Yang pasti kami tidak bisa menyanyikan lagu itu pas sedang mendaki gunung. Capek bo! Bisa melangkah aja masih mending deh…
Minggu, 6 September, setelah check out jam 10 dari Kusatsu Hotel, kami menuju ke Gunung Shirane (2160 m). Katanya cuma 30 menit dari hotel… dan ternyata memang dekat sekali. Sebelum kami sampai di tempat menaiki cable car, kami sempat melewati beberapa course “Kusatsu International Ski Park” untuk bermain ski yang jika musim dingin pasti dipenuhi para penggemar olahraga ski ini. Tempat yang putih tertutup salju itu, pada musim panas, hanya terlihat sebagai bukit tak teratur.
Kami membeli karcis cable car seharga 1500 yen untuk pulang-pergi. Katanya sih satu perjalanan naik/turun makan waktu 15 menit. Tadinya Gen bilang, 1500 yen mahal ya? Tapi…saya pikir one way 750 yen (hampir setara dengan argo pertama naik taxi di Jepang) itu tidaklah mahal. Untung cable car bukan ski lift (yang bentuknya hanya berupa kursi) sehingga saya masih bisa “tersenyum” selama naik cable car…. maklum, saya kan penakut, phobia pada ketinggian.
Selama naik cable car ini, kita bisa melihat kontur gunung, dan tanaman rendah yang tumbuh di gunung. Beberapa sudah mulai berganti warna, tapi jika benar-benar sudah masuk musim gugur, pasti tempat ini indah sekali. Yang agak menakutkan bagi kami, waktu membaca tahun pembuatan Ropeway ini, sudah lebih dari 20 tahun…. gimana kalau tiba-tiba macet atau putus ya? Hush… kalau berpikir negatif, nanti akan terjadi, jadi lebih baik jangan dipikirkan.
Setelah sampai di point kedatangan, kami masih harus naik bus (gratis) untuk sampai di kaki bukit, tempat yang bernama “Shirane Rest House” tempat perhentian pendaki yang mau melihat kawah Gunung Shirane ini. Di dekat tempat perhentian ini juga terdapat kolam kecil, yang bernama Yumi-ike. Dari tempat perhentian ini, katanya sih butuh 15 menit untuk mendaki bukit itu. Dan menurut keterangan anak-anak pun bisa mendaki dengan mudah.
Sambil berjalan menuju bukit, kami melihat pematang dengan bunga liar. Tiba-tiba Gen melihat jenis kupu-kupu yang langka. Wah si Gen emang hafal jenis-jenis kupu-kupu, dan ada 3 jenis kupu-kupu yang berhasil kami temukan di daerah Kusatsu ini. Warnanya indah.
Jalan setapak yang diberi pavement mulai menanjak. Riku menggeh-menggeh berdua mamanya. Sedangkan Kai digendong Gen. Setiap berhenti untuk mengambil nafas, kami melihat ke arah bawah, tempat kolam Yumi-ike yang berdiameter 130 m, semakin mengecil.
Setelah hampir 30 menit mendaki, akhirnya kami sampai di puncak dan bisa melihat kawah gunung Shirane yang bernama Yugama di kejauhan. Danau ini berwarna hijau emerald, dengan diameter 300 meter dan kedalaman 30 m. Kabarnya karena gunung Shirane ini merupakan gunung api yang masih aktif (Terakhir meletus tahun 1983), sekarangpun masih keluar gas dari dasarnya sehingga airnya tidak akan membeku meskipun musim dingin. Selain itu air danau ini sifat asamnya amat kuat (ph 1) sehingga merupakan gunung yang “terasam” di seluruh dunia. Jatuhkanlah alat pancing, maka dalam seminggu semuanya akan melebur/meleleh.
Setelah berfoto, kami menuruni bukit dengan kecepatan dua kali lipat waktu naik. Dan Kai terus menangis karena aku lupa tidak membawa susunya. Dia menangis terus karena dia ingin digendong aku…sedangkan aku tidak bisa menuruni bukit sambil menggendong dia. Bisa-bisa kita berdua akan terjungkal dan jatuh berguling-guling sampai bawah hehehe.
Akhirnya setelah beristirahat di “Shirane Rest House” tadi, kami kembali lagi ke tempat naik cable car dan menuruni bukit. Lega deh Kai bisa minum susu, dan tidur di mobil. Sementara kami mengambil rute pulang ke Tokyo lewat Karuizawa.
Kota Karuizawa juga indah. Kota yang dipenuhi bungalow indah, tempat penduduk Tokyo melepas lelah. Semacam puncaknya Jakarta deh. Dan tentu saja macet dengan mobil dari luar kota. Namun setelah melewati pusat kota, terlihat pemandangan gunung batu karang dan jalan berkelok. Kami harus membayar beberapa kali uang masuk tol yang pendek-pendek karena tol itu milik pemerintah daerah setempat.
Tapi dengan begitu, kami bisa mampir di sebuah air terjun yang bernama Shiraito yang berada di daerah Karuizawa ini. Sebuah air terjun yang aneh karena pendek tapi memanjang. Air rembesan di bukit tertahan oleh lapisan tanah keras sehingga keluar halus-halus bagaikan shower dan berkumpul di kolam yang jernih. Baru dari situ mengalir deras menjadi sungai ke bawah, dan menjadi asupan air untuk daerah sekitarnya.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, sedangkan kami belum makan siang, kami berhenti di Parking Area yang menjual kamameshi, nasi uduknya Jepang bernama Oginoya. Ekiben, bekal makanan yang dijual di stasiun ini pernah saya ulas di postingan di sini. Dan nasi uduk Oginoya ini memang terkenal sudah lama, mewakili sebuah stasiun yang bernama Yokokawa. Sekarang stasiun itu sudah tidak ada, karena jalur keretanya juga sudah dihentikan.
Nah yang menariknya, di dalam gedung Raking Area itu diletakkan satu gerbong-gerbongan yang bisa dipakai sebagai tempat makan. Tapi gerbong kereta ini begitu real, sehingga seakan-akan kita benar-benar makan dalam kereta….selayaknya ekiben ini dimakan.
Kami beristirahat cukup lama di Parking Area ini, karena sebelumnya sudah mendengar berita bahwa jalan tol ke arah Tokyo macet sepanjang 20 km. Pikir kami kalau kami beristirahat lamaan, maka kemacetan bisa berkurang. Tapi ternyata kami salah, karena waktu kami meninggalkan PA itu, tanda informasi kemacetan menunjukkan 30 km. Wahhh terpaksa deh bermacet-macet ria. Tapi aku kagum pada Riku yang terus menemani papanya menyetir dan bercerita macam-macam sehingga papanya tidak mengantuk. Terus bercerita, mengarang cerita dan tertawa-tawa sendiri…sampai kami sampai di lapangan parkir rumah kami. Marvelous!
Dengan demikian cerita perjalanan kami weekend lalu sudah selesai. Entah kapan lagi kami bisa menginap di pemandian air panas sebagus itu…. Yang pasti harus menabung lagi.
NB: bagi pencinta mendaki gunung, Jepang adalah negara yang harus dikunjungi. Kenapa tidak? Menurut peta skala 1:25.000 di Jepang ada 18.000 gunung! Dan kamu harus lihat pemandangan gunung yang bertumpuk dengan gradasi warnanya…Indah! Bapak mertua saya baru mendaki 100 gunung yang terkenal di Jepang.