Berubah Nama

27 Jan

Wah biasanya sih dalam kehidupan nyata, kita tidak bisa seenaknya mengubah nama kita kan? Kecuali jika perempuan menikah, maka nama keluarganya akan berganti menjadi nama keluarga (marga) suaminya. Di Jepang juga sama, tapi di sini ada peraturan yang memperbolehkan suami istri memakai nama keluarga yang berbeda. Jadi misalnya aku, Imelda Coutrier, boleh tetap memakai nama Coutrier terus sampai mati, tanpa memakai Miyashita. (Anak-anak tentu ikut bapak) Tapi nama keluarga berbeda atau bessei 別姓  ini masih amat jarang.

Kita bisa mengubah nama di dunia maya, dengan nama apa saja sesuka kita tapi tidak mungkin di dunia nyata, kecuali memang mau menipu. Nah yang aku mau tulis di sini sebetulnya terpicu oleh acara televisi anak-anak tadi pagi, dengan ilustrasi lucu. Memang aku sudah tahu tentang hal ini sebelumnya, tapi ilustrasi tadi cukup mengena dan mudah.

Kepiting bertemu temannya, si Shibasu

Ada seekor kepiting yang bertemu si ikan teman lamanya. Kepiting memanggil: “Hai… Shibasu… apa kabar?”
“Kepiting… aku bukan Shibasu”
“Loh… kita kan sama-sama dulu di TK. Kamu Shibasu”
“Namaku sekarang Hamachi”

….. 5 tahun kemudian….

“Haiii….. Hamachi! Apa kabar?”
“Aku bukan Hamachi”
“Loh… kok. Emang nama kamu siapa?”
“Buri”
“Waaah kamu ganti-ganti terus sih namanya…”

Memang Ikan Buri ini (Seriola quinqueradiata) mempunyai nama yang berbeda tergantung besarnya. Bayi ikan s/d ukuran 20 cm disebut Shibasu, atau di Kanto (Tokyo dan sekitarnya) ada yang menyebut dengan Hamachi atau di daerah lain di Jepang disebut sebagai Mojakko. Sampai dengan ukuran 30/40 cm dia disebut Inada atau Hamachi, sampai dengan 60 cm menjadi Mejiro, dan di atas 70 cm disebut Buri. Jadi namanya berbeda menurut besarnya. Makanya waktu aku makan sushi ada yang namanya Hamachi, ada yang namanya Buri. Biasanya Buri ini lebih mahal, karena kandungan minyaknya lebih banyak…. dan lebih lembut.

Pantas aku cocok sekali masak ikan Rica-rica memakai ikan Inada ini. Ukurannya pas, tidak terlalu besar, lagipula di musim dingin begini harganya tidak mahal karena memang sedang musimnya. Ikan-ikan di Jepang justru enak di musim dingin karena dagingnya keket (padat) dan berminyak jadi lembut. Rasanya? Seperti ikan tongkol, jadi memang cocok untuk rica-rica kan?

Kemarin dulu aku membeli ikan Inada ini, lebih kecil sedikit dari yang aku beli waktu ulang tahun dulu. Karena masih fresh, petugas toko tanya apa aku mau dipotongkan untuk sashimi? Aku tertegun… oh ternyata bisa dimakan untuk sashimi ya? Tadinya aku berniat membakarnya saja, jadi mau minta potong dua saja. Tapi begitu dia bilang bisa sashimi, kupikir boleh juga deh setengah untuk sashimi, setengah untuk dibakar. Lalu dia berkata: “OK, san mai oroshi ya (san mai oroshi adalah pemotongan ikan menjadi 3 bagian, bagian kepala, lalu mendatar persis di atas tulang). Dan karena aku mau sashimi, setengah bagian ikan bagian kulit juga dikupas sekaligus. Tapi…. waktu aku menerima hasil potongan ikan itu aku agak kecewa. Kenapa?

Karena kepalanya tidak diikut sertakan, mau minta malu hihihi. Padahal kepala ikan kan enak hihihi. (Pasti ada pembaca yang tidak setuju padaku, bahkan sampai saat inipun Gen selalu “geli” melihat aku makan kepala ikan. Dia tidak bisa menikmati enaknya daging lembut di bagian pipi ikan dan mata 😉 . Well aku kan orang makassar jadi ikan memang makananku 😀 ).

Lagipula perasaan ikanku ini jadi kecil banget deh (ya dua potong tanpa kepala dan ekor, jelas kecil lah hihihi). Lain kali aku mau minta utuh saja deh, aku akan potong sendiri di rumah. Yang penting ada pisau yang tajam pasti bisa :D. Dan hari ini aku beli lagi deh satu Inada yang utuh, karena kebetulan juga petugas yang biasa melayani aku tidak ada. Tinggal asah pisauku maka aku siap menjagal ikan ini hehehe. Ayo ibu-ibu dan calon ibu… bisa memotong ikan atau ayam utuh tidak? Ini adalah keahlian yang sebetulnya wajib dikuasai ibu-ibu. Tapi jaman sekarang di Jepang sedikit sekali ibu muda yang mau dan bisa memotong ikan sendiri. Jadi kalau bisa, kamu akan dibilang Jouzu 上手 pandai!

Si ikan Inada yang kubeli, siap untuk dibantai

31 Replies to “Berubah Nama

  1. Mojakko? Koq jadi inget kartun masa kecil ya? Hwhwhw…

    Waduh kak, sampe sekarang aku belum bisa potong ikan. Waktu SMA dulu dan ada ujian praktek bedah ikan, aku ampe hampir nangis gara2 ikannya gak mau diem, padahal udah dipentulin sirip2nya (dan akhirnya, karena guruku gak tega, dia pantek ikannya pake paku, hahaha)

  2. wah kepala ikan paling top ya mba,,terus tulang nya di emut-emut..hahaha
    seperti malam ini aku masak fish head curry nya malaysia mba,,

    inada nya di masak apa nih kali ini..??

  3. aku udah jouzu motong ikan dari kelas 5 SD, he..he…
    nggak tau dulu tuh kalau di rumah masak ikan harus aku yang siangi,
    kesukaan yang aneh ya

    tapi baru mau makan kepala ikan setelah jadi emak2, gara2 dibawain gulai kepala ikan sama suami
    dulu sih suka geli kalau ngeliat tante2ku rebutan kepala ikan,
    ketulah deh, sekarang jadi doyan

  4. lucu amat nama ikannya bisa berubah2 gitu… 🙂

    btw orang bule juga geli lho ngeliat kepala ikan. jadi kalo mesen masakan ikan disini, rata2 pasti kepalanya udah ilang. saya pernah baca di salah satu restoran review, ada yang restorannya (chinese restaurant) masih menyajikan ikan beserta kepalanya (wajar kan ya buat kita orang indo), eh si bule komplein, katanya jijik. hahahaha.

  5. O, ternyata ngomongin kepiting toh…
    Sama kayak kodok dong yang berubah-ubah namanya…
    Dari kecebong sampai jadi katak (tapi emang bentuknya beda sih)

    Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…

  6. Weleh, jadi bingung ya mau bilang itu ikan apa, kan mesti kira2in dulu ukurannya, hehehhe…
    tapi di Indonesia juga gitu kan (terutama Jawa) kalo nyebut anak hewan pasti laen sama induknya, hehe..

    Kepala ikan?? Hmmm yummy… aku seneng banget nih mbak bagian ini, trus bisa diisep2 kaldunya, mantabbb… selain itu, kepala ayam sam burung juga seneng, haiyah,,, iyhaaaaaa… makanannya kok jorok sih?? 🙂

    berarti aku belum jouzu ya mbak, habis gak bisa motong ikan utuh.. 🙁
    belajar ah sama mbak EM.. 🙂

    salam sayang mbak

  7. Lucu ya..nama ikan berubah sesuai besarnya. Seperti dikatakan alamendah di atas, di Indonesia yang saya kenal adalah nama binatang dalam bahasa Jawa…gudel, atau pedet atau anak sapi. Sedang jika sudah besar menjadi sapi. Ada beberapa nama untuk binatang lain, tapi biasa…udah lupa.

    Ehh Imel, bagaimana cara bikin sashimi? Ikannya diapakan? Atau langsung bisa dimakan bersama kecap asin? Hihihi…padahal saya suka sashimi, tapi tak pernah tahu cara menyajikan sebelumnya, apa hanya daging/ikan mentah di potong-potong, atau ada acara direndam..apa, gitu.

  8. Kalo ikan sudah biasa, tapi kalo ayam ga pernah, soalnya ga tega denger suara jerit ayamnya.. nah, sukurnya suami saya pintar motong ayam.. xixi.. jadi saya jadi tukang masaknya aja deh Mba.. 😛

  9. Ikannya unik ya, berubh nama sesuai ukuran…

    mbak imelda suka kepala ikan? aku gak suka sama sekali… geli banget rasanya liat kepala ikan di makan…

  10. Yang berubah nama gitu hanya hewan ‘kah sizt’..?
    Tumbuhan ndak ‘y..? hahaha…Lucu bgt 🙂
    Anw, kepala ikan ko’ dbuang..? sayang bgt, aku suka, hahhahaa..

  11. yah .. kalo dipikir pikir sih bangsa kita sedikit sadis yah…

    pada suka makan kepala hewan…

    aku suka gulai kepala ikan, gulai kepala kambing, kepala ayam,
    asal jangan kapala sapi (utuh) saja hihihi…

    Nb: . sambil mbayangin gulai kepala ikan yg gedeeee.. .. nyam nyam…

  12. Mbak, waktu masih gadis aku ngga bisa menyiangi ikan. Tapi setelah menikah karena suamiku suka ikan akhirnya bisa juga walaupun bercampur perasaan kasihan ngga tega plus jijik waktu memutilasi si ikan.apalagi ikannya hidup…duh takuuuuut banget..he..he..memang sudah seharusnya wanita belajar bagaimana menyiangi ikan. kalo kepepet sih di pasar tradisional yg jual ikan hidup biasanya sekaligus melayani servis membersihkan ikan sekaligus, di rumah tingal dibilas dimasak aja. Aku kagum sama pasar tradisionalnya Jepang yg jual-jual ikan bersih dan ngga bau.

  13. ngaku mbak… saya gak bisa motong ikan ato ayam utuh..
    belinya selalu minta dibersikah sekalian ama petugas nya…

    butuh nyali lho heheh…
    apalagi ayam.. hadeuh… itu mah mutilasi.. hihi…

  14. hmmm… sampe2 d Solo & Jogja br musim gulai kepala ikan
    oooh. orang Makassar demen ikan yah
    ckckck. memang jago banget yah tante ini. super woman bener dah. apa2 bisa!
    kecuali olahraga & nari yah?! ^^V

    ~LiOnA~

  15. jadi inget waktu lagi ngomongin makanan sama anak saya….semua berasal dari padi.
    Setelah dipanen jainya gabah….kemudian diproses…namanya jadi beras……
    Kalau masaknya ditanak….jadinya nasi….
    kalau dimasak pake daun kelapa jadinya ketupat…
    dimasak pake daun (daun pisang kale) jadinya lontong…
    dikasih air yang banyak……jadinya bubur……..
    Semua asalnya satu yakni…padi

  16. Hahhaa …
    Ada-ada saja …

    Tapi memang betul sih …
    di beberapa istilah … makin besar sesuatu … namanya sudah beda …
    Contohnya …
    Kambing Muda itu dinamakan Cempe … (sate cempe adalah sate kambing muda)

    Sepertinya sih ada contoh yang lain … tapi saya lupa .. 🙂

    Salam saya EM

  17. wah… sama, desya juga suka kepala ikan, apalagi mata ikan… tapi sukanya dibakar sampai kering, atau digoreng sampe renyah gitu, tapi terkadang suka mual kalau cium bau ikan mentah…

Tinggalkan Balasan ke Kika Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *