Pengakuan Mama

16 Jul

Sayang, mama menangis hari ini
membaca laporan guru kamu di Penitipan: Waktu berenang di kolam karet, Kai berkatapada teman dan gurunya ” Lihat, celana renang Mebius ini dibelikan papa dan mama”.
Padahal nak…. celana itu adalah celana lungsuran kakakmu 🙁 . Betapa sering kamu menemukan mainan yang kamu senangi dan berkata, “Mama terima kasih ya, mama sudah belikan untukku….” padahal…..

Sayang, mama terharu hari ini
kamu mengikuti misa selama 1 jam dengan tenang, tanpa ribut, juga ikut berdiri dan duduk bersama. Dan  setelah selesai suatu lagu di bagian-bagian akhir misa kamu berkata, “Mama hebat ya menyanyinya…..” sampai mama malu terdengar orang lain. Dalam hati mama terharu sekali karena kamu memperhatikan lagu itu.

Sayang, mama terharu hari ini
karena kamu menemukan buku novel mama yang bersampul khusus. Kamu tahu itu punya mama, dan kamu langsung pergi ke rak buku dan mengembalikan novel itu ke tempatnya. Betapa sering kamu mengetahui letak barang-barang dan mengembalikan ke tempatnya, membuangkan sampah sendiri atau mengingatkan mama, “Mama ini pisau…bahaya…”

Sayang, Mama tertawa hari ini
karena kamu mengingatkan mama waktu kita belanja di supermarket dan mama sempat tertegun…” Tadi mama mau beli apa ya di sini?” dan kamu berkata, “Susu kan?” hihihi…mama sudah mulai pikun ya nak.

Sayang, Mama terharu hari ini
karena kamu menangis begitu kamu cari-cari kakak Riku dan tidak ada. Padahal Riku ada di WC. Begitu sayangnya kamu pada kakakmu, meskipun kamu juga sering mengganggu kakak dengan mengambil mainan kakak dan mengatakan itu punyamu. Untung kakak kamu baik sehingga mau merelakan banyak mainan dan kepunyaannya untukmu. (Meskipun mama juga tahu kadang kakak kamu suka isengin kamu saking kesalnya)

Sayang, mama merasa geli hari ini
karena kamu selalu suka berjalan sendiri di toko atau di museum sehingga menjadi terpisah dengan mama. Lalu berteriak menangis….. tapi… tetap mengulangi lagi. Kamu memang lebih berani mencoba dan melawan daripada kakakmu yang penurut. Tapi please, dengar kata mama kalau memang itu menyangkut nyawa ya…. Jangan pernah menyeberang atau terpisah jika di jalan.

Nak, kamu hari ini menjadi tiga tahun. Bayi begitu kecil yang harus melewati kehidupan inkubator satu bulan itu, sekarang sudah bisa berlari kemana-mana. Sudah mempunyai idola Ultraman Mebius dan menyampaikan pikirannya sendiri. Kamu juga sudah mulai belagak seperti anak besar, yang tidak mau kalah dengan Riku, tapi masih manja pada mama. Kamu paling tidak suka melihat mama memeluk Riku kan?

Dan kamu terus berkata, “3 tahun, hanya minum air (karena aku bilang kalau sudah ulang tahun berhenti minum susu formula dari dot)”. Dan akhir-akhir ini kamu selalu bilang “Aku sayang semua!”. Bahkan obake (hantu) hahaha.

Well Kai Miyashita, Selamat Ulang Tahun Nak… Tiga tahun itu masih kecil, tapi mulai hari ini pasti banyak hal-hal baru yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang akan kamu alami. Jangan memaksa diri, karena mama juga masih senang kalau kamu manja pada mama. Kita sambut satu tahun yang baru ini sama-sama ya Nak. Kami semua juga sayang kamu.

皆あなたのことが好きだよ! 3歳のお誕生日おめでとうございます。

Beber

14 Jul

Tahu “beber”? “wayang beber”? Kalau kata kerja “membeberkan” pasti tahu dong ya? Nah kali ini aku mau membeberkan sebuah fakta yang membuat kita sebagai orang Indonesia agak malu, hmmm paling tidak aku deh yang merasa malu.

Mengapa? Karena aku bisa melihat dan mengerti sedikit tentang Wayang Beber justru di Jepang ini. Dan itu pun karena diajak Gen untuk melihat pameran “beber” di museum Kertas, yang terletak di Kita-ku (bisa dibaca pengantarnya di cerita sebelumnya, Taman Asukayama). Dia baca di homepage Museum Kertas itu bahwa dari tanggal 19 Juni s/d tgl 4 Juli lalu itu ada pameran khusus yang bertajuk “Keindahan Kertas Kulit Pohon Asia” アジアの樹皮紙の美。

Dia bilang begini, “Di situ dipamerkan replika wayang beber yang berusia ratusan tahun. Katanya sering dipamerkan ke seluruh dunia, dan belum tentu bisa datang lagi ke Jepang, Yang pertama dan yang terakhir”…. Hmmm aku juga belum pernah melihat wayang beber, dan aku tidak yakin bisa melihatnya di Indonesia jika pulang  kampung. Karena itu kami sepakat untuk menghabiskan hari Minggu itu kami di Museum Kertas dan Taman Asukayama. Paling tidak Riku bisa bercerita bahwa dia pernah melihat sekilas kebudayaan negara ibunya.

Pameran wayang beber ini dilaksanakan di sebuah ruangan khusus untuk pameran temporer dalam Museum Kertas. Di lantai 4. Begitu masuk ke sudut itu, kami langsung bisa melihat gambar ini. Sss….t sebetulnya kami tidak boleh memotret di situ. Hanya ada satu foto jadinya 😀

Selain gambar wayang beber juga terdapat bermacam keterangan pembuatan dan pameran alat pemukul kertas daluwang

Di sebelah replika wayang beber yang dipajang itu tertulis proses dan cerita mengenai beber ini dalam bahasa Jepang. Dan untuk lebih mengerti lebih jelas lagi maksud pameran ini, kami disuguhkan dua video di ruangan tengah. Video itu mengenai pembuatan baju dari serat kulit yang disebut Fuya di Sulawesi Tengah. Yang membuat kami heran ternyata kulit pohon itu yang tadinya lebarnya tidak seberapa bisa ditumpuk kemudian  disambung dengan cara dipukul-pukul sehingga menjadi selembar “kain kertas” yang besar.

Video yang kedua tentang wayang beber yang hampir punah. Karena sudah tidak ada lagi pembuatan wayang beber dengan memakai teknologi jaman baheula itu , padahal kertas yang terbuat dari serat yang diberi nama Daluwang itu amat kuat dan tipis.

Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.

Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul. (wikipedia)

Gambar wayang beber yang dipajang, dan menjadi pamflet pameran di Museum Kertas

Nah, dalam video itu kami ketahui bahwa ada seorang Jepang yang bernama Prof. Sakamoto yang akan memulai proyek menggali kembali penyelamatan wayang beber untuk  mengganti kertas wayang beber yang hampir punah itu. Untuk itu di daerah Bandung ada seorang pengrajin (aku tidak mencatat siapa namanya) yang membantu meneliti pembuatan kertas daluwang ini. Proyek ini dibiayai oleh pemerintah Jepang, sedang berjalan dan cukup memakan waktu lama.

Memang meskipun kertas Daluwang ini kuat, tentu saja tidak bisa bertahan melawan usia. Wayang beber yang ada tetap dipertunjukkan sehingga pedalang juga sangat berhati-hati memakainya (sampai robek-robek tuh). Hanya saja waktu kami menonton di video itu, pertunjukan wayang beber masih memakai penerangan dari api/tungku. Duuuh kalau sampai lembaran wayang itu tersambar api bagaimana ya….semoga jangan ada kejadian….

Dasar Museum Kertas... jadi tempat duduknya juga dari kertas tuh (kardus). Berempat menyimak pembuatan daluwang/fuya dari video.

Satu kali lagi mataku terbuka akan kebudayaan Indonesia yang hampir punah ini. Memang aku tidak mengerti wayang, tapi merasa ikut senang jika kekayaan budaya yang ada tetap dipelihara dan dijaga (dasar penyuka sejarah…) . Meskipun malu kenapa harus orang asing (orang Jepang) yang melakukan penyelamatan itu, aku bisa mengerti juga bahwa orang Indonesia meskipun mempunyai kesadaran akan kekayaan budaya, masih terantuk pada masalah waktu dan dana, sementara pemerintah yang diharapkan bisa menjaga keutuhan negara kita ini juga masih sibuk dengan urusan lain.

Kencur

10 Jul

Aku sebenarnya heran kenapa ada istilah, “anak bau kencur” atau “anak kencur” untuk merujuk pada anak yang belum tahu apa-apa alias belum berpengalaman.  Padahal aku pikir mana ada sih anak-anak suka makan atau minum kencur? Rasanya kan agak …lain. Hmmm pokoknya sulit diterangkan deh :D…. Atau analoginya karena kencur itu kecil ya? Memang tidak ada kencur yang bisa menjadi sebesar Kunyit atau Jahe deh sepertinya. Tapi temu kunci kan juga kecil…kenapa tidak dibilang anak Temu Kunci? Eh nanti salah kaprah dengan anak kunci kali ya hihihi.

Jadi konon orang tua zaman dulu punya kebiasaan unik saat memiliki bayi di rumah, yaitu menggantung aneka rempah atau bumbu dapur pada ranjang bayi, lemari, pintu dan daerah lain di sekitar bayi. Kebiasaan ini dipercaya akan melindungi bayi dari bahaya atau makhluk halus yang mengganggu. Dan salah satu dari  bumbu dapur yang digantungkan adalah kencur. Kencur memang mempunyai  aroma khas yang cukup kuat sehingga aromanya mengalahkan bau rempah lain. Aroma ini menyebabkan bayi dan  semua peralatan di sekitarnya berbau kencur. Karena itu bayi-bayi zaman  dulu dikatakan punya aroma seperti kencur, bukan aroma bedak atau telon seperti zaman sekarang.

Kencur (Kaempferia galanga L.) memang merupakan salah satu bumbu dapur yang wajib ada di rumah keluarga Indonesia. Meskipun sebetulnya keluarga saya jarang pakai. Paling-paling untuk membuat nasi goreng saja. Mama paling suka nasi goreng kencur pedas…. Tapi karena yang lain tidak suka, biasanya asisten kami hanya membuat khusus 1 piring untuk mama saja. Dari piring itu aku suka “nyolong” sedikit. Memang rasanya lebih segar daripada nasi goreng biasa.

Selain untuk nasi goreng, tentu saja banyak yang tahu minuman Beras Kencur kan? Tapi kalau jamu (eh termasuk jamu kan yah hihihi) Beras Kencur ini sih aku tidak pernah buat sendiri. Beli saja di tukang jamu. Dan ini satu-satunya jamu yang masih bisa aku minum tanpa tutup hidung hihihi.

Aku juga baru tahu dari teman Jepangku yang menikah dengan orang Bali, bahwa masakan Bali hampir semua pakai kencur, atau cekuh dalam bahasa Balinya. Sampai aku memberikan semua persediaan kencurku di freezer untuk dia. Toh aku jarang pakai ini.

Nah, aku bisa makan nasi goreng kencur yang segar ini kembali di sebuah restoran Indonesia baru di Tokyo, tepatnya di Musashi Koganei. Nama restorannya Bumi Pasundan.

Meja makan tamu di bagian depan restoran

Kami pergi ke Bumi Pasundan setelah dari Taman Asukayama… melalui jalan macet di tengah kota Tokyo, merayap ke arah barat Tokyo. Untung saja jalanan di Kichijouji Doori waktu itu tidak macet, dan kami bisa sampai pukul 6:30 malam. Kami langsung mencari tempat parkir koin yang ada di dekat situ.

pojokan jualan souvenir dari Indonesia

Restoran ini baru 2-3 bulan buka, menempati lantai satu sebuah bangunan. Tidak luas tapi cukup tertata rapih dan terang. Hanya ada 2 meja untuk 4 orang dan counter untuk 6-7 orang. Kami menempati sebuah meja di sudut belakang yang sebetulnya bukan diperuntukkan bagi tamu karena nanggung. Tapi kami merasa beruntung mengambil tempat di situ, karena ada happening dengan Riku dan Kai karena kondisi badan mereka (batuk sehingga terpaksa mun mun deh).

Bersama Yumiko, sayang Rusli sedang di dapur. Malam itu sekaligus bisa reunian deh

Memang tempat ini dikelola oleh temanku, Yumiko dan Rusli, yang juga mempunyai toko bahan makanan halal Bumbu-ya. Memang menunya tidak banyak. Nasi goreng, gado-gado, bakmi goreng, nasi kare, tapi ada yang tidak biasa ada di restoran Indonesia di Tokyo yaitu nasi goreng kencur dan pepes ayam. Aku terus terang belum pernah makan pepea ayam, pepes ikan sih sering meskipun ngga hobi…. soalnya susah sih makannya, banyak duri kan. Menurut Gen pepes ayamnya enak. Aku pesan nasi goreng kencur, dan bisa bernostalgia…dan sedikit homesick, rindu pada mama yang suka makan nasi goreng kencur seperti ini.

nasi goreng kencur pepes ayam

Satu hal lagi yang terjadi hari itu adalah aku bertemu seorang mantan murid yang sudah 3 tahun tidak bertemu, persis sebelum aku cuti mengajar karena hamil Kai. Serasa reunian mendadak.

Berfoto di depan restoran Bumi Pasundan, Tokyo

Alamatnya:

東京都小金井市本町3-9-7. Tokyo Koganei-shi Honcho 3-9-7 kira-kira 10 menit dari Stasiun Musashi Koganei Tel: 090-6655-4268

Karena tidak buka setiap hari, sebelum ke sana telepon atau cari keterangan di web dulu ya. Terkadang mereka juga menyediakan prasmanan.

Taman Asukayama

9 Jul

Duh, Tokyo sudah mulai panas… meskipun suhu maximumnya BARU 31 derajat (soalnya bisa saja mencapai 40 loh). Sekarang masih dianggap musim hujan, sampai ada pernyataan “Musim hujan selesai” dari Badan Meteorologi dan Geofisikanya Jepang. Nah, di hari yang panas begini memang paling enak kalau jalan-jalan ke mall atau dalam bangunan yang berAC. Tapi tentu saja itu tidak menyehatkan, kan? Kalau di Tokyo, kita juga bisa ke taman-taman kota sebagai usaha meng”ademkan” diri.

Hari Minggu tanggal 27 Juni lalu, setelah melepas Narpen jam 8 pagi (soalnya dia ada janjian sama teman-temannya tuh), kami pergi ke Taman Asukayama. Tujuannya sebetulnya ke Museum Kertas yang berada di dalam taman tersebut. Tapi posting kali ini aku akan menulis tentang tamannya dulu ya.

menuju Taman Asukayama dan bertemu kereta listrik trem yang sejajar dengan jalanan mobil

Taman Asukayama ini terletak di kelurahan Kita-ku, dekat stasiun Ouji 王子, sehingga kerap disebut sebagai Taman Ouji juga.  Jika mendengar kata Ouji atau Juujou 十条, saya otomatis teringat bahwa dulu ada fasilitas imigrasi Jepang di sini yang boleh dikatakan sebagai “penjara” nya warga asing ilegal di Jepang. Ntah apakah dengan adanya kantor imigrasi baru di Shinagawa, tempat ini juga pindah ke sana.

Taman ini termasuk taman yang mudah dikunjungi karena merupakan taman kota yang menyediakan sarana parkir mobil, meskipun terbatas. Kebetulan hari itu parkirnya kosong, sehingga kami bisa memarkirkan mobil dengan mudah. Coba jika kami datang pas musim Sakura berbunga…wah bakal sulit kami memarkirkan mobil kami. Karena taman ini merupakan tempat yang terkenal sebagai taman Sakura.

jalan mencari makan di sekitar taman Asukayama

Karena kami datang ke sana sudah pukul 1 siang, dan onaka peko-peko alias laper berat, jadi kami mencari tempat makan yang terdekat. Dan yang terdekat dengan tempat parkir hanya sebuah restoran Katsu (goreng-gorengan) yang menyediakan Asukayama Bento. Karena tidak ada pilihan lain, kami akhirnya makan siang di sana.

Memasuki pintu gerbang taman jam setengah tiga, kami disambut dengan rimbunnya pepohonan di sana. Dan… bunga Ajisai (hydrangea) yang bermekaran. Kebanyakan ajisai di sini berwarna biru dan putih.

di depan taman Asukayama.....taman yang berusia 280 tahun lebih

Di sebelah kanan terhampar tempat bermain anak-anak dan di sebelah kiri ada 3 bangunan museum yaitu Museum Daerah Asukayama Kita-ku, Museum Kertas dan Museum Shibuzawa. Museum Kertas inilah yang menjadi tujuan utama kami sebetulnya.

Taman Asukayama Asukayama Kouen 飛鳥山公園 ini ditetapkan menjadi  Taman kota yang pertama di Jepang pada tahun 1873, bersanding dengan 4 taman lainnya yaitu Taman Ueno 上野公園, Taman Shiba 芝公園, Taman Asakusa 浅草公園 dan Taman Fukagawa 深川公園, yang dikenal sebagai 5 taman Kota Tokyo. Meskipun sebetulnya sejarah Taman Asukayama ini  sudah dimulai sejak 1720 kala Tokugawa Yohimune memerintahkan menanam pohon sakura di lahan ini. Taman Sakura ini kemudian dibuka untuk umum tahun 1737.

Sebetulnya dari namanya Asukayama, diketahui bahwa yama= gunung, gunung Asuka. Dan memang tempat ini lebih tinggi dari sekelilingnya, meskipun nama Gunung Asuka ini tidak tercantum dalam Daftar Nama Gunung Jepang. Dikatakan bahwa gunung Asuka adalah gunung yang terendah yaitu hanya 25,7 meter (hihihi lebih bagus diberi nama bukit kali ya).

Selain tempat bermain untuk anak-anak dengan gunungan dan berbagai alat permainan, di dalam taman  juga terdapat lokomotif D51 dan gerbong kereta trem Toden 6080.  Sambil memperhatikan Riku dan Kai yang bermain aku sempat melihat bermacam tingkah pengunjung taman. Kebanyakan memang keluarga yang membawa anak-anak. Kelihatan sekali ada anak yang memang “behaved” dan ada anak-anak yang tidak terbiasa bermain bersama, yang mau menangnya sendiri, bahkan ada anak yang melempar pasir ke arah muka Kai (orang tuanya sih langsung minta maaf….).

Sambil menunggu anak-anaknya bermain, orang tua duduk-duduk di bangku sekitar taman. Dan ada satu pemandangan yang sebetulnya amat menggelitik “jiwa fotografi”ku, yaitu seorang bapak yang menggendong bayi di punggungnya sambil duduk. Dan bapak dan bayi itu sama-sama tertidur! Duh aku bisa bayangkan si bapak yang kecapekan bekerja seminggu, disuruh momong bayi, yang ibunya ntah pergi ke mana (karena lumayan lama…hihihi ketahuan lama juga memperhatikannya). Mungkin si ibu bermain dengan anaknya yang lebih besar, who knows. Memang akhirnya aku bisa berhasil mencuri foto si bapak dan bayi, tapi kurang bagus, dan kurang etis kalau aku tampilkan di sini, karena ada muka orang-orang lain di sekitarnya.

Riku dan Kai cukup lama bermain di taman ini sampai puas, dan kami terpaksa mengajak mereka pulang lebih karena khawatir ongkos parkir yang harus kami bayar daripada soal waktu yang memang sudah larut senja.  Dan dalam perjalanan pulang kami sempat melewati Universitas Tokyo yang terkenal dengan gerbang merahnya. (Dan ternyata si Narpen juga ke sini meskipun jamnya berbeda).

Gerbang Merah atau aka-mon yang terkenal

Dalam perjalanan pulang kami juga bertemu dengan mobil kampanye pemilihan legeslatif Jepang. Mobilnya ada dua berwarna pink + putih dengan papan  pink! Rupanya calon legeslatif yang katanya berasal dari profesi artis. Wah tidak di Indonesia, tidak di Jepang, sama aja, artis juga merambah ke kancah politik. Sayang aku tidak sempat memotret si artis itu hihihi. (sambil naik mobil sih, jadi susah timingnya dan aku duduk di sebelah kiri, dianya di sebelah kanan). Pemilihan legeslatifnya Jepang akan dilaksanakan tanggal 11 Juli ini,  tapi kok sepertinya kurang semangat dibanding waktu yang sudah-sudah. Kurang ribut kampanyenya, karena biasanya mobil-mobil ini juga “berkoar-koar”  di daerah pemukiman, namun kali ini aku jarang mendengar.

mobil kampanye calon legeslatif yang artis... pink dehhh

I wish…..

7 Jul

Wah cepat ya sudah Tanabata lagi. Tanggal 7 Juli dirayakan sebagai tanabata di Jepang, dan saat itu kita bisa menuliskan keinginan kita dalam tanzaku (kertas 短冊 ) yang akan digantungkan di daun Sasa. (Bisa baca tentang ini di posting saya tahun lalu, atau tahun lalunya lagi hehehe).

Saya tidak tahu Riku menulis apa pada tanzaku di sekolahnya, karena dia sudah bisa menulis sendiri. Tapi untuk Kai saya tuliskan permohonan dia : “Semoga bisa menjadi kuat seperti (Ultraman) Mebius”. Tentu saja keinginan seorang anak balita tidak sama dengan keinginan murid SD yang sudah bisa lebih mengerti bahwa Mebius itu adalah tokoh ciptaan saja, yang tidak mungkin ditiru.

Kalau melihat permohonan atau keinginan orang Jepang saat ini, dari rangking di Goo aku bisa tuliskan sbb:

1. Supaya semua anggota keluarga tetap sehat
2. Bisa melewati kehidupan yang gembira setiap hari
3. Menang lotere
4. Supaya kehidupan suami-istri awet dan berbahagia
5. Semoga Jepang dan seluruh dunia bisa hidup damai
6. Supaya bisa melakukan pekerjaan dan pelajaran
7. Supaya kondisi ekonomi dunia pulih
8. Supaya gaji naik
9. Supaya dietnya berhasil
10.  Supaya tidak terjadi gempa atau bencana lainnya
11. Supaya bisa menemukan pacar yang cocok
12. Supaya bisa tetap menjaga persahabatan dengan teman-teman yang sekarang
13.  Supaya bisa memiliki ………. (barang)  idaman
14.  Supaya bonus gaji bisa naik
15. Supaya bisa sehat dan kuat sehingga dapat bekerja keras
16. Supaya bisa menikah
17. Supaya bisa makan yang enak-enak
18. Supaya tetap awet dengan pacar yang sekarang
19. Supaya lulus ujian
20.  Supaya cintaku pada yang bertepuk sebelah tangan bisa terbalaskan.

Nah, nah, nah….  Aku sih emang ingin semua, kecuali nomor 3 (ngga pernah beli lotere),  No 11 (udah ngga perlu pacar hihihi, No 16,18 dan 20 (udah menikah soalnya 😉 ). Tapiiiiiiii keinginanku nomor satu sekarang: Supaya bisa mudik ke Jakarta!(Dan yang kedua…tentu saja yang No 9 hahhaha, padahal kalau aku pulkam ke JKT sudah pasti tidak bisa DIET hihihi)

Bagaimana dengan kamu? apa keinginanmu sekarang?

Sepatu kok bisa berkembang?

5 Jul

Kalau berkembang dalam arti menjadi lebih besar sih biasa. Apalagi anak-anak! Temanku di Indonesia ada yang kebingungan mencarikan sepatu untuk anaknya yang berukuran 27. Lebih gede dari kaki aku yang 25,5 (max orang Jepang biasanya 24,5 = 38 di Indonesia). Kalau di luar negeri yang eropa-amerika mungkin ukuran segitu masih “normal”, tapi di Asia memang “luar  biasa”.

Tapi maksud aku menulis kali ini sebetulanya lebih pada keheranan pada penamaan tumbuhan/binatang di Indonesia. Kembang Sepatu! Kenapa sih diberi nama Kembang Sepatu? Wong bentuknya tidak seperti sepatu. Masih bisa dimengerti jika ada bunga yang diberi nama bunga lonceng karena mirip lonceng, tapi kembang sepatu? Kita tanya om Wiki ya:

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu. Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa menyebutnya kembang worawari.

Kembang Sepatu yang bentuknya sama sekali tidak seperti sepatu

Untung bukan warawiri ya…sulit membayangkan keadaan tergopoh-gopoh dengan bunga ini.

Katanya memang bunga ini setinggi 2-5 meter. Mungkin karena kondisi inilah kata bahasa Inggris dari Kembang Sepatu adalah Hibiscus. Seperti jokenya papa pada Gen waktu berjalan-jalan sekitar rumah dan menemukan Kembang Sepatu ini.
Kata papa, ” Gen, you know why this plants called HIBISCUS?”
“I dont know….why?”
“Because its High, if it is Low, then it should be LOWBISCUS”

samui…. ojisan no gyagu (lelucon yang tidak lucu)! Tapi memang bisa dimengerti. Padahal nama family nya adalah Malvaceae. Dan…aku merasa terhibur bisa melihat bunga serupa Kembang  Sepatu ini di dekat rumahku. Sekitar bulan Juni-Agustus, bunga Tachiaoi タチアオイ, bermekaran sepanjang jalan. Memang kalau dilihat nama latinnya serupa dengan Kembang Sepatu, Althaea Rosa dari family Malvaceae. Kabarnya bunga yang di Jepang ini berasal dari Turki, mengalahkan pengertian sebelumnya bahwa bunga ini berasal dari Cina.

Karena di Jepang terdapat 4 musim, senang juga rasanya memasuki musim panas, karena banyak “bau Indonesia” yang mulai terlihat di mana-mana. Tapi puanasnya rek…lembab sekali! Baru 30 derajat udah kepanasan. Bagaimana nanti kalau Agustus bisa mencapai 40 derajat? Matilah aku… (eh tapi ngga mati deh…soalnya aku melarikan diri ke Indonesia hahaha)

Bunga Tachiaoi, yang mirip dengan Kembang Sepatu...ternyata dari family yang sama.

Recovery and TBoB

1 Jul

Ya akhirnya TE bisa pulih dan recover seperti semula. Tidak pakai recovery disc tapi berkat kebaikan Mas Astho, pemilik hostemple. Saya mulih kembali pakai hosting dari beliau, yang memang masa berlakunya masih ada. Jadi ceritanya sebelumnya  itu aku pindah ke server yang berada di Singapore, dengan harapan teman-teman dari Indonesia akan lebih mudah mengakses blog ini. Aku banyak menerima komplain dari teman-teman yang memakai salah satu provider, mengatakan sulit mengakses ke TE karena memang server Mas Astho ini berada di Amerika. Coba-coba pindah awal Juni, tapi eeeh bukannya lebih lancar, tapi kelancaran alias terlalu lancar yang akhirnya bermasalah dengan disuspendnya account aku. Setelah mengalami beberapa kali suspend, akhirnya aku buang semua plugin yang tidak perlu serta berhati-hati sekali dalam mempromosikan TE di social media yang lain. Nah, puncaknya waktu Senin pagi, mungkin semua warga Indonesia buka TE pas jam 9 pagi untuk blogwalking (hiperbola banget) , dan aku tulis di Twitter pada Vixxio, bahwa aku menulis tentang Vixxio di TE loh…. sehingga semua pengguna Twitter sedunia mengakses TE (lebay ngga sih?). Dan …… Jederrrrrrr…. aku diultimatum memakai 20% resources CPU si Singapore. Account suspended deh 🙁

Dan waktu itu aku yang sedang membuka dashboard kaget baca di Twitter, “Mbakkkk kok TE ngga bisa dibuka?”…. dan di Inbox FB, mas Nug menulis begini: “Mel aku tadi mau buka Blog mu kok gak bisa ya. Tulsiannya Account suspended. Hm…” Kubalas dengan menjelaskan dan disahut dengan: “Resiko jadi selebriti sepertinya mel.. Wkwkwkwk… Ya udah nikmatin aza.. :)” . Dan benar waktu aku refresh dashboardnya, aku ditolak. huhuhuhu…. Ngga boleh masuk rumah sendiri. Well, aku langsung tanya ke Mas Astho, dan sepakat mengadakan percobaan pindahin ke hostingnya kembali sambil memonitor, apakah aku akan di suspend oleh server Amerikanya…. So, Jika nanti sesudah posting ini ada kejadian suspended lagi, berarti bener aku sudah bisa jadi celebrity deh….  dan kudu punya server sendiri hahahaha.

Sebetulnya berbarengan dengan “sakit” nya TE, anakku Kai juga sakit. Demam dan batuk hebat! Tiga hari demam membuat dia lemas dan tidur terus. Jadi waktu hari Selasa tgl 22 Juni itu, dia memang agak demam, binetsu bahasa Jepangnya, 37,2 derajat. Padahal batas orang dikatakan demam adalah 37,5. Jika sudah 37,5 maka kami tidak bisa menitipkan anak-anak ke hoikuen, penitipan. Batuk juga cukup parah, sehingga aku menelepon gurunya dan mengatakan bahwa hari itu aku akan mengantar Kai ke RS dulu dan meliburkan penitipan. Oleh dokter diberi obat seabrek.

Mukanya Kai waktu sakit.... hiks...kasihan yah .

Dia bermain dengan kakaknya Selasa malam itu, dan tentu saja berantakanlah rumahku. Sambil marah-marah aku suruh mereka membereskan mainannya. Tak lama lagi Kai mulai lemas dan mengajak tidur. Berbaring di sebelah dia, aku raba demam tinggi! 38 derajat lebih. Mukanya melasss sekali, sehingga aku berkata, “Kai maaf ya tadi mama marah-marah. Gomennasai” Dan dia jawab dengan ” go…men… na…sai………”. Nangis deh aku…hiks.

Setelah lewat 3 hari akhirnya dia bisa lumayan sehat meskipun batuknya tetap parah. Dan puncaknya hari Senin, Kai tidak bangun sejak tidur malamnya, sampai jam 3 siang! Wadow … bener-bener hibernasi. Tapi berkat istirahat itu dia sudah bisa ke penitipan esoknya.

Nah setelah TE dan Kai sembuh, malah akunya malas nulis. Biasa kan, kalau nafsu dipending, pas sikon memungkinkan …udah ngga nafsu lagi. (Nafsunya nafsu MENULIS loh!)  Padahal banyak sekali yang mau aku ceritakan. Jadi untuk mengawali tulisan di awal Juli ini, aku mau menulis tentang TBoB. Ini singkatan dari The Beauty of Blogging, trade marknya mas NH18, yang baru saja (blognya) nangkring di Indonesian Matters. Hebring ya! Ungkapan itu selalu dia ucapkan dalam laporan-laporan kopdar antar blogger sehingga akhirnya kami juga akhirnya sering memakai istilah ini.

Well menurutku sebetulnya TBoB ini bisa dibagi dua, yaitu bertemu teman-teman dalam satu blog secara “maya” , pertemuan tidak berupa fisik, tapi mungkin suatu saat pernah atau akan bertemu fisik. Misalnya di blog TE si A bisa bertemu si B, yang ternyata teman lama, atau kakak kelas, atau bahkan ternyata ada unsur saudara, seperti saya dengan Ria yang pernah kutulis di sini. Lalu, baru-baru ini aku kedatangan tamu di TE kakak kelas di SMA, Retty yang ternyata temannya Krismariana dan Diajeng. Sampai-sampai Mbak Retty (cihuy …kita ngga pernah mbak-mbak-an sebetulnya) merasa perlu menuliskan pertemuan kami di sini.  Silakan teman-teman bertandang juga ke sana, meskipun blognya berbahasa Inggris, komentar boleh pakai bahasa Indonesia kok, ya kan Ret hihihi. Biasanya udah keder dulu sih kalau baca blog berbahasa Inggris.

Nah TBoB yang kedua adalah pertemuan berupa fisik, alias kopdar. Dan tanggal 26 Juni lalu, aku kedatangan seorang tamu blogger di rumah. Yang lucunya aku mengenal Narpen ini awalnya dari Ibu Enny, yang adalah ibunya Narpen dan blogger kondang. Aku bertemu ibu Enny pertama kali bulan November th 2008, yang laporannya ada di sini. Memang pertemuan aku dan Narpen merupakan yang kedua kalinya Yang pertama buru-buru di rumah Jakarta) , tapi sejak Narpen belajar di Jepang, pertama kalinya kami bertemu dalam suasana santai.

siap makan malam!

Riku awalnya ribut terus tanya-tanya siapa yang mau datang, karena aku butuh waktu seminggu untuk membereskan kamar yang tadinya sudah menjadi gudang. “Mama, yang datang orang Indonesia? Laki-laki atau perempuan?” …. Dan Riku dan Kai juga yang membukakan pintu di pagi hari kala Narpen mengebel pintu rumahku. Kali ini Kai lebih lihai, dia yang memonopoli Narpen untuk menemani dia bermain.

Jadi deh Kai mendaulat Narpen untuk bermain Lego

Khusus untuk Narpen aku buat bakso dan ayam bakar bumbu rujak. Pesan ayam dan daging halal di Bumbu-ya, dan kali ini daging gilingnya pas cocok untuk dibuat bakso. Sukses deh!

Sayang sekali Narpen hanya menginap satu malam, karena esoknya dia ada janji dengan temannya.  Blog Narpen sudah pernah kuperkenalkan di artikel DPR yang Di Bawah Pohon Rindang.

Jadi, mari kita kembangkan TBoB di lingkungan kita ya …tsah!

Rikunya tidak begitu kelihatan. Bersiap santap malam

NB:

Kalau ada yang mau resep baksonya:

Daging giling 1 kg
Tepung Kanji (Katakuriko/corn starch) 200 gr
Bawang putih sesukanya, tapi aku pakai 4 siung besar
Kemiri disangrai dulu, seadanya
Ketumbar sedikit
Lada 1 sdt
Garam 3 sdt

Bumbu digiling dan masukkan pada daging giling yang dihaluskan memakai Food Processor. Tanpa Food Processor daging sulit halus. Kalau sudah tercampur semua baru dimasukkan tepung kanji dan campur pakai tangan. Bentuk bulat-bulat dan rebus dalam air mendidih. Jadi deh.