Semua Ada Hikmahnya

14 Mar

Saat menulis blog ini 3:42 pagi. Aku terbangun sekitar jam 2, karena ada mobil dari TEPCO (Perusahaan Listrik Tokyo) mengumumkan begini :
“Maaf mengganggu tidur Anda, daerah ini akan diadakan pemadaman listrik mulai pukul 6:15 pagi”…. Hmmm ternyata daerahku mendapat giliran pemadaman listrik yang pertama.

Untuk menghindari blackout, PM Kan Naoto meminta agar TEPCO mengadakan pemadaman listrik bergilir. Suatu tindakan yang bijaksana menurutku. Sekaligus juga kita bisa merasakan betapa listrik itu penting. Daerah bencana saja sampai sekarang masih banyak yang belum ada listrik.

Sebelum tidur jam 11 tadi malam, aku sempat mendapat email dari ezweb. Berita dari Ryoko dan Taku, adik iparku yang tinggal di Sendai. Kabarnya, “kami bertiga baik-baik saja dan berada di apartemen, tanpa luka. Listrik baru jalan hari ini , makanan dan minuman ada persediaan. Telepon permanen (rumah), internet dan TV belum bisa, jadi hanya bisa HP saja.”

Puji Tuhan! Sejak aku menerima email darinya setelah gempa yang menyatakan mereka baik-baik saja, aku memang memikirkan bagaimana mereka melewatkan hari dalam gelap di apartemen mereka di lantai 6. Aku terus berdoa semoga mereka, terutama anaknya tidak panik karena masih terus terjadi gempa berskala 7SR di sana. Tuhan memberikan kekuatan bagi mereka.

Sabtu malam, sebelum Gen pulang, Riku menghampiriku. Dia bertanya,
“Mama kenapa sih ada gempa segala?”
Ah, aku tahu anakku sedang mengalami aftershock trauma. Aku memang sering melihat dia menangis tanpa suara, apalagi kalau aku pasang televisi. Well, siapa tidak panik melihat berita tsunami yang begitu dahsyat seperti itu? Jumlah orang meninggal, atau suara tangisan korban yang selamat. Tayangan video dari warga persis sebelum tsunami datang dll. Tapi kami perlu mengetahui perkembangan berita dan informasi dari NHK untuk bersiap-siap sehingga harus memasang televisi terus.

“Mama juga tidak tahu kenapa ada gempa” Aku tahu dia bukan menanyakan proses terjadinya gempa tapi mengapa Tuhan memberikan musibah kepada manusia. Pertanyaan yang penting dan harus dijawab dengan serius. Sambil aku peluk dia aku menjelaskan,

“Kita, manusia tidak bisa tahu apa yang akan terjadi, gempa, tsunami, tanah longsor. Bahkan kita tidak tahu kapan kita mati. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan.”
“Kita hidup pun diberikan oleh Tuhan. Tuhan yang Maha Kuasa untuk menentukan Riku lahir dari papa dan mama. Riku adalah hadiah dari Tuhan. Nah untuk itu kita harus bersyukur dan berterima kasih terus pada Tuhan lewat berdoa. ”
“Riku waktu gempa ada di rumah dengan mama dan Kai. Berarti Tuhan melindungi Riku. Bayangkan jika Riku sendiri. Karena itu kita juga harus berdoa untuk memohon perlindungan Tuhan. Caranya ya dengan berdoa”
“Kalau Riku mau sesuatu kan pasti minta ya? Misalnya mama punya coklat, tapi kalau Riku tidak minta, mama mungkin tidak kasih. Dengan Riku minta, mama tahu Riku ingin kan? Karena itu kita juga berdoa untuk minta pada Tuhan untuk melindungi kita. Berdoa itu untuk bersyukur dan memohon.”

Dan Riku berkata, “Mama besok kita pergi ke gereja ya. Papa juga”
“OK. Kita juga harus berterima kasih pada Tuhan karena sudah melindungi Om Taku sekeluarga ya”

Demikianlah hari Minggu, 13 Maret, kami berempat pergi ke Kichijoji. Waktu keluar rumah, Riku sempat berkata, “Kok semuanya biasa saja ya ma? Seakan tidak pernah ada gempa”

Memang waktu hari Sabtu aku sempat melihat ke luar rumah, sedikit sekali orang keluar rumah atau mobil yang lewat. Tapi hari Minggu ini cukup banyak. Tapi waktu kami naik bus, memang penumpangnya sangat sedikit.

Sesampai di gereja, pastor juga mengatakan yang sama, “Kalau kamu bertanya mengapa semua itu terjadi? Saya akan jawab tidak tahu. Tapi semuanya itu mungkin penting ada dalam kehidupan kita untuk bisa BANGKIT kembali. Memulai hidup yang baru, yang mungkin lain dari sebelumnya”

Setelah gereja, aku sempat bertemu dengan Pastor Epen yang akan pindah ke Yogyakarta bulan April nanti. Karena kami belum makan siang, sekitar pukul 2 kami akhirnya mampir ke toko sate Iseya.

Toko Sate Iseya

Toko ini sudah berdiri lebih dari 80 tahun, tapi bangunan lamanya terbakar beberapa tahun yang lalu sehingga sekarang sudah bersih dan baru. Tadinya? Ya bangunan kayu tua dengan arsitektur Jepang asli. Dulu sebelum Riku lahir, kami sering pergi ke sini. Tapi karena tempat ini adalah tempat minum-minum, sulit untuk membawa anak-anak makan ke sini, sehingga sudah cukup lama kami tidak makan di sini. Rasanya seperti bernostalgia kembali.

Menu di situ sate ala Jepang, dengan tare (saus) kecap manis atau hanya garam saja. Tapi daripada sate, aku malah paling suka siomai dan jagung bakarnya! Duh kalau makan jagung bakar rasanya seperti berada di Puncak/ Puncak Pass. Berasa di rumah :D.

siomay dan jagung bakar.... yummy...

Tapi aku lihat Riku makan sedikit sekali, dia mengantuk sepertinya, sehingga aku peluk dia dan biarkan dia tidur di pelukanku. Badannya sudah besar, sehingga cukup berat juga menahan badannya supaya jangan terjatuh. Akhirnya aku minta Kai cepat-cepat makan supaya kita bisa cepat pulang. Tapi sebelum pulang aku belikan mereka berdua es krim. Ah aku tahu mereka, sedikitnya Riku, stress setelah mengalami gempa kemarin. Riku bahkan terus bertanya, “Kalau di sekolah gempa bagaimana?”
“Wah jangan kemana-mana. Ikuti perintah guru. Nanti mama yang ke sana, karena SD kamu jadi pusat pengungsian. Jangan takut ya Riku”

Sesampai di rumah, Gen dan anak-anak pergi mengambil air di supermarket dekat rumah. Sambil aku minta mereka melihat kondisi toko. Ternyata banyak sekali yang mengantri di kasir, semua membeli bahan makanan. Padahal waktu di Kichijoji, aku sempat membeli daging dan ikan, tidak begitu banyak orang loh. Tapi memang beras, susu dan telur tidak ada. Habis! Tapi kupikir tanpa telur dan susu bisa ah! Jangan cari kalau ngga ada.  Semoga persediaan makanan rumahku cukup deh. Berserah pada Tuhan.

Dan malam harinya kami makan sederhana. Nasi dengan lauk sashimi Ikan Terbang Tobiuou + misoshiro. Kebetulan aku lihat di pasar Kichijoji tadi, dan harganya murah hanya 300 yen. Karena murah mereka tidka mau membersihkan dan memotongnya menjadi sashimi. Kupikir aku mau coba potong sendiri deh. Ternyata …. untuk ikan terbang ini dagingnya lembut seperti tenggiri, sehingga sulit untuk dipotong sashimi (tidak bisa rapih). Tapi ah, bentuk tidak penting deh, yang penting bisa makan saja hehehe.

Ikan Terbang... mungkin banyak di perairan Makassar ya?

Karena harus hemat listrik, maka hari ini aku tidak bisa bw atau membalas komentar teman-teman. Mohon doanya terus supaya kami, Tokyo, dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang timbul dan akan timbul.  (selesai 5:33)

38 Replies to “Semua Ada Hikmahnya

  1. pasca berita gempa dan tsunami Jepang, saya ingat punya teman blogger yang tinggal di Tokyo…

    wah… saya tadi sempet deg-degan, mbuka blog Mba Imelda lama banget loading-nya…
    syukurlah, Mba Imelda sekeluarga baik-baik… selalu siap-siaga ya Mba…

    ohya, Riku ganteng banget ya Mbak… loh???
    hahaha…

  2. Hati-hati selalu Mba EM..

    Untunglah saudaranya di Sendai selamat, kalo ngeliat dari TV, serem banget.. teman kerja di sini ada yang pernah kuliah di sana, dan dia bilang semua bangunan yang dulu dia foto di Jepang, hancur lebur.. seram..

    Semoga Riku dan Kai juga baik-baik saja yaaa.. 🙂

  3. Iya… liat ikan terbangnya, jadi inget logonya indosiar 😀

    Hmm, apapun yang terjadi, aku yakin itu rencana Tuhan, Kak. Dan aku yakin, Dia pasti melindungi orang2 yang dikasihi-Nya 🙂

    *tetep salut sama pemerintah Jepang yang sigap banget*

  4. Selalu berdoa yang terbaik untuk mbak Em dan keluarga,, semoga selalu diberkahi keselamatan dan kesehatan.. 🙂

    salam sayang mbak

  5. Ikan terbangnya memang mirip ikan indosiar. Mudah2an semuanya normal kembali seperti sedia kala. Dan yang pasti, setelah ini Jepang akan bangkit lebih hebat lagi.

  6. Ada hikmah dalam setiap kejadian, Bu. Namanya bumi sudah pasti tidak terlepas dari hukum alam. Gempa terjadi kan antara lain agar bumi tidak meledak. Kira-kira begitu penjelasan oleh seorang ahli yang saya tangkap ketika peristiwa gempa-tsunami 2004 silam. 😀

    Tetap tabah, dan semangat!

  7. Mbak Imelda, semoga sabar ya…
    Saya yakin, Kai dan Riku akan menjadi lebih kuat setelah musibah ini…
    Dan kelak, bisa menjaga Mamanya tersayang dengan sangat baik… Amin… 🙂

    Btw, ikan terbang rasanya kayak apa ya?

  8. Khas EM …
    Dari Pertanyaan mengenai Riku tentang Gempa …
    Cerita kedai Sate …
    Sampai Ikan Terbang …

    hehehe

    Yang jelas …
    Kami disini selalu berdoa semoga semuanya baik-baik saja …
    Tidak kekurangan makanan

    Salam saya EM

  9. Sulit memang menjelaskan tentang gempa dan tsunami pada anak seusia Riku, apalagi dia melihat akibatnya dari TV. Dan pasti Riku mengalami trauma yang lebih besar dibanding adiknya.
    Semoga Riku bisa mengatasi dan kembali menjadi anak yang ceria dan tabah. Dan pasti ada hikmahnya, bahwa kita harus selalu ingat Tuhan, yang memberikan semua karunia nya pada kita.

    Saya memantau terus perkembangan Tokyo dan sekitarnya dari tulisan EM, semoga kondisi makin baik…
    Juga semoga Riku dan Kai, bisa mengatasi dengan bantuan mama nya yang selalu perhatian.
    Salam saya dan keluarga untuk keluarga Gen, EM, Riku dan Kai….

  10. Cara mbak EM menerangkan ke Riku pas banget. Kami di sini mendoakan agar semua yang ada di Jepang tabah dalam menghadapi cobaan. Semoga semua cepat berlalu.

  11. Mb. Imel semangat selalu…
    ingin sekali membantu bukan hanya dengan kata-kata mb. Imel, tapi memang sepertinya oinorukoto shika dekinai…
    semoga doa-doa ini menguatkan keluarga Mb. Imel, juga semua orang-orang di Jepang. Miris sekali melihat berita-berita di sini, tapi ada rasa bangga di hati karena memilih sastra Jepang jadi ilmu utama saya. dalam keadaan seperti ini pun Jepang tetap berusaha bangkit dengan caranya sendiri. Semangat! Semoga Riku dan Kai jadi lebih kuat setelah bencana alam yang terjadi…
    Salam hangat 🙂

  12. lega rasanya mengetahui Mbak Imel sekeluarga baik-baik saja. Ternyata Facebook sangat membantu disaat2 seperti ini. Teman-temanku di Jepang memberitahu mereka baik-baik saja liwat status mereka di facebook, plong rasanya mengetahui mereka selamat. Bagi yang terkena musibah semoga dikuatkan, doa dan hatiku untuk Jepang. Keep strong and take care.

  13. “…. semuanya itu mungkin penting ada dalam kehidupan kita untuk bisa BANGKIT kembali. Memulai hidup yang baru, yang mungkin lain dari sebelumnya”

    Kalimat ini sungguh berkesan buat saya, semoga mba Em dan keluarga selalu dilindungi ya.

  14. Pertanyaan Riku, mengapa musibah terjadi, memang sulit dijawab. Bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Tapi dalam agama saya, ada keyakinan bahwa orang yang meninggal karena bencana alam akan masuk syurga dan diampuni dosa-dosanya, jika sewaktu hidup mereka adalah orang yang beriman …

    Semoga bencana tidak terjadi lagi, dan keadaan bisa segera teratasi di seluruh Jepang …

  15. Benar, semua yang terjadi sudah tertulis disana dan menjadi rahasia-NYA.
    Tentu ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik bahwa segala macam kemampuan tak ada bandingannya dengan yang dimiliki oleh Tuhan.

    Syokur jeng Imel sehat dan tegar.

    Ikut prihatin dengan peristiwa ini.

    Salam hangat dari Surabaya

  16. gak mudah ya mbak ngejelasin ke anak2…
    bisa kebayang deh traumanya…

    jogja yang gempa segitu aja udah bikin anak2 takut.. apalagi yang gede begini plus tsunami lagi..

    syukurlah kalo keluarga adik mbak Imel baik2 saja..
    semoga mereka yang jadi korban segera dapat pertolongan ..

    terus memantau dari sini 🙂

  17. Bahwa Tuhan selalu punya rencana yang indah dibalik segala ujian yang buruk

    salam sayang mbak EM

    Ada gempa saya langsung sms Mbak Titik, apakah Mbak EM baik-baik saja

    Syukur semua baik-baik saja

  18. Yang saya suka, dalam keadaan bagaimanapun Imelda tetap menulis. Ikan terbang? Teringat akan Galesong, pengashil ikan terbang dan telurnya yang biasa diekspor ke Jepang. Pingin sekali suatu waktu memperlihatkannya kepada Imelda sekeluarga. Pak PL Coutrier banyak tahu tentang itu!

    Pak Amin, saya pernah makan acar telur ikan terbang, kalau tidak salah malah dari bapak deh. Kriyuk-kriyuk.
    Semoga suatu waktu kita bisa bertemu ya pak. Ingin sekali ke Galesong juga.

    EM

  19. rikuuu.. kasihannnn 🙁
    aku yg sudah berumur dan cuma kena goyang sedikit aja agak2 parno jadinya tan..
    rasanya hampir tiap saat merasa bumi bergoyang2, kadang halusinasi, kadang beneran, kadang cuma karena denger suara angin nabrak jendela.. tapi jadinya was2 deh tiap saat, hehe.

    semangat ya tanteee 🙂 keep posting on facebook, karena status tante hampir selalu menenangkan saya, sekaligus saya jadi lebih tau ada perkembangan apa..

    Yang pasti aku ngga bisa tingalin mereka sendirian. Mau buang sampah aja ngga bisa, musti bersama 😀
    Ya semoga semua cepat pulih ya
    EM

  20. waaaaaah…
    emang paling susah njawab pertanyaan anak yang kritis ya mba…
    harus hati hati banget jawabnya tuh….

    Kai dan Riku baik baik disana yaaaa,… jagain mamanyaaaa 🙂

    Tapi aku selalu berusaha menjelaskan. kalo papanya suka males kasih tau mendetil 😀
    EM

  21. Kasian Riku, jadi stress yah
    Tapi dia memang sangat sensitive and caring
    Smoga trs bgitu smp bsr
    Calon romo kali ye 😀

    The priest’s saying was just right
    Dan kalau tidak pernah jatuh, bagaimana bisa merasakan bangkit dan bersyukur

    Baaah. Apapun bisa diolah deh sama tante. Kasian deh yang ga bisa masak… (Diriku)

    Ikut sneng ad kbr dr sdr2 tante lg. Hehehe mreka kn g tkt glp & d rmh trs ky tante.. :p

Tinggalkan Balasan ke Yustha Tt Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *