SW 2 : Gerbong Khusus dan Jalan Laut

29 Sep

Tulisan ini sambungan dari posting sebelumnya: SW 1 Transportasi.

Dari Shibuya kami naik kereta Minato Mirai Line. Dulu namanya Toyoko line, singkatan dari Tokyo – Yokohama. Tapi karena kemudian diperpanjang sampai ke kawasan pinggir pantai termasuk pecinan, maka diberi nama Minato Mirai line. Natsukashii….. (membangkitkan kenangan lama) apalagi waktu melewati stasiun Gakugei Daigaku, tempat tinggalku dulu. Karena naik dari terminal awal (Shibuya) kami bisa mendapat tempat duduk. Tapi tidak sadar ternyata gerbong yang kami masuki adalah gerbong khusus wanita.

Gerbong khusus wanita ini baru sekitar 4-5 tahun terakhir ini disetting pada jalur-jalur padat penumpang baik perusahaan kereta api JR (dulu BUMN) dan swasta lainnya. Biasanya gerbong paling depan atau paling belakang, dan hanya berlaku untuk jam sibuk dari pagi sampai pukul 10 pagi dan setelah jam 5 sore. Waktu saya mencari keterangan tentang gerbong khusus wanita ini, ternyata menurut sejarahnya sudah lama sekali ada, dan tidak ada. Dulu dibuat gerbong khusus wanita karena ada kesan tabu dalam masyarakat untuk menyatukan kaum wanita dan kaum pria. Seiring dengan modernisasi, gerbong khusus tersebut dihapus. Akhir-akhir dibuat kembali, dengan tujuan untuk menghindari chikan – pria yang tidak bertanggung jawab (pernah saya tulis di sini) . Hmmm saya sendiri tidak begitu setuju dengan adanya pembedaan gerbong seperti ini. Karena toh akhirnya saya (dan banyak wanita karir) juga tidak pernah pakai (masuk) gerbong khusus ini . Kesannya malah justru sebagai pembenaran pemisahan gender dan berlawanan dengan feminisme yang seharusnya dong. Sama juga seperti yang akhir-akhir ini saya lihat di jakarta, yaitu pemisahan space parkir khusus wanita. Kalau saya sih malah merasa “terhina” dengan pemisahan ini. Emangnya kita diragukan kepiawaian menyetirnya? atau ngga bisa jalan ya sampai ke pintu masuk kalau dapat tempat parkir yang jauh. Oi wanita Indonesia…. jangan manja ah!

Menurut wikipeda bahasa Jepang, di Indonesia ada juga gerbong khusus wanita di jalur jabotabek, dengan latar belakang agama islam, yang membedakan wanita dengan pria yang bukan muhrimnya. Tapi memang tidak diketahui prakteknya bagaimana.

Setelah 25 menit berada dalam kereta api, kami turun di  Stasiun Yokohama. Padahal sebetulnya jika kami ingin pergi ke acara Y150 atau 150 tahun pembukaan pelabuhan yokohama, kami bisa turun di Bashamichi (perhentian sesudah Sta. Yokohama). Tapi waktu kami lihat peta dari stasiun Bashamichi ke tempat berlangsungnya acara Y150 itu cukup jauh jalannya. Yang paling dekat berjalan dari Red Brick Warehouse (Aka renga soko) . Dan untuk sampai ke Gudang Batubata itu, kami bisa menggunakan jalan laut.

Tapi sebelum itu, karena sudah menjelang jam makan siang, kami pergi menuju sebuah restoran yang bernama “Tsubame Grill” di dalam stasiun Yokohama. Dulu saya dan Gen, jaman masih “pacaran” sering pergi ke restoran ini. Dan terakhir kami pergi ke restoran ini waktu Riku berusia 2 tahun, jadi 4 tahun yang lalu. Sekalian tapak tilas, kami berempat makan di sini. Speciality restoran ini adalah vrikadel saus beef stew (rasanya seperti rolade di Indonesia deh) yang dibungkus dalam alumunium. Dan senang sekali melihat Riku dan Kai makan banyak. FYI, aku selalu share makanan dengan Kai. Dengan asumsi, kalau dia tidak suka, aku bisa makan. Tapi lebih sering Kainya suka sekali, sehingga bisa makan lebih dari setengah porsi. Bayangkan! Kai yang 2 tahun itu makan setengah porsi orang dewasa! Jadilah aku tidak pernah kenyang kalau makan di luar. But pikir-pikir bagus juga sih buat diet hahahah. Riku? Hmmm dia sudah bisa makan satu porsi orang dewasa!  Aku cuma ngebayangin nanti kalau Riku dan Kai sudah teenager… bisa mabok deh aku masak terus hahhaha.

Karena kami melihat begitu banyak orang mengantri untuk masuk restoran itu, maka kami cepat-cepat menyelesaikan makan dan bersiap untuk pergi melanjutkan perjalanan. Perjalanan melalui laut!  Dari Stasiun Yokohama berjalan ke arah Sogo, kami menuju ke terminal Sea Bass, sebuah layanan bus air yang menghubungkan point penting di Yokohama, bahkan juga menyediakan angkutan dari Yokohama ke Tokyo.

Ada beberapa rute/perhentian yang berbeda juga harga karcisnya. Kami naik dari nomor 1 ke nomor 3 dan membayar 600 yen
Ada beberapa rute/perhentian yang berbeda juga harga karcisnya. Kami naik dari nomor 1 ke nomor 3 dan membayar 600 yen

Well, jalan jauh (untuk ukuran orang Indonesia) dari stasiun Yokohama ke terminal Sea Bass ini. Riku sempat mendorong kereta Kai sampai mendekati Sogo. Tapi kami sempat juga nyasar mencari-cari terminal, yang ternyata terletak di lantai 3 nya Sogo, dan harus melewati jembatan.

jenis kapal sea bass yang kami tumpangi
jenis kapal sea bass yang kami tumpangi

Sea Bass ini memang tidak pernah terlambat. Ya di perairan gitu kan tidak macet, dan tidak ada lampu merah. Kecuali ada badai, biasanya mereka berangkat tepat waktu. Waktu kami naik pukul 13:45 siang seluruh tempat duduk yang kapasitas 80 penumpang sudah penuh terisi, dan banyak penumpang yang berdiri di deck kapal (memang disediakan tempat di deck bagi yang mau).

Lima belas menit mengarungi perairan menuju ke Gudang Batubata, kami bisa melihat pemandangan Yokohama ke arah darat tanpa halangan. Sayang saya tidak bisa memotret Yokohama Bridge karena harus menggendong Kai, dan posisi yang tidak pas untuk memotret. Spot terkenal lain yang merupakan simbol Yokohama adalah Landmark Tower dan Yokohama Cosmo World, ferrish wheel ciri khas pelabuhan Yokohama.

hei nak, ngelamunin apa?

Aku selalu suka Yokohama, karena ada laut dan ada gunung! Perpaduan yang indah sekali. Universitas Yokohama terletak di gunung, tapi untuk pergi ke laut pun tidaklah jauh. Tapi jangan harap bisa naik sepeda di Yokohama…tanjakan bo!

Sekitar pukul 2 siang kami sampai di terminal Gudang Batubata (Akarenga Soko). Terus terang ini pertama kalinya aku pergi ke Gudang Batubata ini. Banyak orang di sini karena Gudang Batubata juga sudah direnovasi, dari fungsi dulu sebagai gudang, menjadi pertokoaan dan restoran. Ah romantis sekali di sini. Nanti kalau ada waktu aku ingin datang lagi malam-malam ah… pasti romantis dan… menakutkan juga hehehe.

36 Replies to “SW 2 : Gerbong Khusus dan Jalan Laut

  1. bener² deh pemandangannya…coba aja ada tempat kek begitu di sini..?? bisa sering bolos kerja deh hahahahaha…
    trnsportasi di jepang benar² bisa maximal..kapan yah untuk negara kita..???

    salam, ^_^

    Ya coba kalau deket rumah, mungkin tiap sore aku udah duduk di gudang batu bata sambil memandang laut….
    EM

  2. hihi photo si kai lagi melamun bagus mbak..

    owh photo baju merah ternyata di ambil di sini 🙂

    sea bas-nya keren, airnya juga bersih.. kalo di jakarta mah laut dan sungainya yaiiikkss… :mrgreen:
    .-= Ata chan´s last blog ..20092009 =-.

  3. Kalau transportasi umum di Indonesia bisa top kayak gini, pasti nggak ada yang mudik pake sepeda motor. Bayangkan, korban meninggal selama 14 hari ini (during mudik), lebih dari 500 orang. Oh my god. Bukan jumlah yang bisa dianggap remeh.
    Jalanan yang macet juga menambah waktu perjalanan sehingga yang seharunya bisa tiba 8 jam molor menjadi 25 jam, malah ada yang 33 jam. Dalam kondisi lemah seperti ini pengemudi bisa kehilangan kontrol atau terkantuk sehingga secara tidak sengaja bisa menabrak mobil di depannya atau apapun. Pengendara motor lebih parah lagi tentunya.
    Seandainya tidak dikorupsi, seharusnya transportasi umum yang baik bisa diciptakan. Mudik harusnya didorong untuk menggunakan kereta apai yang bebas macet.

    Sebetulnya sea bass ini mahal bang. Kalau naik kereta paling cuma sepertiganya. Tapi kali ini kami mau kasih liat laut pada Riku dan Kai. Dan sebenernya transportasi di Jepang memang mahal. Makanya kalau lagi ngga ada duit, ngga bisa jalan-jalan deh hehehe

    EM

  4. Mengenai parkir khusus wanita menurut saya perlu juga. Kenyataan di lapangan menunjukkan pengemudi wanita agak sedikit kurang terampil dalam berkendara. Kemudahan ini menurut saya masih wajar justru untuk menghormati wanita, bukan untuk melecehkan. Adapun untuk gerbong khusus perempuan nyata betul pentingnya di jam kerja saat penumpang membludak, terutama di kelas ekonomi. Kapasitas gerbong yang penuh sesak membuat para lelaki iseng sering menggunakan kesempatan ini untuk menyalurkan hobinya. Adapun kalau di kereta ber AC seperti kelas eksekutif yang agak longgar penumpangnya, rasanya tidak perlu dibedakan gerbong laki2 dan perempuan.

  5. sepertinya nyaman bener di negara yang peduli sama kebutuhan rakyatnya deh, memang aslinya negara kalo nggak mikirin kebutuhan warganya ya jadinya semrawut semua dan pusing sendiri, kok ya diterus-terusin ya di negeriku yang mau menculik Miyabi … 😆
    .-= suryaden´s last blog ..Telaga Ngebel =-.

  6. Wah, Kai makannya banyak sekali… 🙂 Tapi mbak, wajar saja kalau Kai dan Riku besok makannya banyak. Biasanya cowok makannya memang banyak. Hehe. Besok siap2 masak yg banyaaaak ya Mbak!

    Di Yokohama ada gunung dan laut? Kayak Jogja dong! Haha
    .-= krismariana´s last blog .. =-.

  7. aku suka dengan pemandangan gudang batubata itu nechan… benar sekali, romantis sekaligus menyeramkan… kayaknya memang asyik tuh berduaan di situ. bila ada yang serem dikit, bisa langsung gelayutan deh, hahaha… 😀

  8. Mbak Eeeeeeem, i’m coming 😉
    maafkan baru sempat mampir lagi…

    Hmmm soal woman parking lot, saya juga gak setuju mbak kalau siang hari. Itu manja doank namanya (eh atau sebenernya si pengelola parking kasian liat para cewek tersiksa dengan high heels yah 😛 hehhe)

    Tapi kalau malam, saya setuju dengan ladies parking area dengan beberapa kondisi. Beberapa mall, punya penerangan yang jelek kalau malam, biasanya disediakan parkir khusus yang lebih dekat keramaian buat para wanita. This I agree on. Pernah ngalamin goose bump pas parkir di tempat gelap soalnya gara keukeh gak mau pake ladies parking 😛 hehehe

    Btw… kai makannya banyak yah? Yaaaa 🙁 tahun depan kalo ketemu, sulit donk mau gendong…. berat bgt pastinya…
    .-= Eka Situmorang-Sir´s last blog ..Menjelajah Jalan Darat Sumatera =-.

  9. Cerita jalan2 yg seru!
    Dan ooh.. gudang batu bata yg apik sekali… *mbayangin gudang batu bata tempat aku dulu pernah menginap di daerah Sungai Buaya, Sumsel… kayak langit dan bumi hehehe…

    Apakah Riku-Kai menikmati naek kapal??
    Syukurlah Riku dan Kai dapat makan dengan lahap.. supaya tumbuh besar dan kuat yah!!… Kalo mereka remaja kelak, mbak Em kudu beli topi koki kayaknya hahaha…
    .-= henny´s last blog ..Henny Yang Mana?? =-.

  10. Komentar saya cuma satu …
    “Sering-sering sharing makanan dengan Kai ya EM …, kalau perlu dengan Riku dan Om Gen juga …”

    You know why …

    Hahaha

    (Ups)

    Salam saya

  11. Tentang gerbong khusus untuk wanita, dengan alasan untuk melindungi penumpang wanita dari pelecehan seksual, saya setuju Mbak. Pada kenyataannya, yang suka melakukan pelecehan adalah pria, dan wanita sering tidak berdaya menghadapinya. Kalau di Indonesia ada gerbong khusus wanita, atau bis khusus wanita, saya pilih yang ini.

    Untuk tempat parkir, sama … kalau alasannya untuk keamanan, saya kira bagus saja. Secara fisik perempuan memang kalah kuat dari pria (berdasarkan penelitian, kekuatan rata-rata wanita hanya 2/3 kekuatan pria), jadi kalau ada penjahat pria menyerang, memang agak susah bagi wanita untuk melawan (kecuali dia jago karate … 😀 )
    .-= Tuti Nonka´s last blog ..Debur-Debur Ombak Cinta =-.

  12. Mel, dr Tokyo kan bisa naik kereta langsung ke Yokohama ya? atau harus jalan laut juga? Keren ya pemandangan disana, tapi panas bukan?

    Tentang porsi makan Riku dan Kai, sepertinya mereka kuat makan porsi besar, seperti ibunya, hehe…jangan kuatir, mrk kan msh dalam masa pertumbuhan, diimbangi aja dengan olahraga.

    DL
    .-= D Laraswati H´s last blog ..Arrived at the Border =-.

  13. Laporan perjalanan yang rinci dan menarik sekali. Wah ternyata di Jepang juga ada Eye of Japan ya, saya pernah naik kereta itu waktu di London mbak.
    Saya yakin travelling di Jepang nyaman walau tidak murah bagai kantong saya.
    Kapan ya bisa jalan2 ke Jepang lagi.
    Salam hangat dari Surabaya

  14. Laut dan gunung…dua hal yang aku suka….
    Terbayang betapa senangnya…
    Saat ada seminar ke Brisbane, saya begitu tergila-gila naik Citicat (perahu motor)…airnya bersih…..yang menghubungkan kota Brisbane dengan St Lucia, kota kecil tempat lokasi University of Queensland. Padahal, Brisbane tahun 80 an konon katanya sering banjir…namun tahun 2000 an bersih sekali…berarti Jakarta bisa bersih dong.

    Aku masih dag dig dug nih Imel, jadi titipanmu kayaknya mesti diambil oleh mbak ketempat mas Nug, jika Narpen jadi berangkat, ya nanti akan di bawa Narp, kalau tidak akan dikembalikan ke Imel saat mudik ke jakarta. Doakan yang terbaik ya. Dan terimakasih banget atas bantuannya

  15. Aku belum penah lihat tempat parkir khusus perempuan ini, soalnya gak punya mobil dan gak pernah nyetir hehehe…

    Aku pernah dengar wacana gerbong khusus perempuan, tapi bagaimana pelaksanaannya aku nggak tau sukses atau nggak..
    .-= nanaharmanto´s last blog ..Ujung dan Ziarah =-.

  16. Di Hospital Cinere juga ada parkir khusus wanita, mungkin dikhususkan karena areal parkir selain itu harus melewati tanjakan menikung,,, mungkiiinnn Nte Imel…

  17. duh bagus banget ya mbak…aku beneran jadi pengen ke jepang…
    dan bisa main2 ke salah satu daerah yg pernah dirimu tulis ^^

    kai makannya banyak juga ya, aku sedang membayangkan kai dan riku di umur 17 dan 20…huhehehehehe….mereka pasti ganteng2 deh dan tentunya berbadan besar hahahaha…. 😀
    .-= Ria´s last blog ..Lebaranku 1430 H =-.

  18. Hm… jadi coba nginet2. Dulu waktu pacaran aku makan dimana yaa..??

    Tapi ntar dulu mesti lebih jelas, pertanyaannya. Ini waktu sama pacar yang mana yaa..?

    Tau akh gelap… Hahaha… 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *