Selamat Ulang Tahun Pa!!! 70 tahun….. 七十歳お誕生日おめでとうございます. Niatnya papa dalam menghadapi ulang tahun istimewa ini sebetulnya adalah membuat buku tentang lingkungan dan atau pengalamannya selama ini, tapi karena sibuk meeting/rapat sana sini, dan mengurus cucu, belum sempat terealisasikan. Papa bilang; sejak pensiun dia jadi PENGACARA (Penganggur yang banyak acara). Saya tulis sedikit kenangan bersama Papa ya…. Mungkin banyak terms yang salah, but aku tulis saja dulu apa yang terlintas di pikiranku beberapa hari ini. (sudah dapat perbaikan langsung nih dari ybs hehehe)
Papa bekerja selama 35 tahun di Pertamina, dan setelah dipanggil Menteri KLH waktu itu Pak Emil pada tahun 1990, papa bekerja delapan tahun di Lingkungan Hidup (Bapedal) , menjadi Ketua IPLHI ( Ikatan Profesional Lingkungan Hidup Indonesia) dan terakhir menjadi Executive Director IMA ( Indonesian Mining Association). Sementara itu setelah menjadi Alumni KSA III Lemhanas, Papa aktif sebagai Anggota POKJA SKA LEMHANAS(Kelompok Kerja Sumber Kekayaan Alam di Lembaga Ketahanan Nasional) Karir pertama papa di mulai di kilang SHELL Indonesia di Plaju ,bidang Pengolahan (eh bener ngga ya pa?), tapi kemudian juga menangani Lingkungan hidup dalam Pertamina sendiri di BKLL( Badan koordinasi Lindungan Lingkungan). Jadi papa sering harus pergi ke tempat-tempat yang terjadi kecelakaan untuk memonitor penanganan pertolongan sesuai dengan penanganan ramah Lingkungan. Karena tugasnya ini pulalah, saya mengetahui tentang proses penanganan limbah minyak jika tertumpah di laut/perairan. Atau jika terjadi kebakaran di kilang minyak darat/lepas pantai.
Saya juga masih ingat papa pernah mengisi rutin acara Dunia Minyak di TVRI. Saya yang masih kecil waktu itu duduk dengan manis di depan televisi, seakan-akan mendengarkan kuliah papa, mengisap memori gambar-gambar kilang eksplorasi dsb, padahal saya tidak mengerti apa-apa.
Papa memang guruku. Atau mungkin hanya saya yang mau mendengarkan kuliah ‘gratis’ papa dengan seksama dan alim, seakan-akan saya mengerti. Yang paling senang adalah menyambut papa pulang dari tugas di luar negeri, mendapatkan oleh-oleh (dasar anak-anak selalu minta oleh-oleh), dan kemudian makan bersama di meja makan sambil mendengarkan cerita papa mengenai perjalanannya waktu itu.
Sejak 1970 Papa memang sering ditugaskan ke luar negeri untuk Seminar,Conference ,Workshop dan Rapat Dinas dengan partner Pertamina. Setelah menjadi eselon I di pemerintah, Papa mendampingi Menteri Lengkungan Hidup di UNCSD (United Nations Council for Sustainable Development) di New York dan di Governing Council UNEP (United Nations Environment Program) di Nairobi (Kenya). Pengalaman yang sangat bersejarah baginya adalah ikut safari di malam hari di hutan Kenya. Dia sangat terkesan dengan melihat seekor Leopard yang besar berjalan dekat pohon dimana Papa berlindung. Leopard tersebut kelihatan sangat megah didalam kerajaannya waktu malam hari.
Papa juga sering mewakili instansinya di forum-forum luar negeri, bahkan sering memimpin delegasi Republik Indonesia ke Forum internasional seperti ASEAN Marine Pollution Experts Group , ASEAN sub regional group meeting, atau memimpin delegasi ahli standardisasi ke ISO TC 207 yang membahas standard ISO 14000 di Oslo (Norwegia) 1995, Rio de Janeiro (Brasil) 1996, Kobe (Japan) 1997. Bagaimana jalannya konferensi, Papa harus memimpin/ menjadi moderator simposium, atau papa bertemu dengan orang-orang terkenal si ini, si itu (Baca juga “ketik cepat=baca cepat”). Papa sudah mengunjungi kota-kota yang penting di pantai Timur,pantai Barat dan Mid west Amerika Serikat Demikian juga dengan pantai Timur dan pantai Barat Canada serta daerah sekitar Niagara dan Ontario.Kecuali Burma/Myanmar dan Laos,Semua negara ASEAN sudah dikunjungi. Praktis semua kota besar di Australia seperti Brisbane,Sydney,Melbourne,Perth,Fremantle dan Canbera sudah dikunjungi.
Dalam banyak kunjungan tersebut Mama diajak ikut,tentunya ticket Mama bayar sendiri tapi hotel dan transport boleh ikut Papa. Jadi Mama juga banyak melihat dunia (dan sering berjalan sendiri loh). Banyak negara telah papa kunjungi , dan setiap pulang dari negara itu, saya menemukan waktu berharga yang hilang karena sibuknya papa berkeliling dunia dan menjalankan tugas sehari-hari.
The important thing is the quality not the quantity of being together. Saat itu saya banyak bisa mendapatkan pengalaman-pengalamannya berinteraksi dengan orang-orang asing. Tidak jarang juga diselipkan humor-humor yang di dapat saat itu. Saking serunya papa bercerita kadang dia tidak menyadari bahwa yang mendengar omongannya waktu itu tinggal saya (do you remember those old day pa?).
Yang pasti sebelum saya berangkat ke Jepang papa selalu mengingatkan saya untuk berpikir berjenjang. “Imelda, kamu sering menganggap orang lain sudah tahu sehingga melompati urutan pemikiran. Dengan orang Jepang kamu tidak bisa begitu. Jangan dari A, B, lalu kamu lompat ke M, P dst. Orang Jepang tetap harus melampaui jenjang A, B, C, D….. dst. Sistematis. Jangan dilompati!! Ingat itu”. Dan berkat peringatan itu, saya berhasil mengubah kebiasaan saya yang melompati sesuatu, sehingga bisa bekerja/menjelaskan secara berurut… sistematis. Memang benar harus seperti itu karena orang Jepang kadang terlalu berpatokan pada Buku Manual. (Dan saya tidak pernah membuka buku manual jika harus set up komputer or elektroniks lainnya….sangat kontradiksi)
Cerita yang kadang membuat saya sedih, atau saya tahu papa juga sedih, adalah cerita jika orang-orang asing itu menanyakan papa lulusan universitas mana. UCLA? Barclay? Oxford?… then papa harus menjawab…. no I did’nt go to universities, I have no graduate tittle. Sampai lama-lama papa hanya menjawab ” Yes, I like fox”, then semua pikir papa lulusan dari Universitas yang berlambang fox (saya lupa universitas apa yang disebutkan). Papa berkata, yang penting saya tidak berbohong. Saya hanya mengatakan I like fox, not I went there. Menjadi sarjana adalah obsesi papa yang tidak bisa terpenuhi sampai saat ini. Karena itu papa selalu mengatakan kepada kami anak-anaknya untuk mengejar ilmu setinggi mungkin. Papa otodidak sehingga mendapat post-post tugas yang penting-penting itu tanpa gelar sarjana dengan kekuatan bisa berbahasa Inggris. Mana ada sih Eselon satu yang tidak bergelar sekarang? Sering dia memuat pidato atasan dalam bahasa Inggris, papers dalam bahasa Inggris dan mengisi majalah Science dan majalah lingkungan lain yang berbasis di luar negeri.
Saya dengar dari Tina, bahwa papa melarangnya untuk belajar bahasa Perancis jika belum menguasai bahasa Inggris… Tapi itu jaman nya, jaman dulu, karena jaman sekarang tidak bisa tanpa gelar kesarjanaan seberapapun pintarnya engkau dan seberapa kuatnyapun engkau berusaha. Karena dorongan dan dukungan papa itu maka kami ke tiga anak perempuannya bisa mendapatkan gelar minimal Master. Saya master pendidikan ( dari Yokohama National University, Jepang), Novita Doktor (PhD) in Microbiology (Melbourne University, Australia) dan Tina Master Arsitek (Yokohama National University, Jepang). Kecuali Tina, semua dengan beasiswa dari negara ybs. Sedangkan papa tetap harus puas dengan sebutan “Sdr” di depan namanya dan menghibur diri dengan mengatakan my title is “Senior Doctor abv Sdr“. I still remember how proud he was when he attended my graduation day from University of Indonesia.
But you have to know papa…. You are our Proffessor in many aspects especially for me. I am proud of you. I want to write more about you someday. But for today… Happy Birthday, my dearest Papa from your eldest daughter.
Benar Ime-chan. Sang Papa memang profesor dalam arti sebenarnya. Profesor dari hasil sekolahan pun, belum tentu bisa memiliki pengalaman memimpin delegasi dan menjadi moderator di pertemuan internasional.
Ime-chan harus bersyukur punya Papa yang sangat luar biasa: punya acara tv, sering keluar negeri. Wow…
Selamat Ulang Tahun Mr Coutrier….
Anak2mu pasti telah membuatmu bangga…
Terima kasih banyak Bang Hery. Papa mah emang celebrities hihihi.
Ah Emiko ini cerita yang manis sekaligus mengharukan …
Papa mu pasti bangga melihat anak-anaknya berhasil …
Seperti juga Kamu bangga akan Papa kamu … yang kamu sebut the proffesor …
Yes … he is the proffesor indeed
Selamat Ulang Tahun Om …
Terima kasih mas
Mbak Imelda pasti bangga dengan papa-nya, ya…
Menurut Putri, “orang tua yang sukses adalah Orang Tua yang berhasil mendidik anak-anaknya”
dan papa-nya mbak Imelda telah berhasil
🙂
Hm…selamat hari lahir juga buat papa-nya mbak Imelda 🙂
Terima kasih Putri, saya memang bangga menjadi putrinya, meskipun nama saya bukan Putri heheheh.
Selamat Ulang Tahun Papa yang tersayang !!
Uhh kangen sama Papa dan rasanya mau terbang ke situ…
Ya Papa memang sukses di karir atau pekerjaan,
juga bagi saya Papa adalah seorang Bapak yang RISOU.
Waktu aku kecil Ayah saya selalu sibuk dan tidak pernah ada di rumah, dan waktu itu semua Bapak-Bapak dianggap orang yang tidak usah memikirkan keluarga. Bukan memikirkan keluarga tapi hanya harus tanggung-jawab keekonomian keluarga saja.
Jadi waktu saya tinggal sama Papa, saya shocked,
Wah benar ada ya Papa yang seperti ini, yang saya mau dapatkan !
Papa mengpengaruhi pada pikiran saya mengenai keluarga, jadinya saya mau suami saya jadi seperti Papa, kerja juga SUGOI tapi sebagai Papa juga SUGOI, yasashii, tsuyoi Papa.
Banyak kenangan dengan Papa, tapi yang saya tidak bisa lupakan adalah speech di pesta di rumah.
Waktu itu banyak orang berkumpul di rumah dan sebelum makan Papa kasih speech, dan Papa bilang Semoga Imelda dan Kimiyo, anak saya yang tinggal di Jepang selalu sehat dan bahagia. Memang waktu itu aku sama Imelda datang dari Jepang, dan aku senang dan bangga sekali karena Papa tidak lupa berdoa untuk aku juga.
Sekali lagi, selamat ulang tahun OTOSAN.
Love, cium dan peluk dari Jepang.
Nanti saya sampaikan ya kimchiii…. masih di aomori?
Wow… hebat sekali Mr Coutrier. Otanjoubi omedetou gozaimasu.
arigatou gozaimasu
Selamat Ulang Tahun, Opanya Riku dan Kai…
Selalu sehat… selalu bahagia… dan saya bangga bisa bertemen baik dengan salah satu anak yang dididik sama orang sehebat Opa, si EmiChan…
ps. I adore my father too… he’s my idol… no matter what. Love you Dad… Someday I’ll write something about you too…
Kapan ada waktu ketemu Opanya Riku? (biar ditraktir nih hehehe….dia juga suka dim-sum tuh)
Such a great Father.. Bisa dipercaya dengan ilmu otodidaknya.. Bener Mba EM, sekarang kayanya ga mungkin deh kalo ga punya gelar.. kalo ada yang berpotensi tapi belum bergelar, pasti negara sudah sekolahkan setinggi2nya, sayang potensinya..
Bisa keliling dunia.. waw.. denger cerita Taman Safari di Kenya, jadi ingat pas nemenin orang2 Kenya ke Taman Safari Bogor beberapa bulan yang lalu.. mereka bilang gajah dan hewan2 di Indonesia kecil2, hahaha.. untungnya mereka masih liat sisi plusnya: hewan2 kecil itu sangat well-trained.. hmm.. (bahkan hewan2 Indonesia pun friendly, gitu mungkin.. :))
Pingback: syarat menjadi ayah yang baik | SURAU INYIAK