Third Day

13 Apr

Hari ini adalah hari ke tiga Kai masuk TK. Sejak hari Senin, aku mengantar dia ke TK nya sekitar pukul 8:45 pagi. Sebetulnya kami diharapkan mengantarkan anak-anak antara pukul 8:30 -9: 30, dan menjemputnya kembali pukul 11:00. Pendek sekali ya? Tapi ini memang khusus untuk pemanasan bagi anak-anak. Kami juga harus mengantar anak-anak kami sampai di depan kelas, sebelumnya mengajari mereka untuk menukar sepatu dengan uwabaki (sepatu dalam).

Aku mengantar sendiri Kai ke TK, tapi sebetulnya kalau mau ada juga disediakan antar-jemput. Hampir semua TK menyediakan layanan antar-jemput dengan trayek tertentu. Tidak seperti di Indonesia kalau bus antar-jemput anak-anak biasanya berhenti di depan rumah masing-masing, kalau di sini biasanya dipoolkan di tempat yang mudah dijangkau dan tidak mengganggu lalu lintas. Jadi semisal jam penjemputan pukul 8:35 ya sebelum pukul 8:35 kami sudah harus menunggu di pool tsb. Aku tidak yakin anak-anakku bisa siap sebelum jam penjemputan, jadi lebih baik aku antar sendiri naik sepeda. Apalagi nanti jika aku sudah mulai mengajar, sesudah antar Kai, aku bisa langsung pergi ke stasiun naik sepeda. Biasanya biaya antar-jemput ini sekitar 5000 yen/bulan.

Hari pertama, Kai dengan penuh semangat pergi ke TK, karena aku menjanjikan akan bermain di halaman sekolah sesudah selesai sekolah. Meskipun kadang dia juga masih menyebutkan,
“Aku maunya sama mama”.
Aku selalu menjawab, “Iya tentu saja. Kan hari ini hanya main lilin, makan snack lalu mama jemput loh”.
“Tidak tidur siang?” (Kalau di penitipan kan pasti pakai acara tidur siang)
“Tidak!”….
Lalu dia tersenyum. Dan masuk kelasnya dengan gagah.

Sebelum berangkat ke TK, Senin lalu.... untung Kai tidak menangis

Naik sepeda dari rumahku ke TK hanya 5 menit. Jadi biasanya aku berangkat menjemput Kai pukul 11 teng juga masih keburu. Karena kami harus menjemput lagi di depan kelas. Proses penyerahan murid kepada guru memang untuk membiasakan anak-anak ini terhadap guru dan peraturan sekolah. Tapi kami hanya bisa begini selama 3 hari pertama. Mulai besok kami hanya boleh sampai pintu depan sekolah, tempat anak-anak ganti sepatu. Dan waktu belajar juga ditambah 30 menit, menjadi sampai pukul 11:30. Nanti mulai bulan Mei akan menjadi pukul 2 siang.

Kemarin ada rapat orang tua dan guru (PTA – Parent Teacher Association) pertama kalinya, untuk memilih wakil pengurus kelas yang bertugas membantu kelancaran kegiatan sekolah. Satu kelas 3 orang dan salah satunya akan menjadi penghubung dengan kelas yang lain. Hmmm, aku sih suka berorganisasi begini (sok sibuk hihih), tapi kupikir biarlah ibu-ibu yang lain. Aku cukup kaget waktu ikut rapat itu, duh hampir separuh ibu-ibunya menggendong bayi! Gawat nih, bisa-bisa ngga ada yang mau jadi wakil. Eh, ternyata ada juga kok yang bersedia mencalonkan diri, jadi aku bebas… asyik.

Waktu sedang diadakan rapat sekitar pukul 14:15 siang tiba-tiba beberapa HP ibu-ibu berbunyi khas. Peringatan dini gempa. Semua diam dan berdebar-debar menunggu datangnya gempa. Gurunya Kai bilang, tidak apa-apa, kalau ada apa-apa kita bisa lari ke halaman, tinggal buka pintu yang menghubungkan dengan halaman sekolah. Untung saja gempanya tidak besar, dan rapat dilanjutkan kembali.

Tapi karena khawatir juga tentang Riku, kupikir biarlah aku dan Kai mampir ke sekolahnya Riku (beda satu blok saja) supaya bisa pulang sama-sama. Di depan SD nya Riku itu ada taman kecil yang bernama Taman Tupai. Jadi kami berdua menunggu di taman itu, sambil Kai bermain luncuran.

Di situ aku bertemu beberapa anak yang sudah pulang lebih cepat. Dan lucunya aku diajak bicara oleh seorang anak perempuan yang manis tapi cerewet….hihihi. Lucu juga sih, rupanya begini rasanya kalau punya anak perempuan. Kai saja aku anggap sudah cerewet, tapi anak perempuan ini jauuuuh lebih cerewet, suka bicara. Semuanya dia ceritakan, dan aku menjadi pendengar yang baik 😀

Tapi selain si cewe ini, aku bisa melihat persiapan pulang anak SD. Sejak pasca gempa, mereka harus pulang berkelompok, supaya jika terjadi gempa, mereka bisa bergerak mengungsi bersama, dengan satu pemimpin. Kebijakan ini diambil oleh pihak sekolah sampai dengan tanggal 29 April nanti…. kecuali jika masih sering terjadi gempa susulan.

Yang aku rasa hebat juga pihak sekolah, selain sudah menentukan kelompok pulang sejak Riku kelas 1 SD, mereka juga memberikan petunjuk untuk membawa air minum, pelindung kepala dll. Bahkan nanti tgl 15 April aku akan ada rapat PTA untuk kelasnya Riku, dan mereka memikirkan kondisi anak-anak waktu kami sedang rapat. Jika tidak ada gempa-gempa begini memang biasanya anak-anak ditinggal di rumah saja. Tapi dengan banyaknya gempa susulan, sekolah juga khawatir jika terjadi apa-apa selama anak-anak sendirian di rumah. Jadi khusus untuk hari Jumat nanti, halaman sekolah akan dibuka sehingga anak-anak bisa bermain di halaman sekolah selama ibu-ibunya rapat.

Satu lagi yang kurasa hebat juga mereka memikirkan kemungkinan jika listrik mati dan anak-anak tidak bisa belajar di sekolah. Mereka memikirkan kemungkinannya untuk belajar di alam terbuka, yaitu di Taman Shakujii, taman yang luas di wilayah kami. Yang penting proses belajar harus terus berjalan, tidak gampang meliburkan 🙂

Tiga hari awal tahun ajaran baru April 2011- Maret 2012 sudah dimulai dengan lancar. Semoga anak-anakku bisa belajar dengan aman dan lancar, dan semoga gempa makin berkurang … AMIN.

Sakura dekat taman bermain di depan SD nya Riku, Taman Tupai.

 

 

19 Replies to “Third Day

  1. Kai hebat…dia pemberani ya mbak…
    btw…mau punya adik cewek buat Kai ya mbak imel? hehehehehe 😛
    Jepang itu hebat penanggulangan pasca gempanya, salut banget…

    Iya Kai beda sifatnya dengan Riku, lebih pemberani dan suka bergerak kemana-mana.
    anak cewe? Ngga deh hihihi
    Jepang bisa hebat karena mau membuat/memikirkan kemungkinan2 yang yang bisa terjadi. Tidak menyerahkan pada Tuhan saja 😀

    EM

  2. Semua kemungkinan sudah diantisipasi ya, jadi orang tua merasa aman meninggalkan anak2 di sekolah. Kai nanti pulangnya jam 2?, lama ya.

    Iya aku malah merasa di sekolah jauuuuh lebih aman daripada di rumah hahaha
    EM

  3. Bagus sekali antisipasi dari pihak sekolah, ya, mbak…

    Sistem antisipasi bencana ini sepertinya memang harus dibantu oleh setiap pihak… bukan hanya pemerintah..tapi juga instansi2 seperti sekolah…

    Sekolah ini sekolah negeri sehingga diatur oleh komisi pendidikan di pemdanya

    EM

  4. duuuh semakin sering ke sini semakin besar saja rasa iri ini,
    sekaligus membuat saya jadi semakin berandai-andai
    andai saja dunia pendidikan di Indonesia meniru sedikit saja pola yang diterapkan di Jepang

    eh baru ngeuh, anggota dewan kan suka studi banding tuh,
    mereka pernah studi banding ke Jepang ga ya? 🙂

    Mba Imel kerenz ya anak2 diantar jemput sendiri,
    saya pun nanti klo punya anak mau begitu juga ah
    agar bisa menikmati setiap kebersamaan 🙂

    Kadang aku juga ngomel kok…. ingin bisa BEBAS seperti di Jakarta, bisa minta baby sitter/asisten untuk antar jemput. Tapi ya itu, aku bahagia sekarang karena bisa meluangkan waktu banyak untuk anak-anak, meskipun kadang harus kerja juga

    EM

  5. dari judulnya bisa tebak deh, pasti tentang Kai 🙂

    Wah, hebat ya, tetap mempertimbangkan sekolah jika gempa terjadi dan tak ada listrik

    Itulah Clara, aku senang di Jepang mereka selalu mengadakan simulasi. Kalau begini, kemungkinan yang terjadi begini, tindakan yang harus diambil begini…semua dipelajari. Sedangkan negara kita? hmmmm

    EM

  6. wah, kai benar2 sudah gede. dan hebat dia, nggak pakai acara nangis pas masuk tk. apakah teman2 kai yg lain ada yg menangis, mbak?

    btw, tk di sana sampai jam 2 siang? lama sekali.

    Banyak yang menangis, tapi kulihat kelasnya Kai tidak tuh…
    Ya dari jam 9 sampai jam 2, dengan waktu makan bersama.
    Kalau aku kerja bisa diperpanjang sampai jam 5. Makanya aku pilih TK ini, karena tidak setiap TK mau menerima perpanjangan sampai jam 5. Meskipun untuk perpanjangan itu aku harus bayar extra
    EM

  7. Tuh, kan. lagi-lagi ngasih foto sakura. Bisa saja bikin saya senang.
    Hehehehehe
    Tapi seandainya saya duduk di seberang pohon sakura sambil ditemenin cewek kecil yang cerewet itu kira-kira enak gak, ya?

    cewek cerewet itu aku yakin akan menjadi wanita karir yang cerdas. Terlihat dari sinar matanya.
    (tetep ngga pengen punya anak cewek hahaha–soalnya ntar disaingi 😀 )

    EM

  8. Wah klo di Indonesia ada masalah sdkt aja libuuur.. Haha… Salut ya atas kedisiplinan org Jepang ini… Pantas mereka maju, apapun bencananya…

    Itu dia, dikit-dikit libur kan? Mbok ya konsisten tapi berencana. Buat simulasi, jika begini, harus begini. Indonesia ngga pernah mau belajar sih

    EM

  9. sakuranya itu lohh… indah sekali seperti yang kulihat di foto nya yustha tt… apakah sedang musim mbak imel…

    semoga hari ketiga dan hari lainnya lebih baik untuk Kai, Riku dan keluarga Miyashita

    Ya sekarang sedang musim sakura, dan dalam seminggu dua minggu ini akan habis 😀
    EM

  10. Selamat bersekolah TK, Kai.
    Foto sakuranya bagus, jadi ingin ke Jepang, hehehe.
    Amiin, untuk gempa semakin berkurang.

    Terima kasih Injul
    Kalau ke Jepang kasih tahu ya 😀
    EM

  11. hehehe, bentar lagi masuk SD, lalu SMP, lalu SMA, lalu KULIAH, lalu makin gede aja hehehehe

    ya, aku sudah pusing kok dari sekarang mikirin pendidikan mereka 🙁

    EM

  12. Imel, ada nggak bedanya Riku dan Kai saat masuk sekolah pertama?

    Sulungku saat kecil termasuk berani, saat dia masuk hari pertama, saya sedang mengikuti pendidikan untuk kenaikan tingkat (jadi saya ijin datang terlambat..risikonya tak bisa mengikuti pelajaran). Pas udah setengah jam, si sulung bilang..”Ibu, saya ditinggal aja sama si mbak, kan ibu juga harus sekolah.” Duhh saya terharu banget. Tiga hari kemudian, si sulung bilang..”Bu, si mbak nggak usah antar, aku ikut jemputan aja sama teman-teman…”

    Si bungsu, hobi nangis saat kecil, juga sulit makan.. 2,5 tahun mulai masuk TK kecil biar mau makan, karena di TK ada makan bersama dua kali seminggu. Awalnya, si bungsu yang masih kecil menangis terus….jadi dia baru diam jika tangan si mbak terlihat dari jendela….hahaha….Tapi lama-lama dia suka sekali sekolah, kalau main kemana-mana bawa buku gambar…..hehehe….

    Saya lihat, di Jepang anak-anak lebih mandiri, karena terpaksa oleh keadaan, tak ada pembantu….tak terbayang jika membesarkan anak kecil, tak ada pembantu, masih harus bekerja. Aduhh..saya membayangkan Imel pasti capek sekali…dan sekarang mungkin baru mulai merasa nyaman, karena Kai tak harus di gendong-gendong lagi….dan anaknya juga lucu serta berani. Pasti hari-hari EM sekarang indah sekali, lelah kerja akan hilang ketemu dua anak yang lucu dan baik itu.

  13. gimana ya, cerita mbak imel, kalau bentar lagi kai dan riku minta ijin punya pacar wahhhhh pasti seru niy, tapi kudu nungguin blog ini beberap atahun lagi

  14. Hmmm Jepang hebat, memikirkan kelangsungan proses belajar. Taman pun jadi. Indo2 pasti ogah. Saya mah malah senang & segar belajar di alam terbuka
    & hebat yg pd mw menawarkan diri utk mnjd pengurus. Mereka sll bertanggung jwb, kan?!
    & hebat, hal2 jangka pendek sprti anak2 biar bermain di halaman drpd menunggu sendirian d rumah, ttp masuk pertimbangan

    ~LiOnA~

Tinggalkan Balasan ke monda Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *