Nobu-kun

15 Okt

Kali ini trip ke Sendai memang begitu tergesa-gesa. Lebih dari 6 bulan berselang (Trip to Sendai) waktu kami pertama kali bermobil mengunjungi  kota tempat adiknya Gen bermukim yang terletak di  Jepang Utara. Sampai saat keberangkatan, banyak masalah yang timbul. Masalah mobil yang jendelanya tidak bisa menutup, karena rotornya rusak. Kemudian hari Olahraganya Riku yang ditunda menjadi hari Minggu, menyebabkan kita baru bisa berangkat jam 2 siang…paling cepat. Tapi masalah yang terpenting adalah penginapan. Karena tanggal 13 (Senin) merupakan hari libur dan hari TAIAN (Hari baik menurut kalender Jepang, sehingga banyak diadakan upacara-upacara pernikahan, 3-5-7 dll)Jadi semua hotel penuh. Lagipula kita tidak bisa memperkirakan kita akan sampai di sana jam berapa. Mau menginap di rumah adik ipar juga akan mengganggu ritme sang bayi yang menjadi primadona kali ini. Jadi kami putuskan untuk pergi hari Senin dini hari pukul 4 pagi, sehingga bisa sampai pada waktunya yaitu jam 11 siang di Kuil Shinto, Tsutsujigaoka Tenmanggu.

Tanggal 13 Oktober bukanlah hari sial untuk orang Jepang (kalau dilihat dari angka), yang penting adalah hari TAIAN dilihat dari nama kalender, seperti kalender jawa yang  5 hari itu. Hari itu, pertama kalinya keponakan saya, sepupu Riku dan Kai, akan “berkunjung” ke Kuil Shinto. Sebuah upacara yang dinamakan Omiyamairi お宮参り. Biasanya bayi berkunjung ke Kuil ini pada waktu berumur 100 hari, tapi Nobu-kun ini sudah berusia 4 bulan. Tidak apalah daripada tidak sama sekali. Untuk saya ini merupakan pertama kalinya  mengikuti upacara Omiyamairi yang “asli”, karena Riku pergi ke Kuil hanya lewat depannya saja, demikian juga dengan Kai. Tapi karena altar Kuil Shinto itu suci, kami tidak bisa membuat foto. Dan sebetulnya tidak ada yang “penting” untuk difoto. Pendeta Shinto hanya berdoa dengan memakai semacam tongkat berumbai kertas putih, dan memberikan berkatnya ke Bayi yang digendong oleh ibu dari keluarga Miyashita (ibu mertua saya). Nothing to do…hanya mendengar saja.

Karena ini merupakan kesempatan langka juga bagi keluarga Miyashita untuk berkumpul dengan lengkap dan berkimono (saya tidak loh…hanya pakai kebaya yang paliiiiing sederhana warnanya karena jika tidak saya jadi menonjol sendiri kan? sedangkan yang punya hajat adalah adiknya Gen), kami berfoto bersama di photo studio yang terletak di dekat Kuil itu. Aduuuuuh sulitnya mengatur 3 anak yang keras kepala. Si Bayi , Nobu, tidur…. Si Riku tidak mau diatur (keras kepala) jadi pasang wajah angker terus… sedangkan Kai awalnya senyum-senyum terus, tapi karena diulang-ulang terus, menjadi capek, tidak mau menghadap ke kamera….. huhuhuhuhu… mau nangis tuh si kameramannya. Yah mudah-mudahan nanti hasilnya bagus.

Setelah photo session selesai, kita janjian bertemu di sebuah restoran yang terletak di depan Stasiun Sendai, bernama HANA. Di sini ada lagi satu upacara untuk bayi, yaitu Okuizome (makan pertama sebagai manusia) . Kalau Kai dulu dibuat di rumah, tapi untuk praktisnya maka acara untuk Nobu diadakan di Restoran ini. Dan kali ini mengikuti aturan yang sesungguhnya yaitu dimulai dengan urutan Ikan Thai, nasi, sup, lauk, nasi, sup, lauk, dst dst… semuanya ada artinya (Kalau saya mah semua sama aja jadi ngga pake aturan deh hihihi). Restoran Hana ini cukup bagus suasananya, sayang tidak ada di dekat rumah saya di Tokyo. Sesudah itu kita bersama-sama pulang ke rumah adik ipar yang baru mereka tempati selama 1 bulan. Waaah apartemen baru, masih kinclong dan Barrier Free (bebas rintangan bagi manula). Pemandangan malam indah karena bisa melihat shinkasen yang sedang lewat.

Sekitar jam 9 malam baru kita pergi ke hotel yang saya pesan lewat internet dengan harga muraaaaaah banget. Cocok loh untuk backpacker padahal waktu saya masuk ke hotel itu lumayan bersih dan luas. seperti apartemen dengan 3 kamar (2 kamar masing-masing 2 bed, dan 1 kamar dengan 2 futon) hmmm cocok untuk gashuku juga nih. Cuman memang semua hotel di Jepang pembayarannya berdasarkan jumlah kepala, bukan satu kamar sekian. Jika anggota keluarga banyak maka akan menjadi mahal. Kecuali hotel chain internasional, hampir tidak ada hotel yang hanya menyediakan satu kamar satu malam seharga sekian yen.

10 Replies to “Nobu-kun

  1. Sebetulnya kalau diikuti, budaya Jawa juga sarat selamatan….tapi saya benar-benar ga pakai selamatan…lha udah capek, repot mengurus si bayi.

    Asyik sekali Imelda, serasa menikmati tata cara budaya Jepang….

    Adik saya bu menikah dengan orang Solo, jadi banyak tuh ikut selamatan segala. hehehhe
    Harus enjoy bu. Dan sekaligus melihat dengan mata kepala sendiri apa yang sudah dipelajari di univ.
    Tapi terus terang saya tidak bisa mengerti agama Shinto.
    EM

  2. Si kai yang sepertinya lagi membaca sesuatu( cuma lihat kali ya..)di samping sepupunya kelihatan kakak membacakan buku untuk adiknya ya.
    Keras kepala si Riku yang tidak mau diatur memang namanya keturunan.
    Tapi dari yang mane yaaa, ayahnya atau ibunya..?? hihihi…!!

    Hmmm keras kepala, pintar, perasanya Riku semua ikut mamanya deh….hihihi
    EM

  3. Eh..itu patung apa orang beneran, ya ?
    Biksu nya masih berpakaian seperti zaman dulu, ya…

    Orang beneran… biksu itu menunggu pengasihan orang. Dia hanya boleh makan dari apa yang diberikan orang hari itu.
    EM

  4. Menarik sekali upacara makan pertama. Ternyata tidak hanya di Jawa yang ada hari baik untuk menikah. Ternyata di Jepang juga. thanks

    Iya japanese sama javanese juga deket sih Yulis.
    EM

  5. Yang paling top…

    Photo pas Kai ‘berdongeng’ buat sepupunya!
    Ahh..
    bener-bener!

    Kalau di Jepang dihitung kepalanya, ya?
    Wah, repot nih! Biasanya aku dan GangGila hanya pesan satu kamar setiap traveling! Hahaha.. ga jadi ke Jepang kalo gitu! 😀

    hihihi dan aku ngga bisa kasih tumpangan ke kamu+gang gila…bisa rubuh apartemen aku hihihi.
    EM

  6. hanya satu komentar dari saya …
    Kai sudah gondrong yah sekarang …
    sudah tidak plontos kayak bobo hoo lagi …

    Salam untuk semua EM

    Ya, sudah tidak bisa jadi Ikkyu_san
    hehehe
    Makasih mas

  7. “(Kalau saya mah semua sama aja jadi ngga pake aturan deh hihihi).”

    Pastinya… Pastinya… Bisa ditebak…
    Hihihi.

    Terbaca ya Danny hihihi…
    EM

  8. upacara makan pertama sebagai manusia… hehehe… unik yah? lain kali diposting ttg arti2 ato filosofinya dong, mel… biar menambah wawasan. hehehe…

    OKOKOK nanti aku buat tulisna tentang itu deh
    EM

Tinggalkan Balasan ke Yulis Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *