Terong dan Kentang

17 Jun

Hari ini kedua anakku membawa pulang terong dan kentang ke rumah. Bukan dari toko loh! tapi “buatan” sendiri. Ya, sebagai tugas sekolah, masing-masing murid di SD nya Riku wajib menanam salah satu sayuran yang bibitnya disediakan pihak sekolah. Memang sebelum menanam ditanyakan keinginan murid, maunya menanam apa. Ada pilihan Terong, Ketimun, Tomat, Okura atau Paprika.

Masing-masing murid mendapat sepetak tanah seukuran 30×30 cm di dalam halaman sekolah, dan mereka menanam sendiri bibit yang diterima dari gurunya. Tentu saja mereka juga harus memberi air setiap hari, dan mencatat perkembangan sayur mereka. Riku mendapat bibit Terong karena dia sendiri memilih terong sebagai pilihan pertama. Ternyata semua teman di kelasnya memilih sayuran lain, sehingga hanya Riku yang menanam terong. Hari ini terongnya sudah bisa dipanen meskipun masih “cilik”. Dengan bangganya tadi siang dia membawa pulang satu terong dan memperlihatkan padaku.

Kalau Riku membawa Terong, maka si koalaku Kai membawa pulang kentang. Bersama teman-teman di penitipan Himawari, hari ini mereka pergi ke ladang kentang yang terletak di Hoya, satu stasiun (kira-kira 5 menit) dari tempat penitipannya. Berarti hari ini juga pertama kalinya dia naik kereta, bersama sensei dan teman-temannya. Aku bisa bayangkan anak-anak balita itu berbaris dan berjongkok dengan rapih sebelum masuk kereta. Iiiih pasti lucu, aku pengen “ngikut” sebetulnya, tapi kalau mereka melihat aku, pasti jadi rame, “Ada mamanya Kai…ada mamanya Kai”. Jadi lebih baik serahkan Kai ke tangan senseinya, dan aku tunggu saja foto-foto mereka.

Masing-masing anak harus membawa ransel yang berisi pakaian ganti, handuk kecil, jas hujan, termos minuman dan …kantong plastik. Kantong plastik ini gunanya untuk membawa hasil panen pulang.

Kabarnya (menurut cerita senseinya waktu aku menjemput Kai pulang), anak-anak balita itu semua bersemangat pergi dan menggali kentang dengan tangan. Tidak ada satupun yang menangis, padahal kelas “Gajah” tahun ini banyak yang berusia 2 tahun (belum 3 tahun , termasuk Kai). Tapi karena “kerja keras” dalam perjalanan pulang semua diam, dan kelihatan semua capek. Waktu tidur siang juga lebih lama dari biasanya. Dua jam!

Jadi hari ini aku akan memasak sayuran hasil karya anak-anakku! Tentu saja musti tambah dengan terong “buatan” supermarket karena Riku cuma bawa satu buah. Tapi kentang? Ada satu kilo tuh! lumayan untuk membuat potato salada.

Dan…. malam ini pasti anak-anak cepat tidur karena capek. Karena Riku juga tadi ada kelas berenang di sekolahnya, jadi pasti capek 😉

Riku dengan terongnya, dan Kai dengan kentangnya + potato chips (yang ini sih beli hihihi)

30 Replies to “Terong dan Kentang

  1. Aku jadi bingung, kenapa terongnya cuman 1 sedangkan kentangnya bisa 1 kantong plastik? Apa memang kentang itu tumbuhnya lebih cepat dan lebih banyak?

    Atau Kai nya aja yang cuman metik 1 biji?

  2. jadi inget waktu sd dulu disuruh nanam-nanam juga tp nanamnya cuma kacang ijo aja, itu juga cuma sampe jadi togenya aja, kalah banget ya ama sekolah di Jepang yg nanam sampe panen

  3. wah, serunya. Jadi ingat dulu aku bangga sekali dengan hasil kebunku..”bunga mawar” hehehe…
    Mbak, kalau di photo ini Kai bener-bener kaya cewek lho..cantik..!!

  4. Petani Riku dan Kai hari ini panen raya… hahahaha… Jadi mama petani menu hasil panen ceritanya… Apakah ‘para petani’ makan dengan lahap hasil panenan mereka mbak? hehehehe…*membayangkan sensei kelas gajah mengkoordinir perjalanan…*

  5. creatif banged ya,menanamkan budaya kerja keras dan budaya “menanam” sejak kecil. kapan ya diterapkan di endonesa?setauku yang ada hanya budaya “menebang” ajah nie

  6. Wah.
    Mudah2an nanti sekolah vaya juga ada bikin kegiatan menanam, even aku lihat di silabusnya sih gak ada kegiatan tanam-menanam. Mgkn nanti pas gedung baru mereka selesai dan punya halaman sendiri jd ada kegiatan bercocok tanam *ngarep…

    Heheheeee kayak sepupuku dulu yg kuliah di pertanian, pulang2 membawa ketimun berkarung-karung. Dibagi2 ke tetangga deh….

  7. Ah pasti menyenangkan sekali …
    membawa pulang hasil panen tanaman sendiri …
    saya saja sang panen padi dan jagung waktu kuliah itu …
    seneng banget jeh …

    Sampe ada satu tangkai padi yang saya tidak buang-buang … dan malah aku pajang di Meja Belajarku waktu nge Kos di Bogor dulu …

    Jagungnya juga gitu … dipamerkan dan dimakan seluruh anak kos

    Ini membanggakan EM
    Riku pasti senang

    Salam saya

  8. Kai pasti lucu ya lari2an di kebun sambil ngegali tanah dan bawa pulang kentang! hehehehe jadi pengen liat juga. well mereka padahal baru berumur 2-3 thn ya? hebat deh!

    jadi terongnya dimasak apa nih?

    OOT : aku lagi di PKU mbak….ada masalah lagi gak sama blognya, tadi pagi blogku kena suspend juga 🙁 menyebalkan deh!

  9. Mungkin ini OOT…

    Dulu, sewaktu aku mengajar di sebuah pesantren di Duri, aku mengajak murid-murid untuk menanam sawit dan rambutan. Kebetulan tanah pesantren itu cukup luas. Sampai aku keluar dari sana (aku mengajar di sana lebih kurang 2 tahun), tentu saja belum bisa melihat hasilnya. Tapi, belakangan aku dengar kabar kalau sawit yang kami tanam dulu telah membuahkan hasil yang sangat banyak. Ada kebahagiaan tersendiri ketika mengetahui sesuatu yang kita tanam berbuah banyak. Hal yang sama juga dirasakan oleh mantan murid-muridku ketika kuceritakan akan hal ini…

  10. EM, saya pernah menulis, saat saya SD juga mendapat sepetak tanah untuk ditanami bunga atau sayuran.
    Ini merupakan pelatihan anak mengenal cara menanam dan menghargai petani. Sayangnya kok sekarang nggak ada ya…seperti sekolah anakku kayaknya nggak ada acara menanam, mungkin karena lahannya sempit?

    Membayangkan betapa senangnya Riku memetik hasil panen tanaman nya, juga Kai…

Tinggalkan Balasan ke nh18 Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *