Dari arah SCBD keluar Senopati, masuk ke jalur kiri, ada jalan taman Empu Sendok, masuk kekiri
Buat yang ngga bisa gabung untuk makan siang, silakan gabung ke KARAOKE bersama.
Pukul :15:00 – 17:00 (code : Sore)
Tempat Inul Vizta Melawai
Tapi untuk yang baru bisa datang setelah jam Kantor, silakan hubungi saya, dan saya akan beritahu tempat ngumpul setelah karaoke. Kemungkinan besar Pisa Cafe, jalan Mahakam. (Code : Malam)
Pendaftaran di : emi_myst@yahoo.com ditunggu ya (sampai sabtu 21 February)
Hari kedua itu tanggal 16 Februari 2009. Ngapain aja ya?
Pagi bangun jam 4 (gara-gara beda jam 2jam dengan Jepang). TRus si oma dan asisten menyantroni aku dengan pertanyaan, “Masak apa bu?” Duh…. jauh-jauh datang dari Tokiyo akhirnya musti mikirin masak apa (masih mending sih ngga usah masak). Ya sudah aku minta buatin ayam Karmanaci dan Sayur Leko-leko (pasti ngga ada yang tahu jenis masakan apa pulak itu hihihi… Hei G, kamu harus tahu loh!)
Jam 9 dianterin ke RSPP untuk cek-up. Dan selesai dari situ jam 10:40 an, bingung mau ngapain. Berhubung perut sudah lapar juga ya akhirnya nyebrang deh …. makan sate ayam dulu…. cihuy…sendirian menikmati sate atau si sate yang menikmati kesendirianku ya? Berhubung aku sayang anak, sayang adik, sayang ibu, sayang semua, jadi aku minta bungkusin deh satenya untuk orang rumah. NAH, berhubung cadangan rupiah menipis, naik bajaj deh ke Apotik Mahakam. Ini apotik juga sudah lama sekali berdiri ya. Orang tua teman satu kelas dulu, si Chandra kalo ngga salah yang punya apotik Mahakam ini. Lama-lama dia mengembangkan ke Gran Mahakam hotel juga.
Kok cadangan rupiah menipis malah ke apotik? emang ada kali ya obat pengembang duit hihihi. Aku kadang ke money changer Bali Inter di sini. lumayan ratenya. Kalau ada mobil sih mending ke Piti Pili yang di Panglima Polim, ratenya lebih tinggi. Hari ini kurs yen jual 1 yen 124 rupiah. Berasa jadi orang kaya dong? Hmmm ngga juga, soalnya biaya di jakarta gila juga ya? masak naik bajaj aja minimum 8000 rupiah? Gimana ya yang ngga punya duit? makin pusing aja nih aku mikirin orang-orang yang hidup di Jakarta. (kan aku masih punya saudara banyak di sini… jadi ngga bisa bilang its not my bussiness.) Tapi menurut Yoga kemarin waktu dia ke Grand Indonesia, banyak aja tuh yang belanja….
Jaman sudah berubah. Ingat dulu kalau beli kaset 7000 rupiah satu. Sekarang? semua kudu ditambah nol satu lagi di belakangnya. Udah gitu aku cukup terbelalak melihat bekas pasar bunga dan ikan Barito, yang di depan apotik mahakam/gereja blok B itu. Sudah jadi Taman yang luas dan bagus (sayang ngga dipotret buat kasih tahu Gen, dulu dia suka jalan sepanjang toko ikan di sini). Kalau seperti begitu sih kayaknya bisa bikin live music juga di situ. Jadi Ingat dulu Fakultas Sastra UI (FIB sekarang) juga punya taman yang ke bawah begitu, dengan skala kecil, yang sering dipakai untuk kampanye pemilihan senat, baca puisi dll. (Waktu Agustus ke sana juga sudah hilang tuh)
Aku meninggalkan apotik mahakam naik taxi, sesudah membeli Gethuk Lindri dan cenil… Huh makan mulu deh kayaknya hari ini. Padahal baru setengah hari loh. Aku pikir malam mau pergi ke mana gitu, ternyata ngga jadi pergi ke mana-mana. Malahan siesta, dan posting malam harinya. Bener-bener santai hari ini. Anybody wanna join me?
(kiri Gethuk, kanan cenil — baru tahu aku cenil makannya pakai gula jawa cair… yummy)
Bagi mereka yang pernah ke Jepang, dan mungkin pernah pergi ke karaoke di Jepang, kebanyakan tahu lagu ini. Hana – Subeteno hito no kokoro ni hana wo- ~花~すべての人の心に花を. Begitu lagu ini mengalir dan masuk ke telinga, pasti kita akan merasa damai, dan FAMILIER. Karena cengkok lagu ini mengingatkan kita pada lagu-lagu jawa. Padahal lagu ini asli Jepang, yang dikarang oleh orang Jepang (or I should say lagu asli Okinawa, yang diciptakan oleh orang Okinawa) .
Shoukichi Kina and the champloose merupakan sebuah grup musik Okinawa yang dibentuk pada tahun 1968 (waduh setua saya nih) dan pada tahun 1979 melahirkan sebuah lagu yang terkenal seantero Jepang, bahkan sampai ke luar negeri. Ya sebuah lagu yang berjudul Hana atau BUNGA ini. Menurut teman saya, Zay yang memang ahlinya radio (yang punyanya Radio Soka di Jember) , lagu ini bisa dikenal di segala penjuru dunia karena dicover oleh Emil Chou dengan judul “Hua Xhin”.
Coba deh dengar lagu ini yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya di depan kuil Toudaiji. Saya kok kalau melihat penyanyinya Shoukichi Kina jadi ingat pada Sujiwo Tejo, yang kemarin sempat lihat waktu kopdar dengan mbak Tuti. (Yug, kalau boleh dipasang tuh foto kamu dengan Pak Sujiwo Tejo).
Saya coba terjemahkan lirik lagunya sebagai berikut :
Bunga – Mekarkan bunga di dalam hati semua orang
Sungai mengalir …entah kemana
Manusiapun bergerak entah kemana
kelika aliran itu sampai tujuan
Ingin kumekarkan sebagai bunga
Menangislah dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu
Air mata mengalir… entah kemana
Cinta pun mengalir entah kemana
dan aliran itu pada saatnya
ingin kusambut sebagai bunga
Menangislah dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu
Bunga dapatlah tertawa sebagai bunga
Manusia dapat mengeluarkan air mata sebagai manusia
Itulah lagu alami
di dalam hati mekarkanlah bunga itu
Menangislah dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu
( by Shoukichi Kina and the champloose) terus terang waktu saya baca nama kelompoknya yang ditulis katakana, saya pikir asli penulisannya the Campurs. Karena memang di Okinawa ada masakan bernama Goya Campur (Pare campur yang ditumis). Diperkirakan kata campur ini memang berasal dari bahasa Indonesia yang menyeberang sampai ke Okinawa.
Nah lagu ini memang akhirnya banyak di-cover oleh penyanyi-penyanyi muda terkenal Jepang seperti Otaka Chizuru (saya justru punya CDnya Miss Otaka ini, bukan CD penyanyi asli). Suaranya memang cocok untuk lagu ini. Melengking tinggi. Bagi yang mau mendengar bisa melihat di
http://www.youtube.com/watch?v=FPGMsifqRgg
Selain itu Natsukawa Rimi, penyanyi terkenal dari Okinawa juga menyanyikan lagu ini. Suara Rimi ini lebih halus dan cengkoknya cocok bagai pesinden. Adik ipar saya suka sekali dengan lagu okinawa dan akrab dengan penyanyi ini. Jika Anda mau mendengar suaranya bisa lihat di
http://www.youtube.com/watch?v=tz0scjJC-wk
Tapi Saudara-saudara, yang meng-cover lagu Hana ini bukan hanya orang Jepang, Karena ada orang Indonesia juga yang menyanyikan lagu ini. Hebatnya dia menyanyikan dalam bahasa Jepang dan bahasa JAWA. (nah loh saya tidak bisa menerjemahkan bahasa jawanya heheheh) Dia adalah WALJINAH.
Waljinah pernah merelease CD di Jepang dengan judul Ratu Jawa. Lihat saja cover CDnya, Wajinah berpakaian kimono. hehehe. Nah CD ini diproduce oleh Zay dan Tanaka Katsunori. Jika ingin membaca ulasan lengkap pembuatan dan review CD Wajinah Ratu Jawa ini silakan baca di
Ulasan Zay untuk lagu Hana yang dinyanyikan Wajinah:
7. Kumanthil Neng Ati (Hana)
Mungkin ini adalah lagu Jepang yang paling terkenal diera 90’s, judul originalnya: “Hana”, ciptaan Kina Shokichi. Tembang ini berkat didaur-ulang oleh penyanyi Taiwan kelahiran Hongkong; Emil Chou dirilis dengan judul “Hua Xhin” meledaklah dimana-mana….sampai keseluruh penjuru dunia!
Arasemenya dibuat pop keroncong. Accordionist S Atan dan pianist Marc Chu, keduanya dari Malaysia, ikut meramaikan tembang ini. Mbak Waldjinah bernyanyi dalam 2 bahasa, Jawa dan Jepang!
Sayang tidak ada contoh lagunya Waljinah ini di Youtube, jadi saya tidak bisa memperdengarkan lagu ini. Saya sendiri diberikan CD ini langsung dari yang buat, gratis! hehehe. (arigatou ne Zay)
Ya, bunga itu memang indah dan cocok bila berada dalam hati setiap insan.