Buku Pelajaran

7 Apr

Hari kedua Riku ke sekolah. Hanya 4 jam pelajaran, sehingga tidak makan siang di sekolah. Makan bersama di sekolah (kyuushoku 給食) baru mulai besok tanggal 8 April. Hari ini masih mengulang pelajaran yang lalu, dan hari ini dibagikan buku pelajaran dari sekolah. Mata pelajarannya: Berhitung, Bahasa (Jepang), Musik, Kanji. Buku pelajaran utama ini adalah buku wajib yang diterbitkan oleh pemerintah dan dipakai di seluruh Jepang, dan gratis dibagikan ke semua murid. Tahunya dengan melihat bagian belakang buku, tercantum 0000E.

tanda harga buku di bawah ISBN. Semua buku tercetak harganya di bagian belakang

Pernah Riku kehilangan salah satu buku, dan waktu aku mau pesan ke gurunya malahan susah. Karena tidak dijual bebas dan gratis, prosedurnya sulit dan kami tidak tahu harus membayar berapa. Jadi oleh gurunya, karena semester sudah hampir habis, tidak usah membeli baru, lihat bersama buku teman saja (untung hanya buku prakarya).

Buku pelajaran kelas 2 SD, kecuali 2 buku latihan (yang paling kanan) semuanya gratis dibagikan pemerintah

Selain buku wajib, ada beberapa buku latihan dan buku tulis yang memang harus kita bayar. Sekolah yang membelikan, kami hanya memberikan uangnya lewat gurunya. Kebanyakan memang buku/bahan prakarya yang dipakai di sekolah akan dibelikan pihak sekolah, sehingga kami tidak perlu repot-repot mencari yang sama. Buku tulis saja, jika habis kami harus membeli sendiri. Dan buku tulis ini juga seragam semua. Biasanya sudah dibedakan untuk keperluan mata pelajaran apa dan kelas berapa. Jadi tinggal cari di toko buku, dan seragam semua. Buku tulis itu dari perusahaan Showa Note yang juga termasuk anggota Bellmark. Untuk itu perlu menuliskan nama di setiap buku dan peralatan murid. Dan itu tugas mamanya deh. Termasuk juga menulis nama di baju olah raga, kotak alat tulis yang seragam  (bukan kotak pensil tapi kotak A4 yang berisi gunting, selotip, kertas origami, lilin, crayon, craypas, dan alat lain yang diperlukan sehingga tidak usah bawa-bawa setiap hari) dan yang terakhir adalah 2 helai LAP yang satu helai dipakai untuk membersihkan meja/lemari loker dan satunya mengepel lantai.

Buku tulis untuk latihan Kanji

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

11 Replies to “Buku Pelajaran

  1. duh orang jepang paling pinter dah bikin yang lucu2 ya… buku pelajaran aja sampulnya gambarnya lucu2 banget gitu.. jadi anak2 juga jadi seneng ya… 😀

    gua inget2 pas dulu masih les piano. bukunya sebagian pake buku2 piano yang std (dari mana ya, eropa kali ya?) kan sampulanya serius2 banget gitu, cuma ada judulnya, paling ukir2an di samping2nya. tapi karena dulu les nya di yamaha, jadi ada juga pake buku yang keluaran yamaha jepang. dan buku2 ini biasa ada gambar2nya yang lucu2. jadi lebih seneng ngeliatnya. hahaha.

    Ya mereka juga pandai “mengkomersialkan” karakter-karakter yang bertujuan menarik minat anak-anak untuk membeli dan memakainya.
    EM


  2. Kalau semua dari pemerintah..
    Gurunya jadi gak bisa bisnis jual buku..
    Hi..hi..
    🙂
    ..

    Di sini guru ngga ada yang bisnis jualan buku. Gajinya minimum sama dengan pegawai negeri kok (yang guru negeri, guru swasta lebih kaya lagi). Dan itu CUKUP untuk hidup.
    EM

  3. wah, jadi inget waktu dulu sma, pernah bantuin di toko punya bude di jogja, klo udah masuk bulan juli pas taun ajaran baru, pasti toko rame banget. Orang tua berjubel2 beli peralatan sekolah dan tentunya buku pelajaran. Aku sampe apal buku pelajaran apa yang mau dibeli orang. Jaman sekarang dah beda ya, ada sekolah2 yang menyediakan Buku Sekolah Elektronik tapi kasian juga yang nggak punya cd player hehe

    kayaknya aku perlu tuh buku Yokugou-nya hihihihi jd pgn belajar kanji sama-sama si beya hhehe pasti pinteran dia deh (^^;)\

    hmmm keseragaman itu penting jika mau UN seragam 😉
    EM

  4. Di Indonesia, kebijakan BOS Buku sudah cukup baik. Hanya saja, masih menyisakan persoalan dalam hal distribusi. Sepertinya persaingan antara penerbit dalam merebutkan tender buku itu masih menggejalan. Dan itu berakibat kepada terkatungnya distribusi buku bantuan pemerintah tersebut ke sekolah-sekolah.

    Hal itu terlihat pada tahun ajaran ini. Sampai akhir semester ganjil kemarin, di sekolahan Satira, masih ada buku paket yang belum sampai ke sekolah. Tentu saja hal tersebut berakibat kepada terkendalanya proses belajar mengajar. Untung saja, guru-guru memiliki kreatifitas tinggi, sehingga tak terlalu bergantung dengan buku teks bantuan pemerintah. Mereka membuat sendiri modul pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum.

    Semoga ke depan, ide BOS buku di Indonesia semakin dibenahi dan berdampak sangat baik bagi kemajuan pendidikan di negara kita…

    Selamat belajar buat Riku dan selamat memasuki kelas baru… 🙂

    Nah soal distribusi itu juga penting untuk dipikirkan.
    EM

  5. Kenapa harus seragam buku2nya mbak imel? apakah itu dimaksukkan pihak sekolah biar murid2nya tidak saling mengiri? ataukah pemerintah atau pihak sekolah bekerja sama dengan perusahaan bukunya?

    kalau ngomongin bukuaku aku waktu SMU pernah jadi makelar buku 😛
    bulak balik pasar senen beli buku murah naik kereta lalu di jual dengan untuk 2000-5000 perak yahhh walaupun udah dinaikin segitu tetep lebih murah dari buku yang di jual guru2 😀 tapi capeknya kudu bawa buku dari P.Senen ke Bekasi..hahahahaha what a story! kapan2 aku cerita deh pengalamanku yang itu.

    wah kamu pinter bisnis juga ya
    seragam itu jangan dipandang dari skala kecil, harus dipandang dari skala negara. Jika mau kemampuan anak-anak dalam satu negara itu SAMA maka buku wajib HARUS sama, selain dari kemampuan guru yang SAMA (skr sudah ada sertifikasi kan, kalau di jepang sih sertifikasi udah dari jaman dulu heheeh)
    EM

  6. Mbak, cover buku2 pelajarannya menarik sekali ya! Seperti buku bacaan anak-anak. Hehehe. Kalau di sini rasa2nya cover buku pelajaran kok membosankan ya? Kalau ceria seperti buku2nya Riku kan asyik juga sepertinya…

    Iya memang menarik.
    tapi mungkin tahun depan akan berubah, lebih SERIUS sesuai dengan perubahan kurikulum yang menambahn beban belajar lebih banyak lagi. Laporannya tahun depan aja kalau sudah ganti ya heheheh
    EM

  7. Disekolah anak-anak juga ada semacam kotak A 4 itu …
    isinya juga kertas origami, gunting, lem, selotip dan sebagainya …
    dan ini ditinggal di sekolah … tidak dibawa pulang …

    Direktur Sekolah Madrasahnya Anak-anak …
    Dulu juga lulusan Jepang
    Mungkin dia belajar juga menerapkan hal serupa ke sekolah kami

    Salam saya EM

    Pasti dia adapt dari kebiasaan di Jepang mas. Termasuk dengan loker sepatu itu tuh. Coba deh mas tulis kebiasaan di sekolah anak-anak yang “dirasa” lain, mungkin itu kebiasaan di Jepang yang dijalankan…
    EM

  8. Pemerintah Jepan benar2x memperhatikan pendidikan rakyatnya ya. Buku2x wajib saja dibagikan secara gratis. Kapan ya Indonesia bisa seperti itu?

    hmmm kapan ya? mimpi?
    seharusnya bisa kok, asal jangan ada “tikus-tikus” yang menggerogoti buku-buku itu sebelum sampai ke daerah-daerah.
    EM

  9. Jadi inget waktu jaman SD… buku paket dipinjamkan ke murid, dan disimpan di lemari kelas.alau ada PR, disalin di seklah unutk dikerjakan di rumah. Dan buku-buku paket itu turun temurun dari kakak kelas ke adik kelas tahun ajaran berikutnya.

    Kalau sekarang, setiap tahun pelajaran baru, buku juga gonta-ganti deh, jadi nggak bisa diwariskan ke adik kelas…. 🙂

    Ya sistem mewariskan itu yang terbaik untuk di Indonesia. Dulu di sekolah kami (swasta katolik) juga begitu.
    sekarang? wah ngga tau deh heheheh.
    EM

  10. Bukunya lucu-lucu…pasti anak-anak senang membacanya….
    Kayaknya semua buku pelajaran anak harus ada gambar lucunya ya? Supaya mereka senang dan rajin belajar

Tinggalkan Balasan ke Ria Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *