Masa sih?

26 Mei

Masih selalu terbayang di benakku, hari pertama Kai harus mengikuti kelas perpanjangan Usagi-gumi (kelas kelinci).

“Kai, mama hari ini kerja jadi kamu nanti ikut kelas Tulip (kelas regulernya sampai pukul 2) dan sesudah bel pulang, Sensei akan membawa kamu ke perpustakaan di lantai 2. Di situ ada kelas namanya Usagi-gumi (kelas perpanjangan dari pukul 2- sampai pukul 5) bersama Mika sensei. Nanti di situ kamu bisa main lego, membaca buku, dan ada makan sorenya. Nanti mama cepat-cepat pulang dari kerja, langsung jemput Kai di lantai dua ya.”

Dan hari itu dia dengan penuh “pengertian” masuk ke gerbang sekolah, ganti sepatu dengan sepatu dalam uwabaki, dan berjalan menuju ke kelasnya. TANPA MELIHAT PADAKU lagi, paling sedikit untuk melambai. Tapi aku melihat, dia seperti menyeka airmata kering 🙁 Justru tanpa raungan/tangisan  seperti itu membuatku ngenes. Dan benar juga, menurut laporan Mika sensei, Kai tidak menangis di hari pertama itu, tapi suatu kali dia juga sempat melihat Kai “mojok” dan seperti mengusap air mata….duuuh… Dilema ibu yang bekerja.

Kai abis sakit...kurus ya 😀

Dan hari ini pun, meskipun dia baru kemarin masuk sekolah karena sakit berkepanjangan, tanpa protes dia mengikuti kelas Tulip dan Usagi (dan dia tahu bahwa akan sampai pukul 5 sore) . Untunglah hari ini aku tak melihat dia “mengusap” air mata lagi, sehingga aku bisa cepat-cepat naik sepeda ke stasiun yang lumayan jauh dari rumahku.

Biasanya aku taruh kembali sepedaku di rumah, dan naik bus ke stasiun itu. Tapi hari ini kupikir aku coba untuk langsung naik sepeda ke stasiun itu. Jalan ke stasiun itu memang terkenal dengan tanjakannya, tapi untunglah aku masih bisa menggenjot sepeda pagi tadi (mungkin karena masih segar ya 😀 ) . Setelah mencari tempat parkir sepeda, aku cepat-cepat berjalan ke stasiun dan bisa naik kereta pukul 9:09 pagi. Wah rekor nih, aku bisa sampai di stasiun Takadanobaba sebelum pukul 9:30. Naik bus + jalan dan sampai di ruang dosen sebelum pukul 10 pagi. Asyik deh bisa membuat fotokopi bahan mengajar cukup banyak hari ini.

Nah waktu istirahat makan siang, aku makan bento di kelas sambil membuka email di HPku. Mengintip komentar teman-teman di TE dan aku melihat si Penganyam Kata mengirimkan aku satu link. Langsung kucoba buka dan berhasil! (HP ku bukan smart phone atau IPhone soalnya). Mau tahu linknya apa?

Judulnya : Siswa Siswi Jepang Paling Sopan di Dunia. Haiyah….. Memangnya segitu sopan ya? Aku tak mengetahui standar apa yang dipakai oleh pelaksana survey OECD, atau bahkan mungkin aku harus merasa khawatir dengan tindakan siswa negara lain yang tidak sopan? Aku tak tahu. Dan aku tak mau menjadi komentator soal itu.

Tapi memang kalau ditanyakan soal “Apakah ada tawuran antar sekolah?” Jawabnya pasti BIG NO!  Apakah siswa-siswi tidak saling berkelahi di dalam  sekolah? Nah itu aku tidak bisa jawab. Mungkin bukan berkelahi secara pukul-pukulan, tapi “berperang batin”. Buktinya masih ada kok kasus bullying, ijime, yang menyebabkan beberapa murid yang menerima perlakuan tekanan dari teman-temannya itu sampai bunuh diri. Masih ada. Dan biasanya terkuak setelah terjadi kasus bunuh diri di kalangan SD dan SMP. (Aku belum pernah mendengar kasus bunuh diri di SMA, entah apakah itu tidak mencuat di permukaan atau ntah apakah siswa SMA lebih kuat terhadap tekanan dibandingkan siswa SD dan SMP.

Tapi waktu aku ceritakan pada Gen soal hasil survey “Eh masa siswa Jepang itu paling sopan sedunia loh!” Dia berkata, “Mungkin ya kalau dilihat dari keberhasilan mengadakan Ujian Masuk Universitas Serentak. Itu kan diikuti 500.000 calon mahasiswa setiap tahunnya. Meskipun ada kasus penangkapan “kecurangan” ujian, tapi jumlahnya kecil sekali kan? ”
Yang kujawab, mungkin siswa-siswi Jepang itu kurang “mahir” menyontek yah 😀 (dan dijawab Gen mungkin juga karena polisi Jepang sangat ketat hihihi)

OK, memang secara umum siswa-siswi Jepang sopan-sopan. Mereka bersusah payah mengikuti bimbingan belajar untuk mengikuti ujian masuk universitas. Tak jarang mereka harus menjadi rounin (status pengangguran) setahun dua tahun untuk bisa masuk ke universitas idaman. Jalan masuk ke universitas itu berat bung! Tapi begitu bisa masuk universitas, 4 tahun di dalamnya Anda bisa menikmati kehidupan mahasiswa yang meriah. Asal mengikuti kuliah dan mengumpulkan tugas, sks bisa didapat. Jarang ada dosen killer yang menjatuhkan mahasiswa dengan tidak memberikan sks, jika absensi penuh. Di beberapa universitas ada yang menerapkan nilai 50 masih lulus. Sehingga dosen yang mau menjatuhkan diharapkan memberi nilai 49! (Dan jarang ada dosen yang mau membuat perkara). Ada universitas yang memberikan nilai A+ bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai di atas 90. Prinsipnya: Masuk universitas sulit, tapi keluar (lulus)nya mudah. Banyak fakultas juga yang tidak memberikan syarat skripsi sebagai tanda kelulusan, kecuali mau melanjutkan ke S2.

Pasar buku bekas di dalam universitas W hari ini. Selama mengajar di sini 12 th baru kali ini lihat diadakan di dalam kampus.

Dan yang pasti aku pernah menjadi mahasiswa di universitas Jepang, dan terpana karena mahasiswa bisa tidur di kelas, sambil ngorok lagi 😀 . Selain itu mahasiswa juga ribut mengobrol sendiri dalam kuliah. Di kelas bahasa Indonesiaku? Aku biasanya sengaja menunjuk mahasiswa yang ngantuk untuk menjawab pertanyaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, aku pernah membiarkan satu-dua mahasiswa mendengkur di kelas. Biasanya mahasiswa itu pengikut extra kurikuler olahraga tertentu yang menjadi wakil universitas untuk bertanding di luar. Jadi biasanya aku juga sudah waspada terhadap mahasiswa seperti itu, dan sudah pasti aku ancam mereka harus menyerahkan tugas jika mau mendapat nilai 50 😀 (buat mereka yang penting lulus).

Jadi begitulah ceritaku sehubungan dengan link yang diberikan Danny. Tapi yang pasti tadi di kelasku, aku agak kesal karena ada 2 pasang mahasiswa yang cekakak cekikik dalam pelajaran mungkin karena menemukan kata lucu. Well, menghandle kelas dengan 35 mahasiswa memang sulit.

Tapi kekesalanku hari ini terobati waktu aku menjemput Kai di kelas Usaginya, dan dia langsung berlari menghambur, memelukku dengan senyum. Dan waktu kutanya, “Kamu menangis? ”
“TIDAK” jawabnya. Dan ditambah, “Maaf ma, aku sisakan makanan di bentonya.”
“Kenapa?”
“Aku kan tidak suka telur (puyuh)”
“Oh … ya sudah nanti tidak usah bawa telur puyuh lagi ya. Biar kakak Riku makan, dia suka sekali”

So how was your Thursday?

Bunga Ajisai (hydrangea) pertanda musim hujan mulai kuncup

 

 

25 Replies to “Masa sih?

  1. Duh… ngebayangin si Kai ngomong “maaf ya, ma…”, rasanya gimana gitu, Kak…
    Tx God Kai udah sembuh, jangan sakit-sakit lagi ya, Kai… 🙂

    iya tuh si Kai. Tapi kalau dia makan semua bersih, dia juga akan katakan “Mama aku makan semua loh. Aku tahu mama pasti senang kalau aku makan semua ” Tuh tambahannya juga bikin ngenes kan 🙁
    Berusaha menyenangkan mamanya 🙁
    EM

    • Salah satu tanda keberhasilan mamanya mengajarkan prinsip moral pada anak, berani meminta maaf dan berusaha menghabiskan semua bekal. Kai hebat. Tante Susi salut sekali.

  2. Mahasiswa lain nggak terganggu ngorok? Kuliah di sana kok tampak santai mbak’? Kok bisa maju dgn sdm yang asal lulus?

    Kan sebelum masuk univ sudah banyak belajar 🙂 dan sesudah lulus belajar lagi di perusahaan tempat mereka bekerja. Tidak ada mahasiswa yang siap pakai kan? Segala training untuk menjadi karyawan di perushaan itu bahkan diikuti sebelum mereka lulus/wisuda univ loh. (Mereka biasanya sudah mendapat kerja sebelum wisuda. Kegiatan mencari kerja ini dilakukan waktu tingkat 3 🙂 Tapi situasi di atas itu utk mahasiswa sosial loh. Kalau teknik dan kedokteran ya penuh dengan praktikum jadi tidak bisa tidur dalam kelas 😀

    EM

  3. wah, enak bgt jd mahasiswa jepang, bisa tiduran di kelas, klo udh di Indonesia biasanya dulu kita dilempari spidol… hehe

  4. ikut rasa sedih pula saat baca kisah kai pada pembukanya
    terharu dan senyum sayanya waktu kemudian baca kai tak lagi nangis dan tak suka telur puyuh, padahal itu enaaak… hehehe…

    waduh… seandainya saja dulu kuliah di jepang, pastilah saya sudah termasuk itu kelompok yang tidur dalam kelas. ckckck.. sebab saya tau persis bakat saya soal tidur. hahaha…

    dan nampak senang sekali itu, jarang ada dosen killer 🙄

  5. kaget deh lihat fotonya Kai yg kurus. aduh, bisa sekurus itu ya dia? mbak, Kai tapi doyan banget telur ikan to? 😀

    kalau di sini katanya masuk universitas idaman itu sulit, dan keluarnya pun sulit. katanya sih… tapi aku pikir, asal kita niat belajar sungguh-sungguh, pasti bisa deh. dulu pernah dikatakan ada seorang dosen killer di fakultas tempat aku kuliah. soal yg dia buat susah2. tapi pas aku ikut kuliah dia, aku malah jadi terpacu belajar. jadinya nilainya nggak hancur. dosen killer itu mungkin berlaku untuk mahasiswa yg malas kali … 🙂

  6. Masuk universitas disana susah yah Mba… jd yg menjadi mahasiswa memang anak2 pintar…
    walaupun ada kasus ngorok dikelas dll… kayaknya Indonesia hrs belajar bnyk dari Jepang…
    disini masuk kuliah kadang bida dibeli… 🙁

  7. Imel…dilema ibu bekerja memang seperti itu…tapi saat mereka remaja, mereka akan bangga atas mama nya dan cerita pada teman-teman nya. Ibu bekerja, mungkin karena merasa bersalah, lebih memperhatikan gesture tubuh anaknya, apakah anak hari ini lebih pendiam, atau diam2 menyeka air mata, atau murung, atau ceria yang berlebihan. Justru kewaspadaan seperti ini yang menolong orantua untuk melihat perubahan anak sekecil apapun, juga menolong nantinya untuk melihat tanda-tanda perubahan, sehingga jika anak ada sesuatu, ortu lebih waspada (seperti kena narkoba dll).

    Anak sulungku begitu mulai kuliah, dia mulai tidur (saya pernah cerita kan, dia sleeping disorder), tapi begitu dosennya marah (karena sebelumnya lupa diberitahu kondisinya dia), dia disuruh mengerjakan di papan tulis..ya bisa dan bagus..sepanjang tertidurnya di kelas yang benar. Kalau tertidur di tempat lain, yang didengar juga yang ada di tempat itu. Dan syukurlah, bekerja juga tak masalah, mungkin karena dengan bule, yang menghargai hasil….(result oriented).
    Saya pernah cerita disini http://edratna.wordpress.com/2008/01/13/jangan-abaikan-jika-anda-mengantuk-berlebihan/

  8. Dilema ibu bekerja 🙁
    Itu pula yang terjadi pada Egi, hari Kamis kemarin.
    Rabu malam dia menginap di tempat kami, jadi pagi2 harus sekolah,
    jadi mamanya antar seragam dll
    eh begitu lihat mamanya langsung menangis minta mamanya yang antar dia ke sekolah
    dibujuk bagaimanapun tetap tidak mempan
    nangisnya malah tambah kenceng 🙁
    sedihhh rasanya
    sayangnya mamanya juga udah kesiangan, maka terpaksa tega tidak mengantar
    karena dibujuk tidak mempan, saya ancam tidak boleh menginap lagi kalau tidak mau diantar biuda ke sekolah, sedikit melunak, tapi masih belum hilang tangisnya hiks …
    akhirnya mau juga sih,
    bahkan saya cuma boleh mengantar sampai depan jalan ke sekolahnya,
    tidak boleh antar sampai masuk ke dalam sekolah.
    anak-anak memang kadang mandiri kadang ngagetin kolokannya heheehe

  9. Kamis saya bahagia dan sejahtera! 😀

    Oh, jadi begitu kehidupan perkuliahan di Jepang, ya? Sepertinya nikmat begitu. Hoho. Jadi pengen nanti melanjutkan kuliah di sana. Ah, nantilah dipikirkan. 😀

    Begitulah menjadi wanita yang bekerja, Bu. Harus benar-benar bekerja keras agar pekerjaan dan keluarga sama-sama berhasil. Semangat!

  10. Kalau boleh milih, inginnya sih bisa kerja sambil mengawasi anak, tp tak bisa pula. Sekarang Vay jg suka sedih kalo lihat aku ngantor, pagi2 lgsg bangun dan bilang jgn pake baju kantor, pake baju rumah saja. Yah, klo pohon bs jd berbuah uang, aku jg mau berhenti kerja heheh…

  11. ah…lagi lagi disuguhi kegiatan mba Imel yang selalu padat…

    Aku juga suka ngenes kalo ngeliat Kayla sedang bersikap gitu sih mba…merajuk apa sedikit ngambek gitu…tapi berusaha menahan diri dan mengerti…
    Tapi Kai kereeeeen 🙂

    Waduh…
    masa mahasiswa bisa tidur di kelas sih mba?
    Mungkin lain kali dosen nya bisa bawa bawa bantal dikelas untuk menyindir sang mahasiswa…hihihi…

  12. Eh, baru tau ternyata soal suvery itu dibahas rupanya. Hihihi. Soalnya waktu kali pertama tulisan ini di-posting, aku baru sempat mbaca bagian akhirnya saja di reader, soal Kai yang nggak menghabiskan bento karena nggak suka telur puyuh (kadar lemaknya tinggi, Kai 😀 )

    Menarik juga ya kuliah di Jepang. Awal untuk masuknya sulit, tapi setelah masuk atmosfernya sungguh-sungguh untuk belajar. Kalo di Indonesia, sudah masuknya sulit, begitu kuliah banyak bertemu dengan dosen kucluk dengan wawasan minim, untuk lulusnya minta ampun. Hihihi. Tapi kuliah di Jepang tanpa beasiswa, biaya hidupnya kan mahal… 😀

  13. Oh iya. Kai tampak kurusan. Tapi senyumnya manis. Wajah dan matanya mulai bersinar kembali. Syukurlah sudah mulai membaik dan bisa sekolah.

    Buat mamanya, naik sepeda aja terus… “Sehat” kok 😉

  14. Emang ngenes ya mbak, kalo liat anak kita nangis diem2..Audri yg suka gitu…(kalo dia nangisnya jerit2, ny bakalan marah2 kayaknya hehehehe). Kai emang hebat!! (Audri masih ny tungguin tiap hari mbak, karena kalo ny tinggal dia di sekolah – belajarnya sambil nangis diem2..dan terus2an..dan kebetulan emaknya kan pengangguran, lumayan deh jadi ngerumpi di sekolahan..hihihihihi..)

    Sehat2 terus ya Kai, sukses ya mbak Imel…aamiin…

    Enaknya bisa ngorok di kelas– Ny pernah ditegur dosen, karena ny ngantuk (baru merem melek lo mbak, blom ngorok..itu aja udah ditegur..wkwkwk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *