Well, kemarin malam aku gembira karena menemukan sebuah komentar dari adikku atas posting saya waktu ulang tahunnya. Tinggal bapak saya saja yang belum komentar, meskipun katanya beliau sudah pernah baca weblog saya (berharap mode.on). Dengan senyum, saya tidur di sebelah Kai yang agak kurang sehat, sambil tak lupa memasang alarm pukul 4 pagi. Niatnya saya mau beres-beres rumah dan siap-siap kerja mulai jam segitu. (Padahal tidurnya sudah jam 1 sih)
Jam 4 pagi, bangun, saya nyalakan komputer dan sambil beberes sesekali membaca komentar di blog saya (maaf belum sempat balas komentar teman-teman semua). Nah sekitar jam 4:30, handphone saya berdering menyatakan ada email masuk. Ternyata dari ibu mertua saya. Dia hanya menuliskan pendek: Om sakit, detilnya saya kasih tahu nanti kalau ke sana. Ibu mertua selalu datang ke rumah saya hari Jumat untuk menjaga Kai di rumah sementara saya pergi mengajar. Sebetulnya waktu membaca email itu, saya tidak yakin dengan kanji yang dituliskannya, karena memang jarang dipakai. Pokoknya asumsi saya Om sakit. Dan karena ibu mertua tidak membatalkan rencana, mungkin sakitnya tidak parah (salahnya saya juga tidak cek di kamus).
Nah waktu pagi hari Gen bangun, saya menyampaikan tentang kanji yang saya baca, apa artinya? Sakit? Dan karena dia tidak mengerti penjelasan kanji yang seperti apa, saya kasih lihat email HP saya itu. Dan …. kamu pernah lihat wajah orang berganti menjadi putih? pucat? Pertama kali saya lihat perubahan itu. Ya, wajah Gen menjadi putih sekali dan bilang…Om kesayangannya meninggal! HAH….. how come?
Om ini adalah adik ibu mertua (mereka hanya berdua). Dia dan istrinya baru saja pindah ke luar kota, yang tadinya rumahnya di Yokohama. Merupakan impiannya untuk pindah ke desa dan berladang di desa sesudah pensiun dua tahun yang lalu. Dan itu terwujud bulan Agustus lalu. Tapi yang saya mau tulis di sini bukan soal cita-citanya atau kehidupannya di desa. Tapi soal peristiwa yang terjadi kemarin.
Kemarin pagi, tanpa ada tujuan mampir, ayah dan ibu mertua saya melewati rumah om yang di Yokohama. Tapi tiba-tiba mereka melihat bahwa ada om dan istrinya di situ. Rupanya mereka sebulan sekali, turun desa, mampir ke rumah yang di Yokohama untuk melihat perkembangan pembangunan apartemen di tanah mereka. Tanpa janjian, kebetulan saja bapak dan ibu mertua lewat situ dan melihat om dan istrinya. Sepertinya memang sudah harus lewat jalan itu…. Waktu ditanya apa rencana untuk hari itu, om mengatakan bahwa dia berniat nyekar ke makam ibunya lalu pulang jam 1 dari stasiun Ueno untuk pulang ke desa. Jadilah bapak dan ibu mertua saya mengantar om dan istrinya sekaligus nyekar bersama dan antar ke stasiun. Bercakap-cakap, bertukar berita dan ibu mertua saya senang bahwa adiknya berbahagia tinggal di desa.
Tapi siapa sangka, itu adalah pertemuan terakhir mereka… sebuah pertemuan yang kebetulan terjadi. Karena pagi tadi jam 4, tiba-tiba ada telepon dari istri om yang memberitahukan bahwa om tiba-tiba terbatuk dan kelihatan parah. Langsung telepon ambulans dan dinyatakan jantungnya berhenti.
Ibu mertua berkata,”Kemarin itu apa ya? kok kami bisa bertemu kebetulan tanpa rencana, dan tahu-tahu hari ini dia sudah tidak ada”. Saya katakan, “Mungkin itu bukan kebetulan, tapi sudah diatur Tuhan. Apapun namanya itu, kebetulan atau takdir, saya rasa kematian Om itu indah. Karena dia sempat berpamitan dengan kakaknya, sempat melihat rumah tempat tinggalnya dari kecil, sempat nyekar ke makam ibunya, dan hanya dalam waktu singkat menghembuskan nafas terakhir”.
Saya teringat, baru saja kemarin membaca posting tentang kebetulan yang ditulis Daniel Mahendra. Kebetulan Daniel adalah kebetulan yang menyenangkan. Bertemu dengan teman-teman lama, bersenang-senang. Tapi kebetulan yang terjadi pada ibu mertua saya kemarin itu? Apakah itu juga bisa disebut kebetulan? ataukah takdir? Kami umat Kristen tidak percaya takdir atau nasib. Tapi kami percaya bahwa Tuhan itu yang mengatur segala kehidupan kita, kadang dengan cara-cara yang tidak dimengerti manusia. Well, apapun namanya entah kebetulan, takdir, nasib, sekali lagi saya diingatkan bahwa manusia itu kecil, tidak berdaya yang sewaktu-waktu bisa dipanggil menghadapNya. Siapkah kita? Siapkah saya?
Besok malam akan diadakan malam perpisahan, yang diberi nama otsuya 通夜. Dan Minggu pagi akan diadakan upacara kremasi yang disebut Kokubetsushiki 告別式. Karena itu saya (mungkin) akan istirahat posting dulu. Semoga saya bisa menulis sesuatu hari Senin yang akan datang.
If tomorrow never comes
So tell that someone that you love
Just what you’re thinking off
If tomorrow never comes
(If Tomorrow Never Comes was released in 1989 by Garth Brooks ~~my favorite country music singer~~. It was written by Garth Brooks and Kent Blazy.)