Take it for granted

28 Feb

Dalam sepuluh hari ini aku banyak belajar mengenai hidup… Pertama waktu aku mendengar, tepatnya membaca bahwa seorang Romo, Pastor Kepala paroki Kotabaru Jogja meninggal. Beliau dulu pernah bertugas di paroki blok B, Barito, Jakarta dan kami yang bergabung dalam paduan suara Cavido sangat akrab dengannya. Romo Wisnu ini mengalami kecelakaan waktu naik sepeda motor. Ah, seorang romo pun menghadap Tuhan dengan cara yang tak biasa.

Lalu ada lagi seorang mantan murid bahasa Indonesiaku K.M. san yang meninggal waktu sedang jogging. Biasa kan kalau sedang jogging tidak membawa tas/dompet, paling kunci rumah dan dompet uang kecil. Nah lagi lari-lari begitu, rupanya ada mobil naas yang dikendarai nenek usia 70 th naik ke trotoar… blesss nabrak K.M. san ini deh. Tragisnya polisi perlu waktu lama mencari jatidirinya, sehingga terlambat diketahui kematiannnya. Coba dia lebih lambat larinya 5 menit, atau lebih cepat, pasti tidak kena tabrak. Well, nasib? Cara kita “pulang” ke rumah Sang Pencipta memang bermacam-macam. Bagaimana caraku? Entahlah….

Dua kejadian dalam 10 hari ini yang memang terjadi di dunia nyataku.

Tapi…. dalam 10 hari ini aku juga banyak blogwalking. Dan menemukan beberapa tulisan yang sangat menyentuh dan berguna.

Take it for granted. Kata-kata ini aku dapatkan minggu lalu dari tulisannya Arman. Ge ge ahhhh… katanya kalau ada ngga pengen, tapi kalo ngga ada pengen. Memang kalau segala sesuatu tersedia di depan mata, kita selalu merasa lumrah.

Sama seperti waktu kita kecil, disediakan pendidikan oleh orang tua kita. Dengan penuh kesal, jengkel misalnya karena tidak bisa bermain, kita harus belajar terus…. kita tidak merasakan saat itu bahwa pendidikan itu amatlah berharga (di kemudian hari… ya saat ini). Dibelikan buku catatan yang bagus-bagus, dipakai dengan boros. Dan itu memang wajar saja karena masih anak-anak. Belum tahu bagaimana harus mencari uang untuk membeli buku sendiri. Semua tersedia. Gratis!

Coba teman-teman baca tulisan Adi Nugroho yang ini Hanya Ingin Membaca… Betapa anak pemulung yang tidak bisa bersekolah, memanfaat buku yang dipungut untuk menimba ilmu. Dia menggunakan apa yang ada untuk memperbaiki dirinya. Meskipun tidak bisa bersekolah, dia bersekolah dari kehidupan ini.

Karena itulah seorang sahabat blogger Kika Syafii, juga aktif mengadakan penyuluhan kepada anak-anak jalanan untuk membaca dan membangun dirinya menjadi lebih baik dari sekarang. Salah satunya dengan membagikan minat baca kepada anak-anak ini.

Meskipun kadang selalu birokrasi menghalangi kemajuan mereka yang otodidak, yang berusaha maju dengan kerja keras sendiri tanpa masuk lembaga/insitusi pendidikan. Masyarakat juga lebih mempercayai formalitas daripada kemampuan yang jelas terlihat di depan mata. Seperti kata Prof. Aminuddin Sale dalam tulisannya di sini: “Cara berpikir formalistik sesungguhnya telah banyak membelenggu masyarakat kita. Salah satu indikasinya ialah  kecendrungan menyandang gelar, baik gelar akademik, gelar bangsawan, maupun gelar agama, dan lainnya. Padahal ada kemungkinan bahwa gelar yang disandang itu tidak sesuai dengan perilaku dan isi penyandangnya.” Aku senang sekali membaca tulisan Prof Aminuddin ini terutama karena menyinggung nama bapakku :). Terima kasih banyak Prof.

Yang pasti sepuluh hari aku blogwalking dan mengikuti kejadian di sekitarku membuatku lebih membuka mata agar jangan hanya “take for granted” atas apa yang ada. Memaksimalkan apa yang ada yang dipunyai, dan tentunya bersyukur atas apa yang aku punyai sekarang ini. Terutama HIDUP ini.

 

16 Replies to “Take it for granted

  1. Betul sekali, kak.
    Walau sudah jadi orangtua begini, terkadang saya juga suka menyepelekan apa yang sudah ada di depan mata. Ibaratnya, sudah punya tas yang masih bagus, bisa dipakai, eh masih melirik tas yang susah didapat 😀
    Padahal, kalau anak kita seperti itu, saya suka marah-marah, hihihi.
    Thanks untuk sharingnya, Kak, bagus buat introspeksi diri.

  2. aihhh tulisan seperti ini tumben aku temukan di tulisanmu mbak…kamu menyapa sahabat2 blogger mu 🙂

    dan 10 hari ini bahkan aku tidak BW sama sekali…aku kangen nulis, aku kangen BW, dan aku kangen bisa sering chat denganmu…tapi seperti yg kamu tulis juga Take it for granted but it’s for my work here…dan kudu harus selesai mbak! 🙁 *Ehhh pemakaian katanya tepat gak tu ya???*

  3. Wah kaget ada ping dari sini..
    Selamat sore waktu indonesia mbak 🙂
    Makasih sudah mau nampilkan link ke postingan saya itu. Semoga dapat diambil hikmahnya 🙂

  4. Aku baca juga postingan arman yang take it or granted itu. Memang manusia itu begitu ya mbak, kalau ada dicuekin, begitu gak ada baru nyari2.
    Tapi membaca postingan ini, aku jadi kepikiran jg dengan anak2 pemulung yang tidak bersekolah itu. Rasanya pedih kalau lihat anak kecil sudah jadi pemulung. Ingin marah sama pemerintah, tp kupikir kenapa aku tdk membantunya dgn tanganku, kenapa harus menuntut orang lain.
    Aku harap, aku bisa memaksimalkan semua yg ada sekarang agar tidak mubazir..

  5. (Maaf) izin mengamankan KELIMAX dulu. Boleh, kan?!
    Setuju sekali, Mbak. saya kemarin juga sempat baca tulisannya Bang Adi. Yang demikian bukan hanya bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan orang lain tapi ternyata juga bermanfaatkan untuk meningkatkan kreatifitas diri sendiri.

  6. setuju banget… kita ini emang suka take it for granted sama hidup kita ya. berasanya kita hidup itu ya lumrah. sampe kita ngeliat kalo hidup itu batasnya kita gak pernah tau. kapan Tuhan mau manggil kita, ktia gak pernah tau… jadi ya harus bener bersyukur deh kalo kita masih dikasih hidup ya ama Tuhan… dan kita harus mencoba untuk mengisi dan menikmati sebisa kita.. 🙂

    yup mengisinya juga dengan membagikan pengalaman lewat blog ya 😉
    EM

  7. saya malah banyak belajar dari Nedia (anak sulung) apabila dia mulai memberikan komentar yang sangat berbeda dengan pandangan kebanyakan orang (baca formalitas umum). Jadi ingin memperbanyak ilmu terus nih….biar lebih kreatif…(kalah kreatif nih sama nedia……hehehehe)

    Ya pak, Anak-anak pemikirannya memang masih fresh, belum terkontaminasi ya
    EM

  8. dan satu lagi mba… kesehatan itu penting maka jagalah dari sekarang…ketika sudah sakit barulah terkdang kita menyadari bahwa sehat itu penting dan mahal…. 🙂

    Bener nitnot. Kesehatan itu PENTING sekali
    EM

  9. aku dah liat link2nya mba imel…banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari postingan teman2 kita yah…bagaimana cara mensyukuri hidup yang mungkin di mata kita terlihat biasa aja tapi ternyata kalau kita syukuri akan menjadi luar biasa…dimana kita masih bisa bernafas, menjejakkan kaki kita, dan berbuat sesuatu. Semoga keberadaan kita bisa bermanfaat bagi orang lain, meski dalam bentuk sekecil apapun..

    ya betul intan… semoga keberadaain kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Itu yang harus selalu jadi pahan introspeksi kita.
    EM

  10. Eh ada aku disitu 😀 duuhh malunya aku dikupas sama selebblog. Terima kasih.

    dimana? dimana? yang mana ya?
    oooh yang rambutnya udah jadi pendek banget ya?
    EM

  11. Langsung ke linknya prof, beliau ngetag mbak EM langsung ya, kereen. Trims mbak jadi dapat ilmu langsung dari orang pintar. Salut juga dgn Oom Coutrier mbak, do tapi ilmunya banyak, shg jadi narasumber di mana2. Inspiring. Salam hormat buat beliau. Beliau punya blog nggak mbak? Setuju, Cari ilmu nggak harus formal ya mbak.

    Hehehe bapakku ngga punya blog. Email aja balesnya paling cepet seminggu. Mestinya punya sekretaris sih 😀
    Makasih loh mbak Monda untuk apresiasinya

    EM

  12. Setuju banget dengan setiap katanya mba Imelda…

    Kalo mba masih tinggal di Indo…
    dan suka nonton infotainment *kayak aku*
    Di sini sekarang lagi heboh banget berita tentang meninggalnya Adjie Massaid yang ninggalin anak anaknya yang masih pada kecil…hiks…sedih banget lah pokoknya mah…

    Jujur, aku juga kadang masih sering take it for granted tuh mba…
    Harus belajar bersyukur lagi nih 🙂

    Heheheh Kalau orang terkenal mah biasanya (kalau aku yahh) cuma masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Kalau orang yang kita kenal banget kan ikut merasa sedih, dan mikirin.
    Yup jangan “take for granted” deh, Karena sesungguh setiap hal kecil pun ada manfaatnya

    EM

  13. mbak, kaget juga waktu tahu Romo Wisnu meninggal. yah, jalan hidup orang tak ada yg tahu ya? menikmati kehidupan setiap saat rasanya penting, dan perlu disadari…

    Oh Kris juga kenal Romo Wisnu? kenal di Katedral?
    EM

  14. sip, sepakat mbak, selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dalam hidup ini, dan semua akan terasa nyaman bersamanya… 🙂

    salam sayang mbak…]

    salam sayang juga iyha
    EM

  15. Dalem deh postingan ini, kena aku 😀
    dulu sering cuek punya waktu luang.. skr mau liburan bentar aja koq ya susaaaaaaaaaaaah banget…

    nanti jika punya terlalu banyak waktu luang juga akan kangen dgn kesibukan 😀
    manusia memang tak pernah puas kan?
    EM

  16. Melihat ke sekeliling, akan memperdalam rasa syukur kita atas semua kebahagiaan dan kebaikan yang kita peroleh. Betapa banyaknya orang yang masih kurang beruntung.

    Dan sekarang ini, yang menyedihkan, orang berlomba-lomba dengan gelar, dipajang berderet-deret di depan dan belakang namanya. Jadi ingat, di kantor, hanya nama yang tertulis di kartu tanda pengenal. CV hanya dipergunakan untuk keperluan akademisi, untuk pemenuhan status di HRD…bukan untuk dipajang dimana-mana. Yang membuat gelar hanya sekedar tempelan, bukankah yang berarti adalah budi pekerti dan perilaku kita?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *