satu satu nol

19 Apr

110 – seratus sepuluh dan bahasa Jepangnya biasa disebut Hyaku-toban (110 番). Bagi yang mengerti bahasa Jepang, akan bertanya, “Loh kok bukan hyaku juu sih?) . Ya, memang bukan disebut hyaku juu, karena angka ini adalah angka keramat. cieee…

Seperti pernah saya ceritakan di “Di Jepang ada pencuri?”, bahwa 110 adalah dial, telepon khusus untuk polisi. Di mana saja Anda berada di Jepang, jika menelepon ke 110, pasti akan disambung ke kantor polisi terdekat. Jadi layaknya  nomor 110, memberikan keamanan dan keselamatan bagi warga Jepang.

Pada lambang/papan  yang ada di sebagian rumah di daerah-daerah pemukiman, ada yang bertuliskan “Kodomo 110(こども110番)”. Kodomo = anak-anak (bukan komodo lohhh…. tapi komodo no kodomo itu berarti anak komodo hehhehe bingung yah) . Jadi anak-anak jika mengalami ketakutan, merasa diikuti orang, dikejar penjahat atau segala sesuatu yang membahayakan dirinya, bisa lari ke rumah-rumah dengan tanda itu. Dan di daerah Nerima, daerah kami, selain tulisan “kodomo 110” ini juga memakai lambang bunga matahari, “himawari“.

Bahkan kata Gen, jika anak-anak haus dan tersesat, bisa mengebel rumah dengan tanda itu, dan minta air minum, minta bantuan. Shelter for children. Dan waktu saya jalan-jalan memang sering sekali menemukan tanda itu. Dulu belum punya anak, jadi belum “mengerti” artinya. Tapi sekarang setelah anak saya mulai sekolah, merasa aman dengan kehadiran rumah-rumah 110 itu. Dan memang karena sekarang saya adalah anggota pengurus PTA sekolahnya Riku, saya harus mengecek rumah-rumah mana saja yang 110 di sekeliling sekolah dan rumah.

Sebagai tambahan usaha untuk keamanan anak-anak bersekolah, semua anggota pengurus PTA (satu kelas 3 orang) dibagikan lencana yang dipakai di lengan atau tas, bertuliskan bohan 防犯 (pencegahan kejahatan) , dan juga sebuah kertas berlaminating dengan tulisan パトロール (Patrol) yang dipasang di sepeda. Semua dengan warna dasar hijau.

Saya tidak tahu kenapa hijau yang dipakai. Coba saja tanda emergency exit yang dipakai di gedung-gedung. semua berwarna hijau bukan? belum lagi tanda-tanda itu mengkilat/berlampu sehingga saat gelappun bisa terlihat. Kenapa bukan kuning? yang lebih alert daripada hijau? Mungkin, mungkin loh, menurut hipotesa saya saja, jika terlalu banyak warna kuning dipakai rasanya kehidupan manusia akan berisi ketegangan terus. Alert terus. Sedangkan warna hijau, lebih nyaman di hati, seakan memberikan perlindungan. Hmmm mungkin saya harus mencari lagi di google jepang, kenapa dipakai warna hijau. Saya senang sekali “melacak” di google jepang, karena sering pertanyaan aneh-aneh seperti saya ini, bisa terjawab di sana. Dan itu karena, ORANG JEPANG SUKA MENULIS. Apapun didokumentasikan (tulisan/foto) oleh orang Jepang. So, menurut saya, Jepang adalah surga bagi penelitian. ASAL BISA BAHASANYA.

Lalu apa tugas saya yang membawa kedua tanda itu? Tugasnya bukan seperti polisi yang melakukan patrol memang. Tapi bila dengan tidak sengaja menemukan sesuatu yang mencurigakan, kita bisa langsung melapor ke polisi. Jadi diharapkan saya juga waspada terhadap keamanan sekeliling, dan jika diminta bantuan oleh anak-anak yang melihat tanda saya itu, saya wajib menolong dan membawanya ke pos polisi terdekat.

Papan Kodomo 110 himawari di rumah penduduk, lencana bohan, tanda patrol di sepeda. Ini semua memperlihatkan lagi kerjasama antara pemda, polisi, masyarakat sekitar,dan orang tua murid dalam keselamatan anak-anak. Dan mungkin sedikit banyak tulisan ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman dalam komentar yang diberikan dalam tulisan-tulisan tentang Riku pertama kali bersekolah. Dan ya…. ini adalah satu lagi oleh-oleh dari pertemuan orang tua murid PTA yang saya ikuti hari kamis lalu.

(Masih ada yang bisa saya ceritakan lagi ngga ya dari pertemuan itu? Hmmm masih banyak… misalnya bagaimana cara pemilihan pengurus, dan kegiatan-kegiatan mereka…. tunggu saja kapan bisa terungkapnya)

28 Replies to “satu satu nol

  1. Imel, makasih ceritanya…keamanan lingkungan tak hanya tugas polisi tapi juga dibantu oleh warga yang saling menolong. Bagus sekali, setidaknya menjadi lega, melepas anak sekolah sendirian, karena ini juga melatih kemandirian, tapi sebagai orang tua kita juga ingin kepastian bahwa anak akan aman diperjalanan.

    edratna´s last blog post..Akhirnya….pertemuan itu dapat dilaksanakan

  2. Coba ada ginian di Indonesia,, dulu waktu SD saya suka ketakutan, soalnya ada kakak kelas yang suka ngancem mo nyegat saya pulang sekolah 🙂
    Biasanya saya ambil jalan muter,, hahaa …

  3. Wah hebat, terorganisir!

    Tapi gw masih suka binun sih Mba, aturan seperti itu apakah sebuah kemajuan sosial ataukah malah kemunduran? Apakah dengan adanya aturan2 seperti itu berarti emang orang udah ga peduli sesama jadi mesti dibikin aturan biar peduli. Entahlah, cuman fikiran gw aja.

    Anyway, kebaikan yang tak terorganisir akan dikalahkan kejahatan yang terorganisir.

  4. disini sich nggak pernah lihat tanda sejenis itu, cuma ada community watch jadi kalau ada yg mencurigakan di lingkungannya bisa melapor. Jadi semua bertanggungjawab menjaga keamanan lingkungan, bukan hanya polisi saja. Bagus ya mbak seperti ituh, nah yg begini seharusnya ditiru di negara tercinta kita….

    1nd1r4´s last blog post..Jilbab model barukah???

  5. Nampaknya pemerintahan jepang serius berperan dlm mengorganisir utk sebuah rasa aman dan nyaman thd anak2 yg branjak dewasa..shg org tua bisa tenang dlm mendidik anaknya utk lbh mandiri.
    Bukan begitu bunda?^_^

  6. keamanan dan kenyamanan, idaman setiap orang. ah kudamba itu, di negeriku sendiri. bukannya polisi, yang justru menzalimi warganya sendiri.

    ugh, kapan semua menjadi lebih berarti, saat kubaca tulisan ini dengan rasa iri?

  7. Cerita yang menarik.
    Bahkan di Australia pun seperti belum pernah kutemukan yang seperti ini.

    Waktu kecil dulu, kalau ada apa-apa aku cukup berteriak pada tukang becak langgananku 🙂

    Met Paskah!

    DV´s last blog post..Kebohongan yang Melenakan

  8. poin yg inginku ambil adalah: kerjasama!

    ya, kerjasama antara pemerintah, sekolah, ortu dan masyarakat dalam menciptakan kenyamanan belajar bagi anak-anak…

    dan celakanya, hal ini di negeri kami (eh, kita maksudnya), kurang mendapat perhatian. pemerintah, sekolah, masyarakat dan ortu sepertinya jalan sendiri2 dalam mengurus pendidikan anak2… berharap suatu saat di indonesia akan tercipta iklim belajar yg nyaman seperti ini… mimpikah? entahlah!

  9. Cerita yang sangat keren!
    Betapa semua orang sangat peduli terhadap orang lain, terlebih anak-anak yang memang belum bisa melindungi dirinya sendiri sebaik orang dewasa.

    Bisa nggak ya, dipraktekkan di Indonesia? Dengan iklim sosial di mana orang-orang malah menutup pintu rapat-rapat dengan pagar yang dibikin setinggi-tingginya?

  10. Pingback: kartini kampung blagu (1) « surauinyiak

  11. Iya sistemnya sudah sedemian hebatnya….dikita. belum tentu. posko pengamanan lalu lintas di lampu merah aja, nggak ada yang jagain…Repot…ayo donk!! (ayo donk jagain posko lampu merah) hua hua hua…

    Inspiring nih …mudah2an semua bisa meniru. Seperti yang pernah saya bilang…

  12. Bu, Benarkah Jepang Tak Dapat Diubah Lagi?

    Bu, Jepang adalah luar biasa secara ekonomi. GDP setingkat AS, dan indeks Gini paling rendah di dunia. Tetapi, Jepang harus membayar dengan harga sangat mahal, antara lain, masyarakat menjadi (1) apolitis, (2) dalam agama dan keberagamaan percaya pada everything is OK (mencakup desakralisasi sex), dan (3) tidak ada peluang bagi perubahan (seseorang menulis di The Japan Times, 1991, bahwa Jepang tidak dapat lagi diubah, lewat mekanisme sosial politik yang berlangsung). Dan, para pendukung sayap Kiri di Tokyo (khususnya di Nippon Medical School) lebih dangkal dan dekaden, jika dibanding dengan para pendukung LDP. Mungkin, fakta pahit itu diaebabkan oleh keputus-asaan teredam para pendukung sayap Kiri itu, bahwa Jepang sudah menjadi monolit yang tidak lagi dapat diubah. Apa pendapat Ibu? Dan, dua pertanyaan lagi untuk Ibu, (1) apa kabar Yakuza? (2) Benarkah Buddhisme Zen adalah tangan Militerisme? Nuwun, 18.54, 19.04, 19.11, 20/04/09, Senin

    REVOLUTION
    V

  13. disatu sisi kelihatannya bagus banget bu, tapi disisi lain agak merinding …
    semua serba teratur diatur … kira-kira spontanitasnya masih ada ngga ya bu?
    jadi kangen kehidupan masa kecil, sepertinya ngga semenakutkan sekarang, banyak penculik gitu .. paling banter preman kampung hehehe

    mascayo´s last blog post..Hutang

  14. Itu menandakan bahwa Jepang itu sangat melindungi hak-hak anak ya.. atau memang karena angka kelahiran di Jepang yang kecil, sehingga perlindungan terhadap keselamatan anak sangat diperhatikan

    prameswari´s last blog post..Pagiku

  15. Apa semua kegiatan keamanan itu bisa berfungsi benar?
    Bukan cuma pura-pura atau kepuasan diri sendiri atau bentuknya saja?
    Mohon sistem-sistem itu benar bisa menolong yang sungguh membutuhkan pertolongan.

  16. Wah-wah ternyata banyak yang dapat kita pelajari dari negara ini yach mbak Imelda…Kira-kira di Indonesia (khususnya Jakarta) kalau dibuat kayak ginian juga ada yang masih peduli nggak yach ?
    Krn sepertinya Jakarta sekarang ini semakin rawan nggak saja buat anak2, untuk orang dewasa juga tindakan kriminal cenderung meningkat, hem…

    Ok, mbak terima kasih atas sahring & infonya, sering2 tukar cerita kayak gini biar kita disini banyak belajar dari sana 🙂 🙂 🙂 See you mbak Imelda 🙂

    best regard,
    Bintang

    elindasari´s last blog post..NICE…

Tinggalkan Balasan ke kaka Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *