Pengusir Ampuh

27 Mei

Tumben sekali hari ini pukul 7 malam, Gen sudah sampai di rumah. Tapi dia tidak langsung masuk apartemen kami, malah menunggu di depan pintu. Aku yang langsung ingat, segera mengambil garam dari dapur, dan menyuruh anak-anak jangan memegang papanya. Lalu aku taburi garam itu di pundaknya.

Gen malam ini baru pulang dari melayat. Dan merupakan kebiasaan di Jepang, setelah pulang melayat, meminta orang rumah untuk menaburkan garam ke pundaknya. Maksudnya supaya tidak membawa “kesialan” masuk ke dalam rumah. Garam berfungsi sebagai kiyome, membersihkan/ menyucikan. Aku sendiri lupa apakah di Indonesia memakai garam? Tapi yang aku ingat memang bapak-ibuku jika pulang dari melayat biasanya langsung mandi. Tentunya kebiasaan ini berlainan menurut daerahnya ya?

Garam memang tidak diragukan lagi fungsinya sebagai penyuci (membuat tempat atau sesuatu menjadi suci). Garam juga disebarkan di lapangan tempat pertandingan sumo dohyou 土俵  (lingkaran yang bertepi tali) dengan maksud menyucikan tempat yang akan dipakai bertanding. Dulu sumo merupakan salah satu upacara keagamaan, dan penting diketahui bahwa perempuan tidak boleh menginjak dohyou ini (dengan pemikiran bahwa akan mengotori tempat suci).

gunungan garam dalam piring kecil sebagai pengusir bala

Garam juga dipakai sebagai pengusir bala/pengaruh buruk dalam rumah. Jika pernah masuk rumah orang Jepang, ada semacam piring dengan garam berbentuk segitiga/gunung yang diletakkan di pintu masuk atau dalam ruangan. “Piramid garam” ini bernama morijio 盛り塩, dan ada banyak “cetakan” yang dijual untuk membuat gunungan garam ini berbentuk bagus. Aku rasa fungsinya ya sama saja seperti sesajen yang ditaruh di rumah-rumah orang Bali. Atau seperti cermin yang dipasang di pintu orang China. Menolak bala, memperlancar keberuntungan. Dan jika ditelusuri kebiasaan menaruh morijio ini ternyata sudah ada sejak zaman Nara atau sekitar tahun 710.

Dalam hal-hal religius memang garam memegang peranan penting, tapi dalam kegiatan praktis pun garam amat penting. Aku ingat kebiasaan menabur garam disekeliling tenda perkemahan untuk mengusir binatang melata seperti ulat, cacing dan diharapkan tentunya ular meskipun konon ular tidak takut garam. Garam memang pengusir ampuh ya. Kira-kira apa lagi yang bisa diusir si garam ini? Mungkin teman-teman bisa menambahkannya.

 

35 Replies to “Pengusir Ampuh

  1. Kan udah jadi juga artikelnya. Kalau ketangkap idenya pasti bisa cepat jadi ya. Kalau orang kampungku kalau nggak salah menyembur merica ke sudut2 rumah untuk tolak bala. Garam untuk apa lagi ya. Oh ya buat matiin bekicot.

  2. garam buat ngusir setan atau roh jahat
    berarti sama dong dengan di jepang ya? 😀
    ini sih pengalaman sendiri, sama orang2 tua dikasi tau
    klo rasa2 rumahnya/usahanya mulai rada2 gimana
    disuruh nebar garam di halaman
    biar setannya pada pergi hehehe
    tau deh bener apa engga, blomnyobain juga
    moga2 ga perlu nyobain 😀

  3. baru tau kalo abis pulang melayat ditaburin garam.
    dulu sih kita pas andrew masih bayi, kalo pulang ngelayat yang penting langsung mandi di kamar mandi bawah, ganti baju, baru masuk kamar andrew. hehehe.

  4. Kalau aku sih biasanya setelah melayat, yang penting cuci muka, cuci tangan, cuci kaki, terus ambil baju n ganti (gak tahan sama bau asapnya, sebenernya, hehe)

    Jadi inget, dulu waktu kamping, sekeliling tenda ditaburin (dituangin, tepatnya hehe) garam. Hmm, bisa usir tekanan darah normal juga kalau kebanyakan, hehe

  5. Kalau yang pernah saya praktekin ya untuk mengusir binatang melata, bukan cuman waktu kemah, tapi biasanya kalau habis hujan dan agak banjir ( agak banjir itu gimana ya? hihihi ) biasa di depan pintu ditaburi garam, berharap cacing, kalajengking nda nanya cabe ama bawangnya mana ya? 🙂

  6. Jika outbound, garam bermanfaat untuk mengusir hewan melata…ular dsb nya.

    Di keluargaku, jika habis melayat, atau habis ke makam, harus cuci kaki tangan dulu…justru sebelum masuk rumah. Di rumah mertua, ada pompa air diluar rumah, beserta kran air, agar kita bisa cuci kaki dan tangan di sana. Rumah jaman dulu, ada paviliun, jadi dari luar rumah bisa langsung menuju ke sumur dan cuci kaki tangan.

    • Yaaah… namanya juga adat ke-timur-an. Meski makan minum ditemani robot, paham animisme dan dinamisme masih kental dalam kehidupan sehari-hari.

  7. Kalo pulang melayat harus di kasih garam…
    aku baru tahu nih mbaaa…
    Cuman di Jepang doang kayaknya mah ya…

    Jepang itu terkadang suka kontradiktif ya mba,…
    di satu sisi..canggihnya ampun ampunan…
    tapi disisi lain, masih menjunjung tinggi hal hal yang berbau adat seperti itu…

    Keren lah…balance…

  8. kalau kepercayaan tolak bala, di seluruh dunia, ternyata banyak sekali ragamnya…

    ada yg pakai garam, bedak, dll entah apa lagi…

    unik… 🙂

    hmm… garam… utk mengusir hewan melata pastinya… sama dgn teman2 diatas… 🙂

  9. garam juga bisa berfungsi sebagai pengawet, contohnya sayur asin, ikan asin…. karena dengan lingkungan kadar garam yang tinggi, bakteri akan terdehidrasi dan mati…..

  10. dulu aku ingat pernah ada seorang temanku yg disarankan untuk mandi dengan air yg sudah diberi garam. aku lupa biar apa. kayaknya juga sebangsa biar terjadi keseimbangan. eh, seimbang apanya aku juga lupa. tapi setahuku untuk menghilangkan capek-capek, aku pernah dengar ada baiknya mandi dg air yg sudah diberi garam. aku sih percaya nggak percaya. tapi di kamar mandi aku selalu sedia garam kasar. kalau mandi pakai air hangat, suka kukasih garam sedikit. trus dulu waktu aku habis melayat adiknya temanku, aku pulang lasngung mandi pakai air garam. hehehe.

  11. Mungkin karena setan nya takut hipertensi 😆
    Aku nolak bala dengan do’a saja bu, biar sampai berbusa mulut ini.

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  12. Selain beruna sebagai bumbu masak, biasanya digunakan untuk mengusir roh jahat (mitos). Ada lagi mitos lain yang katanya untuk memindahkan hujan. Sepertinya mitos punya kesamaan di setiap daerah, walaupun di Jepang 😀

  13. kurang tau sayanya untuk apa lagi itu garam
    cuma kalau tidak salah garam beryodium untuk mencegah gondok. hehehe…

    tapi kalau budaya di banjar saat melayat dan/atau ada kematian dekat rumah, maka anak² biasanya dikasih kapur di telinga, katanya untuk menjaga dari hal² yang tidak² (berbau mistis)

  14. kalau di tempatku, habis ngelayat gak boleh lewat pintu utama kalau mau masuk rumah mbak, harus lewat pintu samping. trus semua baju yg dipake ngelayat harus langsung dicuci.harus mandi juga mb.hehehe..kalau garam masih blm tau khasiat yg lainnya mb. yg tau cuma buat jaga2 kalau ada ular pas waktu kita mendirikan tenda..hehhehe..

    lama gak maen kesini…kangen..
    apa kabar Mbak Em?

  15. Kebiasaan keluargaku juga gitu.
    Garam trus mandi atau kalau nggak ada air banyak, cuci muka dan tangan.
    Garam juga bisa untuk mengusir ular, katanya 🙂

  16. Garam memang jadi jurus ampuh yg ada hubungannya dgn hal2 supranatural… Utk usir makhluk halus, utk buang sial, garam jd andalan yg harus ada. Berkemah pun garam wajib dibawa utk usir hewan2 melata..
    Kalau keluargaku tdk menjadikan garam sbg penolak bala. Cuma klo habis melayat kami memang disarankan cepat berganti baju dulu baru boleh pegang anak atau keluarga, biar aura2 negatif yg melekat segera pergi.

  17. Memang sih kepercayaan itu aneh2 di berbagai tempat…. ada yg melibatkan garam, beras, dan lain-lain. Memang tidak perlu dicari logikanya kenapa, hanya saja terkadang kita tertarik ingin tahu bagaimana cerita awalnya garam digunakan sebagai penangkal sial. Dengan begitu kita sedikit banyak bisa tahu cara berfikir orang zaman dulu…

  18. Kalau waktu sering kemah dulu, di sekitar kemah kita kasih garam. Fungsinya agar ular dan serangga tidak bisa sampai masuk ke dalam kemah. Soal kebenarannya sih tidak berani memastikan, tapi begitulah tradisi di daerah saya 🙂

  19. Terakhir menggunakan garam untuk berjaga-jaga adalah ketika dulu masih kerap berkemah di alam terbuka. Selalu membawa bekal garam untuk ditaburkan di sekeliling area tenda. Ketika dewasa, sering melihat tayangan petualangan di TV yang masuk ke hutan untuk berburu dengan bermodal garam untuk membakar hasil tangkapan. Tapi itu tak pernah terjadi pada diriku 😀

    Sejauh yang aku tau, fungsi garam lainnya ialah dapat digunakan sebagai peribahasa: “Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga”. Hihihi.

  20. Kalau soal budaya dan adat, saya pikir Jepang dan Indonesia sama saja. Sama-sama orang Timur dengan kompleksitas adat budaya. Mengenai benar atau tidaknya manfaat yang terkandung, saya lebih suka menyebutnya sebagai kepercayaan. Apapun yang kita yakini dengan sepenuh hati pasti akan terjadi.

  21. Oh ya, Mbak Imel, pernah ngebahas tentang koshien gak? 😀
    Itu lho, kejuaraan nasional baseball SMA… udah pernah nonton, Mbak?
    Tulis dong, sekali-sekali… :mrgreen:

  22. Kayanya sama deh Mba EM.. Mama saya juga kalo pulang dari melayat biasanya mandi dulu.. tapi ga pake garam sih.. nah, kalo pake garam itu biasanya kalo abis kena ujan kecil gitu.. biar ga kena flu.. hehe..

  23. perempuan tidak boleh menginjak dohyou ini (dengan pemikiran bahwa akan mengotori tempat suci)..
    maksudnya kotor gimana ya Mbak..?
    ..
    ada juga yang percaya garam untuk mengusir mahluk halus yg merasuki seseorang..
    percaya gak percaya sih..
    ..

    Yah sama saja seperti perempuan tidak boleh sembahyang waktu haid, atau di Bali perempuan Haid tidak boleh masuk kuil karena akan “mengotori” tempat suci kan?
    EM

Tinggalkan Balasan ke monda Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *