Keluar dari Predikat Buruk

31 Mei

Semua pasti mau menjadi nomor satu! Tapi apakah mau jadi nomor satu untuk sesuatu yang negatif? OK, aku sedang berusaha untuk menjalankan “Positive Thinking” seperti yang dituliskan oleh Mbak Monda di sini. Kadang aku mungkin tidak berkata “negatif” tapi lebih pada “apatis” (terutama menghadapi keadaan tanah air), dan kurasa “apatis” ini lebih gawat dari negatif…. tanpa harapan jeh.

Beberapa ntah minggu ntah hari, tapi sepertinya masih di bulan Mei, aku menonton sebuah acara televisi NHK malam hari bersama Gen dan anak-anak. Judul program acaranya adalah “Tecchan no Worst Dasshutsu Daisakusen” atau kalau diterjemahkan menjadi “Strategi Besar Tecchan untuk Keluar dari Predikat WORST (Terjelek)”, program TV reguler. Wah…

Jadi yang kutonton waktu itu mengenai sebuah sungai di Nara yang bernama Bodaigawa. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, Sungai Bodaigawa adalah sungai terkotor di Jepang! Nah, jadilah sungai ini menjadi obyek proyek Tecchan ini, yaitu membantu mengeluarkan Sungai Bodaigawa dari predikat terburuk.

Dari penelitian diketahui bahwa pencemaran sungai terjadi karena sistem pembuangan yang tidak bagus, terutama sampah dapur. Rumah-rumah sepanjang sungai Bodaigawa membuang sampah dapurnya langsung ke sungai. Suatu “problem” yang sama dengan banyak (kalau tidak bisa dikatakan seluruh) sungai di Indonesia. Aku ingat kok Alamendah juga pernah mengatakan soal sampah rumah tangga di sungai Citarum pada posting “Citarum Menjadi Sungai Paling Tercemar di Dunia“.

Nah, untuk bisa membuat sungai Bodaigawa lepas dari predikat WORST ini, perlu tindakan langsung dari warga sekitar. Percuma hanya “minta perhatian” atau menghimbau saja. Perlu ada tindakan/aksi aktif dari warga sendiri. Tapi karena ini dijadikan proyek program televisi, sang seleb yang terpilih (maaf  aku lupa namanya) mendatangi rumah-rumah sepanjang sungai. Meminta mereka “mengendalikan” sampah dapur, dan ikut dalam program membersihkan sungai.

Dalam acara itu kemudian diperlihatkan bagaimana ibu-ibu berusaha mengendalikan sampah yang terbuang langsung ke sungai itu. Antara lain dengan TIDAK MEMBUANG MINYAK BEKAS ke saluran air. Ada yang memakai kertas koran, ada yang memakai bubuk pembeku minyak goreng bekas seperti yang pernah kutulis di sini. Sampah sisa makanan dijadikan pupuk, juga tidak membuang air cucian beras ke saluran air, tapi dipakai menyiram tanaman dll. Belum lagi kegiatan memungut sampah di sekitar sungai yang diadakan oleh keluarga-keluarga di sepanjang sungai. Anak-anak pun tidak ketinggalan.

Hasilnya? Setelah beberapa bulan, bisa terlihat bahwa “transparansi” air sungai mengalami perubahan cukup besar. Yang tadinya batu-batu di sungai tidak bisa terlihat, setelah beberapa bulan bisa terlihat, meskipun belum bening. Dan setelah menunggu survey dari Kementrian Lingkungan Hidup, bisa diketahui bahwa Sungai Bodaigawa itu berhasil turun rangking menjadi nomor 5 an (dari nomor satu yang terkotor). Program “Keluar dari Predikat Buruk” ini berhasil. Dan tentu saja warga sekitar menjadi BANGGA dengan sungainya sendiri. Well, kalau bukan warga siapa lagi yang bangga? Tapi memang warga mengakui, si seleb itu yang men-trigger kegiatan warga. Warga memang tahu bahwa mereka sendiri yang harus berusaha, tapi perlu “orang yang mendorong”, dan kebetulan si seleb ini yang menjadi pemicunya.

Kurasa usaha-usaha “membersihkan diri” sudah banyak dijalankan di Indonesia. Kalau tidak, kan tidak ada hadiah Kalpataru (masih ada kan ya?) atau penghargaan-penghargaan lain. Tapi yang aku lihat dalam program di TV ini, usaha “keluar dari WORST” ini akan berhasil cepat bila SEMUA pihak bekerja sama, dengan sedikit sentuhan “sang seleb” dan PUBLIKASI televisi. Masuk TV loh! Coba ada TV Indonesia yang membuat program acara seperti ini satu saja deh, sebagai pengganti acara yang kurang bermanfaat. Dan ada seleb yang peduli juga. Jangan dong budget dijadikan alasan terus 😀

Yang menariknya dalam acara itu tentu bukan hanya masalah Sungai Bodaigawa saja, tapi setelah itu pun ada program keluar dari worst di bidang lalulintas dengan mengurangi korban jiwa akibat kecelakaan di suatu daerah (sepertinya Nagoya, aku lupa) yang paling tinggi se Jepang. Jadi memang dikumpulkan segala macam ranking bukan yang terbaik, tapi yang terburuk, dan bagaimana keluar dari predikat terburuk itu. PASTI BISA! dan sepertinya tidak perlu kan meminta para seleb Jepang untuk membantu warga Indonesia keluar dari keterpurukan negara Indonesia sendiri kan?

23 Replies to “Keluar dari Predikat Buruk

  1. Bagus ya mbak..sebenernya ny rasa bisa, cuma agak kuatir (nih, negative thinking lagi) ntar acaranya dibuat lebay..didramatisir gak keruan..hehehe..semoga aja yg baca postingan ini trs tergerak mem-produser-in acara sejenis ya mbak..

    Kalau memang “Selera”nya orang Indonesia termehek-mehek ya bolehlah, yang penting tujuannya tercapai 😉
    hehehe
    EM

  2. Di Indonesia ada program TV, yang namanya Bedah Rumah (produsernya Helmi Yahya), khusus untuk orang yang tak mampu, rumahnya diperbaiki biar hidup layak.
    Kebetulan ada tetangga (beda RT) yang rumahnya dibedah (masuk TV), penghuninya mantan pejuang Seroja, Timor Timur, rumahnya diperbaiki jadi layak huni, peralatan rumah tangga seperti tempat tidur, kulkas, televisi, dibeliin. Katanya, barang-barang yang diberikan pihak TV nggak boleh dijual sampai batas waktu setahun 🙂

    Wah bagus tuh acara seperti itu. Nah kan dengan begini aku jadi tahu juga ada acara bagus di TV Indonesia, bukan sinetron doang hehehe (soalnya yang menjadi topik sinetron mulu sih)

    EM

  3. Akankah mereka akan membantu mengeluarkan warga dari masalah bencana terburuk saat ini? radiasi nuklir PLTN Fukushima?

    Pemerintah Jepang saja belum tentu bisa :D. Ini kan rangking yang disurvey bertahun-tahun. Radiasi nuklir kan baru
    EM

  4. wah acaranya bagus tuh ya, perlu dicontoh. disini ngekpos tangisan dua belah pihak mulu infotainment-nya =c=a
    emang kalpataru masih ada ya ? gg pernah kedengeran lagi hhohho

  5. Andai saya produser TV mungkin saya mau lakuin usul mbak Imelda.. yah ketimbang membikin acara macam hipnotis-hipnotisan…

    sayang banget jika generasi kita tidak bisa menikmati jernihnya sungai-sungai di negeri kita

  6. yang penting emang harus ada kepedulian bersama. ini yang masih jadi kendala di indonesia. karena tingkat kepedulian masyarakatnya masih rendah. masih pada no action, talk only. 😀

    • Buru-buru peduli sama urusan orang lain mas. Masalah sendiri juga menumpuk kayak baju jemuran. 🙂

  7. Wah, acara seprti itu bagus sekali, layak diteruskan di sini. Semoga ada uang tertarik, ya? Karena banyak hal di Indonesia yang menyandang predikat terburuk. Bukannya mencela negara sendiri, tapi lebih ke pola hidup masyarakatnya.
    Terima kasih, mbak.
    Oh iya, ada award untuk mbak di rumah Susindra. Silahkan diambil, ya.

  8. Acara yang sangat bagus sekali, Mbak. Sebuah tekad dan semangat untuk menghapus predikat terjelek. Seandainya saja Ciliwung di Jakarta ketularan acara seperti ini…

  9. bagus tuh acaranya, cuma apakah seleb-nya mau ya? 😀 Kan kalau urusan sampah urusan kotor2 hehehe … Dan parahnya, pas ada kamera sih bisa nurutin, begitu kameranya balik ke studio, balik lagi ke attitude awal 😀 *apatis banget ya saya? HIhihih*

  10. wah…sepertinya saya sama juga…’apatis’ dengan keadaan tanah air. Tidak adanya gerakan yang memberikan semangat untuk masyarakat kalangan bawah membuat semuanya seperti hanya diem di tempat. Yang pasti, kepada anak2 saya tanamkan untuk membuang sampah pada tempatnya, karena banyak manfaatnya bagi kita semua. Generasi yang sekarang masih sekolah mudah2an dapat memberikan contoh kepada yg lebih tua.
    Kembali ke acara tv, masyarakat pada umumnya memang lebih senang dipermainkan emosi mereka sehingga lebih senang nonton sinetron. Anak2 saya malah senang nonton TV Championnya Jepang, yang memberikan nilai kompetisi dan kreatifitas kepada mereka. Sayang sekali di Indonesia, yg ditekankan hanyalah rating….rating dan rating….

  11. Wah, program acara yang sangat bagus itu, Bu. Iya, andaikan di tanah air ada program acara televisi yang semacam itu. Sekarang sih sedang ngetren-ngetrennya reality show yang sangat tidak real. Hoho.

  12. Acara bertemakan sosial semacam itu sebenarnya ada juga di TV Indonesia, Nechan, bedah rumah adalah salah satunya, seperti yang disebutkan mbak Indah Juli di atas.

    Ada juga acara “Andai Aku Menjadi”, yang menghadirkan seorang tokoh di rumah seorang masyarakat golongan bawah dan mengikuti segala kegiatan keluarga itu selama beberapa hari. di penghujung acara, keluarga itu akan diberikan solusi atas kesusahan hidupnya. Contohnya, dia akan diberi gerobak lengkap dengan isinya untuk dia bisa berjualan, dsb…

    Acara-acara semacam itu ada banyak sesungguhnya, namun sayangnya tidak menempati jam-jam premier. Dia kebanyakan berada pada saat penonton tengah sibuk dengan pekerjaan mereka. Sehingga, acara tersebut sepi penonton dan ratingnya tidak tinggi sama sekali 🙂

  13. Cerita yang menarik…..jadi ingat juga cerita di negara lain, saat sebuah negara bagian kotor, banjir dan kumuh. Warganya bergotong royong, di sponsori oleh kaum muda (jelas orangtua akan ngikut/mendukung)….pas saya kesana, saya melihat foto perkembangan kota tersebut beserta film dokumenter nya. Tak menyangka bahwa ibu kota negara bagian tsb dulunya kotor dan kumuh…

    Indonesia sebetulnya bisa melakukan hal ini, tentu dengan diberi contoh oleh para Pemimpin. Sebagai mana halnya perbaikan di bidang organisasi/perusahaan, komitmen manajemen puncak dan leadership yang kuat sangat penting demi tercapainya suatu tujuan. Jadi perlu contoh nyata….dan saya yakin rakyat Indonesia, termasuk para narablog akan antusias untuk membantu bersama-sama, secara gotong royong.

  14. wah bagus tuh acara….seleb d indonesia apa mau gtu kotor-kotoran ama tumpukan sampah..
    Ya klo ke sorot ma kamera pastinya mau,,,tapi klo ga kesorot,,,ane ga tau tuh….hehe

  15. Waah bagus banget tu acaranya..Di indonesia kok blm ada ya?
    mungkin yg agak mendekati Seperti Acara TransTV “JIKA AKU MENJADI”

  16. Seleb di sini banyak yang diangkat jadi duta ini itu. Spt Nadine Candrawinata yg jadi duta Wakatobi, atau ada yg jadi duta orang utan spt Angelina Sondakh, kita tunggu aja gebrakan mereka selanjutnya. Maksudnya sih menuju ke positif ya. Acara bedah kampung juga pernah ada, tp cuma sebentar. Yg diperbaiki bukan hanya 1 rumah, tp beberapa.

  17. Ide atau konsepnya menarik. Kukira bisa diaplikasikan di Indonesia untuk berbagai hal dalam konteks perubahan. Ketimbang isi TV melulu sinetron yang tak mendidik, reality show tak bermanfaat, dan berita penuh adu domba. Rasanya acara TV selama ini tak ada yang bergizi sama sekali. Kalau pun ada, hanya beberapa, dan pasti dianggap sepi iklan alias tak berduit oleh TV-nya dalam kacamata industri.

  18. saya pikir dan setuju banget seandainya ada program dengan pendekatan “punishment” seperti di atas, karena jika hanya dengan pendekatan “reward” agak susah untuk mendobrak budaya yang kurang bagus di indonesia mungkin.

    dulu, tepat dua tahun yang lalu, saya pernah mengusulkan kepada pemerintah kota banjarbaru, melalui kenalan saya di pemerintahan, untuk mengadakan program RT Terkotor di Kota Banjarbaru (yg kemudian saya tuliskan di blog lama saya, program yg mungkin memiliki konsep dasar yg mirip dengan cerita mba imelda di atas.

    tapi, rasanya sampai saat ini masih belum jalan… biasalah… pemerintah… hahaha..

  19. kayaknya nggak alama lagi Indonesia akan nge-jiplak plek plek program TV spt ini… spt yg sudah2… hehee…

    bagus banget motivasinya yah… dan mudah2an kita bisa ikhlas ngelakuinnya dan nggak harus selalu butuh seleb utk melakukan sesuatu yg baik.. hehe…

  20. Kalau di Surabaya sini ada gerakan Green and Clean yang sudah jalan bertahun-tahun. Belum masuk tivi sih, baru sebatas koran nasional. Tapi efeknya luar biasa. Ibu-ibu jadi kreatif mengolah sampah.

  21. Bagus sekali programnya kayaknya juga bisa diterapp
    kan pada pelajar yg seleb atau pelajar yg berprestasi, mendorong teman-temannya yg lain untuk melakukan tindakan yang positif dan dipublikasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *