Wah, sudah tanggal 10 Januari ya? Tapi aku masih ingin bercerita mengenai perayaan tahun baru di Jepang, karena ternyata aku baru tahu beberapa informasi setelah sekian lama tinggal di Jepang. Ya, dulu aku merasa bahwa libur 3 hari mulai tanggal 1 sampai 3 Januari itu lumrah saja. Ingin memberikan istirahat kepada istri-istri yang selama setahun sudah banyak bekerja. (Meskipun untuk membuat sup khusus ozouni お雑煮ternyata ibu-ibu juga masih harus memasaknya). Tapi ternyata libur 3 hari itu ada hubungannya dengan agama tradisional Jepang Shinto.
Agama Shinto mempunyai banyak “Tuhan atau Dewa” yang disebut kamisama 神様. Dan salah satunya adalah Toshigami 年神, Dewa Tahun. Dewa Tahun ini melindungi kesehatan keluarga dan hasil panen, dan katanya sejak tanggal 1-3 Januari akan berkunjung ke rumah masing-masing. Untuk itu anggota keluarga menyambut Dewa dan melewati hari dengan tenang. Tidak boleh beberes dan memasak. Karena itulah, setiap keluarga menyiapkan osechi ryori.
Dan ternyata masing-masing masakan osechi ryori itu mempunyai arti atau melambangkan sesuatu. Misalnya Udang Besar エビ, diharapkan panjang umur sampai bungkuk seperti udang. Tapi karena aku tidak begitu makan udang (dan mahal) jadi aku tidak sediakan. Aku pakai udang besar itu untuk tempura, di malam oomisoka (pergantian tahun).
Kurikinton 栗きんとん, rebusan chestnut dengan pasta ubi yang manis. Berwarna kuning terlihat seperti emas sebagai tanda bersyukur (pesta). Rasanya manis, bisa dibayangkan seperti biji nangka, kue tradisional dari makassar, yang pernah kutulis di sini.
Nimono 煮物 atau rebusan yang biasanya terdiri dari renkon (akar teratai), wortel, konnyaku (lidah setan), ubi taro (sato imo) yang bulat, jamur shiitake dan ayam. Direbus memakai dashi (kaldu ikan). Niimono ini melambangkan keharmonisan anggota keluarga.
Kamaboko かまぼこ atau saya terjemahkan menjadi bakso ikan. Biasanya terdiri dari warna merah (pink) dan putih. Juga terbuat dari pasta ikan yang dikukus, tapi tanpa telur. Biasanya adonan ikan tersebut ditaruh di atas sebuah papan kecil lalu dibentuk setengah lingkaran. Tapi ada pula yang dibentuk bundar dengan teknik khusus yang menimbulkan huruf atau gambar jika dipotong. Bentuk setengah lingkaran ini seperti bentuk matahari terbit, sehingga bisa melambangkan “Matahari Pertama”.
Kazunoko 数の子, atau telur ikan nisshin. Kalau di keluarga Miyashita, biasanya digabung dengan edamame. Kazunoko melambangkan banyak anak yang dapat melanjutkan kejayaan keluarga.
Kuromame atau kacang hitam. Direbus dan diberi banyak gula sehingga manis, selain menimbulkan efek warna mengkilap. Melambangkan kesehatan anggota keluarga.
Datemaki 伊達巻, bentuknya seperti rool tart (bolu gulung), karena memang dia terbuat dari banyak telur dengan rasa asin manis karena memakai garam dan gula, tapi berbeda dengan telur dadar biasa, datemaki memakai parutan daging ikan/udang, lalu dipanggang di cetakan persegi, kemudian digulung. Biasanya orang Jepang juga tidak membuat sendiri, karena sulit untuk mendapatkan warna dan bentuk yang bagus. Makimono (benda yang digulung) melambangkan rajin, sedangkan date berarti elegan.
Nishiki Tamago 錦たまご, telur dua warna kuning dan putih. Sebetulnya kata nishiki memang bisa ditulis dengan kanji yang berbeda, 二色 yang berarti dua warna dan 錦 yang berarti indah.
Ada satu acar yang bernama Kohaku Namasu 紅白なますyaitu irisan halus wortel dan daiko (lobak) yang menurutku mirip dengan acar kita. Warna merah dan putih memang warna “perayaan” yang sering dipakai di Jepang. Lagipula itu adalah warna bendera Jepang (dan bendera kita) bukan?
Semestinya makanan osechi ini memang untuk 3 hari, tapi hari kedua kami sudah tidak “betah” makan osechi, sehingga aku masak soto ayam…. hmmm hangat-hangat di hari yang dingin. Memang makanan panas lebih enak ya.
untung fotonya belum keliatan disini, bisa kelaparan sangad
huwaaa… sekarang keliatan
Berarti bisa langsung ngiler dong, Pak…?
hehehehe
Waw. Ternyata makanannya pun punya arti masing2 ya, Kak… 🙂
*oh iya, 7 macam sayur itu punya arti masing2 juga gak ya? hehehe*
Aku suka telur yg dua warna itu, kayaknya enak….
Hanya boleh mandang, gak boleh ikut mencicipi…
Imel,
Saya berpikir, setelah berapa tahun tinggal di Jepang, EM bisa menguasai jenis perayaan yang ada? Terlihat ada budaya untuk memasak jenis tertentu, pada perayaan tertentu. Apakah ini dilakukan seluruh keluarga Jepang, bagaimana dengan anak mudanya?
Betapa menyenangkan mengenal budaya bangsa ini, bahkan setiap jenis masakan ada maknanya.
thanks mb em, ulasannya bner2 mperkaya wawasan. tp btw dr smua fotonya yg cantik2 & mngundang slera itu…gmn dg rasanya di lidah Indonesia mb?
salam sy,
mohon do’a jg atas brita duka di http://kakmila.wordpress.com/2011/01/04/semangat-sembuh-untuk-sausan/
Di sebalik yang enak dan lezat ternyata tersimpan makna…
Seperti nama orang, semua ada artinya meskipun kadang yang muncul nggak sesuai harapan.
selain semua ada artinya yang jelas, semuanya sangat amat menarik untuk dinikmati. penyajiannya itu lho, coba warteg kita menyajikan dengan tingkat ketelitian seperti itu orang makin tertarik tetntunya.
kalo di Palembang ada pempek, ada model, dan ada tekwan. ga kalah yummi nya, hehehe
salam kenal dari gotaufik si musang gokill, salam gekko.
setelah bertahun2 tinggal di sana, pasti lidah udah fasih dengan makanan Jepang ya, pernah bosan nggak mbak he…he… pertanyaan bodoh
ada satu makanan Jepang, kalau nggak salah sih wasabi, lupa namanya,
pas dimasukkan ke mulut, rasanya nyetrum langsung ke hidung, naik ke kepala, aduh..rasanya megap2, kayak mau pingsan… sesudah itu belum berani nyoba makan lagi …
apa reaksinya memang seperti itu, atau akunya yang lagi nggak fit?
thanks for sharing the info… jadi ikutan tau… 😀
emang di jepang kayaknya banyak filosofinya ya mbak…
Makanan-makanan ini bukan saja terlihat nikmat tapi punya kandungan makna yang dalam, ya?
Jadi lapar lihat foto-fotonya.
Makanan Jepang yang saya agak suka, sushi 😀
Mengerjakannya lama nggak ?
Soto ayam memang enak buat cuaca dingin.
sushi? ngga lama, cuma sediakan nasi panas+cuka lalu potongan ikan khusus tk makan mentah 😀
EM
mbak imelda, makasih untuk penjelasannya. sekarang aku mengerti :).
sip sip….sudah mengerti ya… dan kebanyakan osechi itu Halal kan 😉
EM
Soto ayam memang lebih seger ya mbak,, hehehe,,,
tapi kalo dikasih osechi ini dan diantar kerumah sih gak nolak kok mbak, hehhe… 🙂
salam sayang untuk Riku n Kai
kasih sih boleh, tapi anternya itu? duh muahal jeh hhihihi
Thanks ya Iyha
EM
kayaknya enak mbak…
tapi kalau harus makan itu tiga hari sih pasti bosen juga mbak……
Aku jadi ikut kangen soto mbak…
Yuuuk makan soto…. aku jadi pengen buat soto babat nih hihihi
EM
belum pernah makan bakso kepiting
hmmm biasa aja sih…. aku tidak begitu “fans” sama kepiting sih
EM
wah kayanya enak tuh..
makanan/masakan Jepang emang macem2..menggiurkan
mayan deh pak, kalau tidak biasa juga eneg hihihi
EM
orang-orang jepang hebat ya makanan pun ada artinya masing-masing kalu begitu saya tidak akan membuang makanan lagi
oh jangan pernah buang makanan…sedapat mungkin kecuali kalau busuk. itu bisa bikin sakit perut
EM
Wah, nampaknya enak, yaa….
Selamat tahun baru Bu EM 😀
enak tapi kolesterol tinggi nih.. badanku jadi berasa aneh hihihi
Met Tahun baru juga ya
EM
aduh2 aku ngiler liatnya 😀
itu foto2 masakannya lucu2 ya mbak, rasanya lucu gak? ^^
selamat tahun baru mbak imelku tersayang, semoga ditahun baru ini banyak hal yang kita berdua bisa dapatkan…semangat!!!!
rasa lucu itu seperti apa sih Ri? hihihi
tahun ini tahun berat untuk aku dan kamu ya…. tapi tetap melangkah menuju cita-cita ya
EM
hmm..kayaknya lezat nih..enak banget kayaknya tinggal dijepang..pengen ke sana..
duh..duh…
jadi laper beginih…
itu makanan nya bisa warna warni begitu ya mba…hihihi…
jadi menarik banget kelihatannya 🙂
Mbak, apakah dewa-dewa dan upacara-upacara itu masih benar-benar dipercayai orang Jepang, atau dijalankan hanya sebagai adat/tradisi saja?
Hmm… sepertinya di beberapa kebudayaan di Indonesia juga memberikan pemaknaan tertentu kepada makanan mereka. Yang aku banyak lihat adalah di Jawa, seperti nasi kuning, bubur merah, dsb… Sebagai masyarakat modern, kita tentu perlu mengambil makna hakiki dari pemaknaan-pemaknaan itu ya Nechan, bukan sekedar mempercayainya… 🙂
Jujur, aku kepengen mencicipi makanan-makanan itu, hehehe…
dari semua yang disebutkan…hanya satu yang gw tahu yakni soto ayam….hehehehe. Masalahnya saya ga suka japanese food sih….kasihan yah….
Wah …
Ternyata banyak perlambang juga ya EM
Makna yang menggambarkan harapan-harapan untuk tahun kedepan
Salam saya
Mengikuti tulisannya dari awal hingga tengah, yang ada di kepala adalah bayang-bayang makanannya, bahan-bahannya, bagaimana cara memasaknya, rasa makanannya, dan bagaimana cara makannya. Masih belum bisa membayangkan. Tetapi di tebing tulisan, rasanya langsung PAS di lidah: SOTO AYAM! 😀
hehehe
setiap mau makan, berdoa dulu sesuai simbolisme nya
tapi memang baik kalau begini
jadi berkomunikasi dengan Tuhan kan
di tradisi Jawa dan berbagai suku budaya di Indonesia juga ada kok
bukan buat mengawali/pergantian tahun sih
untuk upacara2 adat / dalam sajian perayaan
dan di budaya manapun ada kok
hebat nih
semoga terus dipertahankan
(ngomong doank. soalnya di keluargaku ga lakuin rituals. wong ga kumpul og)
hah? kok ga betah? yang makan ato yang buat? hehehe
~LiOnA~
Setiap bangsa atau sukubangsa memiliki tradisi yang bisa diberi makna oleh shohibul tradisi.
Kita lihat aneka atribut acara pernikahan, misalnya.
Di Jawa, ketika akan menikahkan anaknya, ada acara pemasangan bleketepe. Di situ antara lain dipasang daun alang-alang (katanya agar acaranya tidak terdapat halangan), ada daun kluwih (katanya agar rejekinya luwih-luwih=berlebih)., ada kelapa muda atau cengkir(kencenging pikir)
Sayangnya generasi muda sudah banyak yang kurang peduli terhadap pelestarian budaya bangsaya yang adiluhung.
Terima kasih artikelnya yang menambah wawasan
Jepang sarat makna.. Banyak arti dalam setiap hal. Termasuk makanan saat perayaan.
untuk generasi mudanya, paham juga ga mbak? Mengingat di kebudayaan Jawa pun juga hampir sama. Setiap makanan terutama dlm perayaan punya arti tersendiri. Yg anak muda tidak terlalu paham.
Pingback: Makanan Tahun Baru | Twilight Express