Test Kemampuan

19 Mar

Tulisan kali ini bukan mau nyama-nyamain dengan test personality yang ditulis Bang Hery di MBTI hari ini. Tapi tadi siang saya sempat chatting dengan Sigi, teman sesama “istri orang Jepang” yang menanyakan soal kosmetik. Bagi wanita Indonesia yang biasa pakai kosmetik Indonesia, tentu saja bingung jika harus membeli kosmetik di Jepang, selain masalah bahasa yang tertulis, kalau mau kosmetik yang bermerek, harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Dan kosmetik Jepang yang diketahui masyarakat Indonesia, adalah kosmetik yang terkenal dan MAHAL.

Selesai berbicara soal kosmetik. Sigi menanyakan soal sertifikat waktu melamar kerja. Apa perlu ya? dan saya jawab PERLU sekali. Karena JEPANG sangat menghargai sertifikat. Dan memang, bagaimana seseorang bisa mengetahui kemampuan kamu jika tidak ada standarnya? Tidak ada istilah seperti di Indonesia bahwa punya sertifikat belum berarti menunjukkan kemampuan seseorang. Tidak ada itu, karena sertifikat itu tidak bisa dibeli di Jepang. Kemampuanmu adalah yang tertulis di sertifikat itu!

Kentei Shiken 検定試験 Ujian Sertifikat…. Ujian kemampuan… atau mungkin yang paling mudah dibayangkan bagi orang Indonesia adalah TOEFL. Beberapa waktu yang lalu Indonesia rame-ramenya membicarakan sertifikat guru, sedangkan di Jepang, tanpa sertifikat guru tidak bisa mengajar di SD sejak dulu. Pernah saya bilang pada Gen, “Saya mau ambil sertifikat guru aja ya?” dia jawab…. “Boleh aja… 4 tahun ya!” HAH…. 4 tahun ??? ogah deh.

Pada waktu menulis CV (curriculum vitae) 履歴書 (りれきしょ) untuk lowongan kerja di jepang pasti ada kolom “Sertifikat” ini. Semakin banyak bisa mengisi kolom ini, tentu saja kemungkinan untuk diterima (note: dipekerjakan) akan semakin besar. Meskipun saya paling merasa geli kalau menuliskan SIM (Surat Ijin Mengemudi” sebagai salah satu sertifikat di kolom ini. GM — yang bukan General Manager tapi Gen Miyashita — menerangkan bahwa SIM itu berupa kertas berharga yang menyatakan kemampuan untuk mengemudikan kendaraan, dan dengan mempunyainya pihak perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Apalagi jika pekerjaan jenis “marketing” dan “promosi”, akan membutuhkan kecakapan ini. Jadi SIM termasuk dalam kolom sertifikat.

Sampai sekarang, jika harus menulis lowongan kerja ini, saya hanya bisa menuliskan 3 jenis sertifikat yang saya miliki, yaitu SIM, Kemampuan Bahasa Jepang (JLPT) tingkat 1, dan TOEIC dengan nilai 895 (hihihi, sombong dikit…kapan lagisorry narsisnya keluar). Jadi untuk Sigi memang saya sarankan untuk mengikuti JLPT dan TOIEC, jika ingin bekerja di Jepang. Tentu saja jika mempunyai sertifikat khusus lainnya akan lebih baik. Misalnya Sertifikat Peracik Makanan jika mau bekerja di restoran dll.

Kembali ke topik Ujian Sertifikat ini. Saya tidak habis pikir betapa banyaknya jenis ujian-ujian ini. Memang akhirnya orang jepang berpikir selalu untuk mendapatkan suatu sertifikat yang menunjukkan keahlian tertentu. Bagus memang. Dan mungkin ini yang paling bagus dipikirkan bagi mereka yang berkecimpung di Pendidikan Luar sekolah atau bahasa jepangnya Shakai Kyouiku. Selain keuntungan sang pelajar mendapatkan pendidikan dan sertifikat, ini juga menjadi bisnis dalam bidang pendidikan yang bisa mendatangkan untung. Bayangkan di Jepang satu kali ikut ujian sedikitnya harus mengeluarkan 4000 yen. Ya kalau lulus….kalau tidak berarti mengulang kembali dan mengeluarkan sekian yen lagi. Belum lagi kalau ingin mendapatkan sertifikat dengan tingkatan yang lebih tinggi yang pasti lebih mahal juga. (Perlu diketahui bahwa tingkatan di jepang dihitung mundur. Jadi kalau ada ujian level 1,2,3,4 berarti tingkatan yang tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 4. Besarnya angka tidak menentukan kecakapan, malah sebaliknya).

Sembari menyelenggarakan kursus, pelaksana pendidikan luar sekolah juga bisa menjadi penyelenggara ujian kemampuan tersebut. Saya sendiri belum mengetahui apakah ada sekolah pendidikan ketrampilan di Indonesia yang menyediakan ujian-ujian semacam TOELF ini. Padahal ini merupakan suatu kesempatan besar di dunia pendidikan, jika bukan untuk mencari keuntungan besar.

Begitu banyak jenis sertifikat di Jepang, sampai saya tidak bisa mencatatnya jika cari di Google. Mulai dari sertifikat menjadi maintanance building/apartemen, ahli warna  (pasti berguna utk kerja di tekstil dan interior) sampai sertifikat pengasuh penitipan bayi! Ribuan!!!

Saya sudah setengah jalan mempersiapkan sertifikat menjadi pendidik bahasa Jepang tinggal tunggu timingnya karena ujiannya cuma 2 kali setahun. Juga pernah merencanakan mengikuti Ujian Sertifikat Windows Master…. tapi keburu hamil dengan Kai sih hehehhe.  Satu kali ujian 10.000 yen saja (belum belajarnya loh). Lalu pikir-pikir mau ambil sertifikat system administration, hmmm mungkin nanti deh kalau Kai sudah masuk TK.

Tapi saya berdua Sigi tadi berencana untuk membuat Ujian Sertifikat! Ya judulnya TWW Test to become Wonder Woman. Dengan tingkatan terendah Wonder Gel, Wonder Girl, Wonder Bedmate, Wonder Mama dan yang tertinggi Wonder Woman. Dan Royalti untuk Wonder Gel sudah ada di tangan Sigi yah hihihi.  Kira-kira ada yang mau ikut ngga ya? hehehe. (Atau kita bikin Sertifikat utk Blogger aja ya??? hihihi)

So Sigi… gambatte untuk mengumpulkan sertifikat-sertifikat itu. Karena memang Jepang adalah negara Sertifikat! (Kartiko-san tidak pernah dengar tentang sertifikat pengemudi Crane? ). Yang menjadi pertanyaan saya, ada tidak ya sertifikat asli Indonesia yang sudah bisa diakui dunia? Mungkin sudah waktunya Indonesia membuat Sertifikat Dalang, Sertifikat Batik dsb dsb. For the sake of Globalization.

(sebagian tulisan ini pernah saya publish di http://coutrier.blogspot.com/2005/05/blog-post.html)

18 Replies to “Test Kemampuan

  1. Yipppppiiiee….! Thanks banget ya mbak Imelda! Suatu kehormatan lho disebut2 dalam blog tenar ini… Numpang tenar deh si Wonder Gel 😛
    Semua informasi dari mbak Imelda siang tadi sangat berharga, dan sudah aku serap dengan baik, hehehe. どうもありがとうございます!

    sip sip gambatte ne Sigi
    EM

  2. wow…. begitu ya bund… ternyata disana sertifikat itu dihargai banget ya.. kalo indonesia mau diakui sertifikatnya, ya harus membenahi manusia-manusia nya kali ya bund, lha gimana gak harus dibenahi lha sertifikat mengemudi (SIM) aja beli. jadi memang harus dibenahi dari dasar. atau memang sudah tidak bisa dibenahi kali ya bund? budaya beli membeli sertifikat sudah berakar kuat. juga korupsi, kolusi, dan nepotisme. semakin modern peradaban bangsa indonesia semakin berkembang pula prakti-praktik yang gak bener… kapan ya indonesia bisa maju 😥

    yup
    aku ikut menangis bersamamu agung
    EM

  3. 5 tahun yang lalu pun, bahkan 10 tahun yang lalu, para wakil rakyat berkoar-koar di ajang kampanye untuk memajukan bangsa ini. untuk membenahi mentalitas baik Perangkat pemerintah nya, maupun sistemnya. tapi apa yang terjadi? bangsa ini masih saja stagnan. apa kata dunia? *weks, kayak iklan pajak aja neh* 😀

    Agung Mojosari´s last blog post..Truly The Reds

    ahhh wakil rakyat?
    bukannya mereka hanya boneka?
    EM

  4. sertifikat..??? waduhhh…sertifikat yg aku punya cuma penataran P4 jaman dulu, sama sertifikat PRAMUKA PENGGALANG heheehehe… untunglah g jd ikut bunda imel k jepang.. ^_^ *kaburr*

    Didien®´s last blog post..IBSN : Koma & Hampa..

    itu mah ngga berlaku di LN
    EM

  5. Masalah SIM seh jgn di tanya….saya udh punya jaman g punya kendaraan… *skrg juga blm punya* hehehe…
    Hebatnya lg SIM itu dptnya dg spitol (red, pistol)alias nembak wakakakakakkkk… *bangga mode on*

    Didien®´s last blog post..IBSN : Koma & Hampa..

    hahahahaha
    udah udah dont make fun of yourself
    EM

  6. lhaaaa…mojosari udh masuk duluan…??? *sad*
    gpp deh..mo bikin hatrix aja di rumah indah ini.. ^_^
    salam,

    Didien®´s last blog post..IBSN : Koma & Hampa..

    duh duh duh kalian ini….
    hihihi
    thanks loh din!
    EM

  7. Di sini orang pada jagoan memalsukan sertifikat, jadi ya belum perlu yang aslinya. He he…
    Tapi, kalau test TOEFL emang nggak bisa dinego. Top punya deh…Kalau SIM, KTP, dll masih bisa kok…

    Hery Azwan´s last blog post..MBTI

    Karenanya globalization belum bisa dilaksanakan di Indonesia.
    Alasannya? standar terlalu tinggi…jadi rame-rame minta direndahin, bukannya belajar spy bisa mencapai yang tinggi itu. Itulah mentalitas orang Indonesia.. Maunya yang gampang aja!
    EM

  8. HHmmm …
    Sebagai trainer … ada beberapa module yang perlu sertifikasi …
    beberapa ada yang mudah …
    beberapa yang lain ada yang berdarah-darah …

    TOEIC ? never done that …

    Salam saya …

    nh18´s last blog post..MUSICAL SENSITIVITY

    Iya. Mas kan punya sertifikat internasional ya…. apa itu bisa dipakai untuk perusahaan lain?
    I mean kalo misalnya pensiun bisa digunakan untuk misalnya membuat training house sendiri?
    Di sini TOEIC lebih diperlukan daripada TOEFL.
    EM

  9. Baca di mana ya, udah lama, katanya di Jepang jenjang pendidikan formal itu ga terlalu penting (gatau juga maksudnya penting itu buat siapa). Mungkin sertifikat begini yang lebih penting. Ga usah sekolah tinggi2 tapi yang penting ahli (bersertifikat). Bener ga tuh?

    Sayang mba, saya ga bisa ikutan ujian TWW.

    Kalau sertifikat lokal ada sih mba di profesi saya. Ga bisa dibeli juga. Saya juga pengen ngambil chartered (bukan sekedar sertifikat) tapi mau ngumpulin duit dulu… 😀

    mangkum´s last blog post..Lihat, Kita Lebih Baik!

  10. sebuah tantangan juga nih, bagaimana menciptakan sertifikat yg benar2 menunjukkan kemampuan si empunya di indonesia…

    budaya “menggampangkan” sertifikat di negara kita susah sekali untuk dirubah…

    kalau boleh sedikit memuji, Gontor dari dulu menerapkan keabsahan isi sertifikat itu. mulai dari raport sampai ijazah. isi raport adalah sama persis seperti yg kita peroleh di ujian; jika 10 ya ditulis 10, jika 2 ya ditulis 2, tidak diberlakukan penambahan atau pengurangan… mudah2an mereka tetap bisa mempertahankan budaya ini… 🙂

    btw, ide untuk bikin sertifikasi blogger boleh juga tuh…. hehehe…. 🙂

    vizon´s last blog post..orang besar #2

  11. Sertifikat tetap diperlukan untuk mengetahui kemampuan orang tertentu. Bankir, harus mempunyai sertifikat risk management sampai level tertentu, dan ini sangat menentukan untuk peningkatan karirnya. Juga harus punya score TOEFL dan TOEIC sesuai levelnya.

    Untuk orang IT, sertifikasi Java (SCJP), CISA dll. Juga ada FRM, CWM…..duhh makin banyak deh. Untuk mengajar, juga harus punya serifikat training for trainers.

    Secara tak langsung, perusahaan Indonesia menghargai ini, walau nggak secara terbuka (biasanya ada kriteria minimal dalam recruitment) ….dan CV yang lengkap dengan serifikat, serta kualifikasi pernah belerja dimana akan menentukan mendapatkan pekerjaan. Dan ini akan terlihat nantinya jika diwawancara, apakah sertifikatnya benar apa tidak…tentu saja pewawancara juga harus punya serifikat sebagai assessor.

    Sertifikat dalang? Batik? Wahh asyik juga ya…

    edratna´s last blog post..Mendorong Lembaga Keuangan Mikro yang mandiri secara finansial

  12. wah, bru tau neh *haluuu kemana aja kok ktinggalan jaman*

    percaya kok kalo emy chan pinter banget ciee *psti merah tuh pipinya, lha kan pake blush on hehew*

    coba kalo di indonesia sertipikatnya juga kayak gituuh…tapi indonesia pasti bsa kok 🙂

    olvy´s last blog post..gambar header di atas

  13. Sertifikat untuk pengemudi crane ada namanya kalo gak salah Sertifikat Operator Crane…yang mengeluarkan Dep. Tenaga Kerja..
    masalahnya variasi crane itu bermacam macam..
    pokoknya yang bisa untuk ngangkat barang itu namanya crane gak peduli barangnya 10 Kg atau 40 Ton container. Sehingga gak ada yg khusus untuk tiap tiap alat. Artinya pelamar dengan sertifikat tsb belum pasti bisa menjadi operator crane container, btuh penelitian lebih lanjut. Dan kasusnya kayak SIM juga.. hihihi..

    Mbak, Aku waktu kursus dijepang dulu itu berhasil memperoleh “Sertifikat MENGIKUTI kursus pemeliharaan di Jepang”…hebat ya……
    sayangnya bukan “sertifikat KEMAMPUAN… ”
    lha wong memang tidak mampu..
    hahaha..

    kartiko´s last blog post..THE BOSS

  14. Sertifikat blogger itu seru juga. Tapi, buat apa… He-he-he.

    Forum Editor Indonesia sempat merumuskan soal sertifikat untuk editor. Tapi sejak 2 tahun lalu, masih belum juga terumus-rumus.

    Daniel Mahendra´s last blog post..Sayapku Patah-patah di Gunung Kelir

    sertifikat blogger? namanya juga becanda….sapa juga yang mau ngetest. aku sih males hihihi

    hmmm sertifikat utk editor. Kalau udah ada kasih tahu ya, pengen tahu juga.
    EM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *