Si Sulung dan Janji

8 Agu

Sulit sekali melepaskan diri dari si Bungsu Kai, apalagi jika mau bepergian sendiri. Kalau Riku, dia bisa dibujuk untuk tinggal di rumah, tapi dia akan lebih suka ikut jika aku berkata bahwa aku ada janji bertemu teman. Dia akan bertanya, “Siapa temannya? Laki-laki atau perempuan? Berapa orang? dll”. Dia ingin bertemu dengan bermacam orang, dan dengan harapan untuk bertemu juga dengan laki-laki dewasa, sehingga dia bisa main bersama. Dia tidak begitu suka bertemu dengan anak-anak seumuran dia. Padahal, kebanyakan teman-temanku adalah wanita.

Hari Kamis aku ada janji untuk bertemu dengan Sigi-san, teman kenal di blog TE ini, yang kebetulan dia adalah junior di SMA yang sama. Dia tinggal bersama suaminya di Jepang (bukan di Tokyo) dan kami sempat bercakap-cakap di chatting YM. Membicarakan kehidupan di Jepang, dan antara lain hasilnya adalah tulisan tentang sertifikat di Jepang. Dan kebetulan persis waktu aku liburan di Jakarta, dia juga pulkam, sehingga kami bisa bertemu di Jakarta (kalau di Jepang, sulit sekali untuk bertemu… jauh sih hehhehe).

Aku janji bertemu jam 4 di Bakwan Teebox, Wijaya. Dan pukul 3:30 aku berhasil mengendap-endap keluar rumah, tanpa diketahui Kai. Yatta!

Karena dekat, aku sampai 10 menit sebelum jam janji. Dan ternyata Sigi sudah ada. Wah aku takjub melihat dia melangkah masuk ke resto itu, karena dia cantik bak peragawati! Berdua memesan Bakwan, dan sambil bercerita ke sana ke mari kami makan bakwan. Terutama mengenai kehamilan pertama. Tentu saja sebelum makan kami sempatkan untuk berfoto bersama.

sigi and me, teebox cafe, wijaya2

Sebetulnya kamis itu aku juga punya janji untuk makan malam, dan terpaksa batal. Karena aku tidak bisa melepaskan diri dari anak-anak terutama Kai. Kupikir aku  akan menunggu sampai Kai tidur baru keluar rumah. Tapi ternyata Kai baru tidur jam 11 malam! Duh. Jadi terpaksa janjinya aku batalkan… Sorry ya Pito. (Aku tidak biasa membatalkan janji dengan ringan, kecuali memang tidak bisa dihindarkan)

Dan… aku menangis malam itu. Bukan, bukan karena tidak bisa pergi  menepati janji makan malam. Tapi karena aku bisa bicara dari hati ke hati dengan Sulung ku, Riku.

Karena berencana pergi, jam setengah delapan  aku sudah mengajak anak-anak tidur. Sambil berbaring di tempat tidur itu, Riku berkata:

“Mama, aku ngga boleh ikut sama-sama ya?”
“Nggak….  kamu pasti ketiduran. Mama ngga mau gendong kamu. Berat! Lagian mama mau ngobrol… Kamu ngeganggu kalo kamu ikut” aku ngedumel…
……

“Mama, mama pergi aja sekarang…”
“Ya ngga bisa dong sekarang, kan Kai belum bobo. Kai ngga bisa bilang “bye bye” dan membiarkan mama pergi kan? Apalagi kamu bilang bye bye gini, kai jadi tahu mama mau keluar. Dia ngga bakal kasih….”

diam lagi….

lalu terdengar isak tangis.

“Mama, maaf ya gara-gara Riku, mama ngga bisa pergi….”

“Bukan gara-gara Riku. Apa boleh buat… mama kan seorang ibu, tidak bisa meninggalkan anak-anaknya begitu saja. ”

Rikus fingers, March 2003
Riku's fingers, March 2003

Kai klutekan sendiri dalam kamar yang gelap, Riku berbaring di samping dinding, sedangkan aku di paling pinggir. Ada jarak yang jauh antara aku dan Riku. Tiba-tiba aku menjadi sedih, air mata tergenang dan berkata,

“Riku…. mama tinggal di jepang, tidak ada teman-teman mama. Semua teman mama ada di Jakarta. Sehingga kalau mama ke Jakarta baru mama bisa bertemu mereka. Tapi, kadang biarpun mama mau bertemu mereka, mereka tidak bisa bertemu mama, karena mereka juga punya kehidupannya sendiri. Mereka juga punya anak-anak dan keluarga. Dan itu apa boleh buat, sudah begitu. Mama juga tidak bisa bebas lagi, karena mama menikah, lalu mempunyai anak. Bagaimanapun juga anak-anak itu nomor satu.” Kok aku jadi sedih begini ya… kenyataan bahwa memang aku kesepian…

Kai menghampiri aku dan aku memeluk dia menyuruh dia tidur. Rupanya tindakanku dilihat Riku, dan dia tambah terisak… loh …kok?

“Kenapa nangis Riku?”

“Mama lebih sayang pada Kai…..”

“Apa? sini kamu…. ” Setelah Riku mendekat, aku dekap dia erat-erat…

“Riku tahu kan, mama sayang sekali sama Riku. Kai belum mengerti apa-apa, biarpun mama bicara, Kai tidak mengerti. Tapi mama tahu, mama bisa cerita isi hati mama pada Riku. Maka mama tadi bicara begitu kan? Riku adalah permata mama, jangan ragu lagi ya?”

Menangislah kami berdua, berpelukan, dan Kai menabrak kami, minta dipeluk juga.

“Lihat, si Kai cuma bisa gerecokin saja ya….Dia juga cemburu sama Riku kan? Tapi buat mama, Riku dan Kai adalah harta yang sangat berharga. Mama tidak jadi pergi juga tidak apa-apa. Dan memang mama sudah batalkan kok janji dengan teman mama itu. Masih ada waktu lain kok. Jadi Riku jangan pikir yang tidak-tidak ya?”

“Iya ma… aku juga sayang mama…”

Aku memang membatalkan janji dengan Pito malam itu, tapi aku melewatkan waktu yang amat berharga dengan anakku. Dan akhirnya aku dan Riku tertidur lebih dulu daripada Kai. Tanpa aku sadari Kai keluar kamar, bermain di luar dan diantarkan masuk oleh Opanya kira-kira jam 11 malam. Duhhhh…

28 Replies to “Si Sulung dan Janji

  1. Mbak, jadi ikut terharu nih. Hiks… hiks… Ketika melihat Riku, aku jadi teringat pada kakakku. Dia sayang banget sama adiknya hehehe. Dan sepertinya dia lebih dewasa daripada anak2 seusianya ya? Benarkah begitu?

    Btw, menghabiskan waktu dengan orang2 yg kita kasihi–apalagi ini dengan anak sendiri–pasti sangatlah berharga.
    .-= Kris´s last blog .. =-.

  2. huuuuaaaaa!!!!!!
    aku rindu orang tua kuuuu!!!!!

    lho, bukannya aku juga tinggal ma orang tua yah?? hehe… sori mbak, salah ekspresi…, tulisannya mengahnyutkann…
    .-= aurora´s last blog ..smakin kukejar… smakin kau jauh… =-.

  3. Mbak EM, thank you!!! I love you full mbak!! (Hehehehe..jangan jadi jijay karena diriku lebay ya…)
    Tapi tulisan mbak, beneran nyantol..dan bikin sadar..hahahaha…
    Aku, sejak menikah, gak pernah ke bioskop, gak jalan2 kecuali sama anak2 (termasuk waktu kita janjian di omah sendok..), jadi kadang kesel dan pengen nangis juga kalo harus batalin janji ketemuan sama temen2 (termasuk jadwal kita jalan2 yg sdh kita omongin sblm mbak ke indonesia kemaren), karena kok ya bisa anak2 2 minggu ini batuk, pilek, harus nebu dan puncaknya dari rabu kemaren shafa panas, shafa turun panasnya hari kamis, eh audri start panas..halah!padahal udah janjian sama temen sd ku..kesepian dan takut ketinggalan cerita rasanya..walau gak tinggal di jepang kayak mbak..hehehehehe…
    Tapi, ternyata…baca tulisan mbak ttg Riku..ehm…mungkin shafa juga mikir kayak riku ya…tq mbak!!
    Salam cium buat riku dan kai ya mbak…
    Btw, gola gong buat acara lho mbak di serang, besok jam 10 pagi..kalo gak salah mbak waktu itu ada bgomong soal gola gong ya? Sama mang ujo? Sorry mbak, mbak dateng, nenny gak nemuin ya!!

  4. Hhmm…manies2 yawh Mbak Kai sama Riku itu…
    Tiap ke sini pasti ada cerita tentang mereka(mank mau ceritanya sapa lagi)…
    Jadinya, kayak sudah agak kenal dech sama mereka 🙂

    Salam semangat selalu dari Bocahbancar
    .-= Joko Setiawan´s last blog ..BOYONGAN =-.

  5. Rasanya setiap orang tua pasti ngalami begitu mbak. Demi anak kadang aku nggak jadi berangkat tenis sore padahal temen-temen dah nunggu. Jadi nggak cuma mama lho.

    Terharu mbaca tulisan di atas.
    .-= mas8nur´s last blog ..Teknologi tidak bisa diandalkan =-.

  6. wah terharu sekali.. semoga nanti hubunganku dengan anakku bisa begitu ya.

    eniwei, mbak. i saw u yesterday.
    di grand indonesia. aku lg makan di my pancake, dan mbak lewat dgn riku dan kai dan 2 orang lain. aku gak sempat memanggil, seems like u’re in hurry… 🙂

  7. Ah tante.. persis seperti apa yang hampir saya tulis. Saya belum menikah tapi kok sering merasa kesepian ya? :p Apalagi sejak lulus (S1) teman2 karib saya di Bandung sudah banyak yang pergi (meninggalkan kota ini, bahkan negara ini) dan memiliki hidup masing2. Huhu. Saya merindukan mereka.
    Btw Riku manis sekali ya, Tante.. Membaca tulisan2 tante ttg Riku, saya suka sekali.
    .-= narpen´s last blog ..Dead by overwork =-.

  8. mbak Imel, aku nangis membaca tulisan Mbak ini. memang orang tua pasti sanggup melakukan apa saja, dan mengorbankan apa pun untuk anak-anaknya ya…aku menyadarinya dari papa (dan menuliskannya)

    Riku anak yang baik ya Mbak, nanti Kai kalau sudah besar pasti jadi anak yang baik juga..
    .-= nanaharmanto´s last blog ..Flying Superhero =-.

  9. Hmmm….seperti sering dilakukan cucu saya ,kalau Bundanya sibuk ini itu.
    “Bun…masih sayang sama Zee kan ?”….sama juga Riku,itulah anak anak butuh perhatian khusus yang kadang kadang orang dewasa tak menyadari.

  10. sayangnya riku sama dirimu mbak…pernah kebayang gak nanti kalo dia nangis tapi karena cewek lain…pasti dirimu jeles juga kan? 😀
    .-= Ria´s last blog ..What I’ve Got after 3 Years =-.

  11. hmmmm.. aku berkaca-kaca membaca tulisan ini.. smoga bisa jadi contoh bagi aku & istri jika sdh dipercaya momong anak kelak

    salam buat Riku, Kai, & mas Gen 🙂 aja
    Riku bener-bener gentleboy deh… 🙂
    .-= Bro Neo´s last blog ..Kopdar Jakarta =-.

  12. Ah, knapa setiap kali cerita tentang Riku selalu membuatku terharu? Senang mengenalmu Riku!

    Dulu aku sering pusing kalau anak2ku berebut kasih sayang, belum lagi aku kuatir kalau salah satu dari mereka merasa tidak lebih disayang…

    tapi kini aku punya jawaban atas pertanyaanku sendiri..bahwa Ibu-ibu itu bukannya pilih kasih,,tapi mencintai anak-anaknya dengan cara yang berbeda.
    .-= Riris E´s last blog ..Surat Untuk Anak-Anakku =-.

  13. Jadi acara “dugem” malem itu batal ya mbak, aku terharu banget baca cerita ini. Aku banyak belajar dari mbak Imelda, termasuk tentang hubungan yang baik dengan anak2, semoga aku juga bisa seperti itu juga kelak.

    Ohya, mbak, mbak.., lebay sekali…. peragawati di sawah2nya Kuwana dilihat dariii Tokyo tower ajaa kali yaa 😛

  14. ho ho ho…dalam banget bu
    benar2 ikatan lahir bathin antara seorang ibu dan anak
    benar2 terharu membacanya….kai dan riku, permata yang sangat berharga, yang selalu memberikan kilauan indahnya

    Salam kenal Bu ^_^

  15. Sampai saya SMP, saya masih tidur dengan ibu saya. Dan kalau tidur, saya harus memegang salah satu bagian tubuh ibu, tangan atau pinggangnya. Baru rasanya tenang.

    Begitulah keterikatan anak dengan ibunya. Jadi kalau Riku dan Kai masih nempel terus pada Mbak Imel, ingin ikut terus, wajar saja kok Mbak. Nanti kalau Riku dan Kai nggak merindukan, nggak mencari-cari Mbak, malah Mbak Imel nangis …
    .-= Tuti Nonka´s last blog ..Apa Yang Kau Inginkan, Sayang? =-.

  16. Anak-anak saat masih kecil memang suka sensitif, apalagi jika melihat orangtua terlihat lebih dekat dengan saudaranya, terutama pada yang lebih kecil. Padahal pemikiran orangtua, karena yang kecil masih harus dibantu.
    Tapi Imel benar, kita juga harus membuat mengerti si sulung bahwa kita mencintai nya, apalagi dia sulung yang nanti akan menjadi penerus keluarga.

  17. Speechless…
    It’s just sooo sweet and beautiful, dan.. um… membuat terharu banget.
    I learned a lot from you, Sis Imeldaaaaaa… Thank you very much!

  18. Saya ga begitu intim dengan Ibu secara fisik. Tapi saya pengen banget anak2 saya kelak bisa kaya Riku dan Kai, dekat dengan Ibunya 🙂 (terharu deh baca tulisan yang ini)

Tinggalkan Balasan ke D Laras H Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *