisa memasangnya di papan penguman/net bagi mereka yang tidak mengikuti asuransi, yang biasanya tidak ada. Dengan membayar 500 yen sepeda kita akan tercatat di kepolisian loh. Murah kan.

Ok deh, sekian dulu tulisanku yang dibuat buru-buru sambil bersiap pergi ngajar. Soalnya kalau tidak langsung tulis begitu, jadi malas dan tidak jadi-jadi update TE nya. Harus memaksa menulis!

Ayuk bersepeda lagi pergi kerja ya…. (dalam terik matahari yang membakar tubuh …. tambah item deh gue!)

(Maunya pasang foto petugas yang sedang menertibkan tapi aku sendiri tidak punya fotonya, jadi ngga usah ya 😀 )

26 Replies to “Shiran puri

  1. Kirain di Jepang yang terkenal disiplin itu, gag ada budaya (jelek) kek gitu. Ternyata ada juga ya, sama dengan dinegeri kita dong. He he. .

    Salam.. .

  2. Pengen bgt mba EM, bike to work, tapi ampun deh, jalanan dr rumah kontrakan ke kantor ga aman bgt buat bersepeda, ga seperti di Jepang 😀

  3. kalo registrasi sepeda sih aku tau… itu namanya “peneng”…

    kalo sepeda diasuransikan ini yang baru tau..

    hehehe sepdda MTB ku keburu ilang ..

  4. Jadi teringat joke ttg kalimat Shiran Puri.
    Kalau diucapin di depan bule2 yg baru belajar bahasa jepang, bisa2 mereka pada duduk semua.
    Habis, terdengar seperti “Shit down please” 😛

  5. Keren banget dah, sama seperti parkir mobil kali ya mbak, langsung di seret klo parkirnya gak sesuai dengan tenpat yang telah ditentukan,, huh, kapan ya di Indonesia memberlakukan seperti itu >.<

  6. Disini ada juga orang yang menantang petugas Jeng ?
    Kalau di Nuantara yang ambil gambarnya ya para wartawan aatu penduduk sekitar. Petugasnya gak ada yang punya kamera.

    Salam hangat dari surabaya

  7. tobat aku mba klo harus ngontel kemana2 😀
    kaga bisa dah
    pasti nyungsep xixixi
    keren yah di Jepang, sampe sepeda aja ada pool nya
    dan nebusnya itu booo mahal euy 😀
    mba Em kayak kakakku aja, hamil2 tetep naek sepeda xixixixi

  8. Wahh hebat pengaturannya……
    Andai saja di Jakarta naik sepeda menyeangkan…mungkin saya ke kantor yang di Jakarta Selatan naik sepeda aja…pasti lebih nyaman…..
    (kayaknya cuma mimpi ya)

    Btw, soal posting, kayaknya mesti dipaksakan ya….

  9. hehehe mbak, muka badak kan artinya enggak punya malu…

    Amaze, saat pre dan post melahirkan naik sepeda. Ini bukti kekuatan perempuan yang gak boleh diremehkan.

    Btw, aku lama enggak berani walking ke TE karena takut enggak habis-habis baca, udah ketinggalan banyak sih, sementara waktuku terbatas, sorry……..

  10. baca judul shiran puri, langsung teringat acara okaasan to issho ^^
    suka deh sama acara anak-anak di NHK itu, mau gak mau saya jadi belajar nihongo gara-gara nemeni anak nonton TV.
    dulu masih bisa “nemu” beberapa rekaman lagu-lagu dari acara itu di youtube, jadi tiap kali anak pengen nonton bisa disetelin sewaktu-waktu (sekalian ibunya menghafal lirik lagunya hehehe…) tapi sekarang susah…diblok sama NHK 😛

  11. Woowww…. sepedaan sambil hamil gedee… ckckck… gila emang si Mbak Imelda.. hehe…
    Untung di Jepang yang lalinnya tertib yah Mbak… klo sepedaan sambil hamil di Jakarta, bahaya krn bisa2 keserempet bis kota… 🙁 serem…

    Wah kalau di Jkt ya ngga berani, bisa brojol di jalanan hahaha
    EM

Tinggalkan Balasan ke lidya Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *