Kaki Lobak

10 Mei

Ini adalah terjemahan langsung dari bahasa Jepang Daikon Ashi. Daikon = lobak. JANGAN …sekali lagi JANGAN membayangkan lobak di Indonesia. Lobak di Indonesia kurus kering, seperti wortel. Lobak di Jepang bESAAAAARRRR… maksudnya besar sih. diameternya aja lebih dari 5 cm, 10 cm itu normal. Karena besarnya (dan putihnya mungkin), sebutan kaki lobak diberikan kepada gadis yang betisnya besar. Betisnya besar juga gara-gara banyak jalan sih… bukan seperti saya yang banyak makan hahaha.

Nah kemarin kakiku yang sudah lobak, tambah menjadi lobak deh…(lobak raksasa) gara-gara berdiri 1 jam lebih di peron stasiun untuk menunggu kereta. Hari Jumat adalah hari “dinas”ku. Kebetulan ibu mertua yang tadinya punya rencana untuk berwisata dengan temannya, tidak jadi pergi, sehingga beliau bisa datang ke rumah untuk menunggu Kai di rumah sementara aku pergi. Jam 8 beliau datang, lalu jam 8:30 kita sama-sama jalan untuk mengantar Riku ke TK. Sekaligus mau memperkenalkan ibu mertua ke guru-guru di sana supaya kalau suatu waktu keadaaan memaksa, beliau bisa menjemput Riku (demi keamanan karena takut terjadi penculikan).

Jam 9:10 aku naik bus, diantar ibu mertua dan Kai di babycarnya. Duh aku selalu berat meninggalkan Kai….Waktu Riku mungkin karena terpaksa setiap hari kerja jadi hati sudah kebal ya? Naik kereta, ganti di Shinjuku dan masuk stasiun Odakyu di Shinjuku …jam 9:50…wow aku pikir tumben bisa cepat. BUT….

Ternyata kereta berhenti!! Rupanya ada kecelakaan teknis di suatu berbong kereta yang sedang berjalan, sehingga berhenti di atas rel dan menghalangi kereta lain yang akan lewat. Si kereta dengan 10 gerbong (mungkin) itu nangkring di atas rel di tengah jalan (jauh dari Shinjuku) dan tidak bisa kemana-mana. Dan katanya “tidak bisa bergerak sendiri” alias aliran listrik terputus. Duh aku bisa bayangkan kalau aku dalam kereta itu…pasti panik panik panikkk dan pingsan. Untung aku masih di peron menunggu kereta bergerak. Aku berdiri baris ke dua, dan UNTUNG (jawa bener ya..untung terus) aku berdiri di depan pilar sehingga bisa sandarkan badan sedikit ke pilar).

Tanpa bisa tahu kapan bisa bergerak, penumpang dalam kereta dan 180.000 penumpang lainnya yang akan naik kereta dari berbagai stasiun yang dilewati jalur itu, harus menunggu…dan menunggu. Memang diumumkan silakan pakai kereta lain. Tapi aku tidak biasa dan itu adalah kereta satu-satunya untuk pergi mengajar di univ senshu. Lagipula kalau aku pergi dengan cara lain, lalu tahu-tahu kereta bisa diperbaiki segera…aku akan kecewa dan pasti lebih terlambat lagi karena harus muter-muter dulu kemana-mana. Alhasil aku menunggu, berdiri di peron bersama penumpang lain. Demikian juga penumpang yang di dalam kereta menunggu kereta bergerak. Lewat Pengumuman di loudspeaker, kita diberitahu perkembangan setiap 2-3 menit dan permintaan MAAF. ( kalo di Indo ngga ada pengumuman kali yahh…duh kok pesismis sekali).

“Penumpang terhormat, telah terjadi gangguan teknis yang menyebabkan kereta xxxx berhenti di antara stasiun xxx dan xxx, sekarang sedang di periksa… Mohon maaf dan mohon sabar untuk menunggu….kami belum bisa memastikan kapan bisa bergerak, namun diperkirakan pukul 10:30 bisa bergerak”….
“Penumpang terhormat, ternyata kereta tersebut tidak bisa bergerak sendiri, sehingga butuh kereta lain yang akan mendorong kereta tersebut sampai stasiun xxxx. Dan perkiraan kami butuh waktu shg kami menyarankan untuk memakai jalur lain, kami akan mengembalikan uang tiket, harap hubungi petugas bla bla….”

10:30…. belum bisa bergerak…sudah berdiri 40 menit…dan semua penumpang sebelahku tetap berdiri, sambil telepon atau memabca koran. tapi mereka tetap bertahan. Aku mulai pikir, kalau aku tunggu terus, sekarang 10:30, pelajaran mulai 10:45… butuh waktu 20 menit ke sana dengan kereta express, dari stasiun 15 menit ke kelas… 35 menit…iya kalau smooth… pasti terlambat tapi pihak universitas kasih toleransi 30 menit terlambat, sesudah 30 menit dianggap libur kuliah. So, aku harus sampai 11:15 Kapan kereta bergerak?

10:40 masuk email dari murid..”sensei saya terlambat, masih di Machida, kereta berhenti…” oi oi padahal aku sudah kirim email duluan yg kasih kabar aku juga stuck. Akhirnya karena belum tahu kapan bergerak aku kirim email ke murid-murid lewat HP, “Maaf hari ini jam ke 2 libur…saya masih berdiri di peron, capek euy…”…. Sementara di loudspeaker aku dengar kereta diperkirakan akan bergerak jam 11, tapi itu masih menunggu kepastian dan setelah boleh jalan, yang berangkat duluan kereta lokal di peron 6, baru kereta express di peron 4…. Duh… jam 11 + 30 menit lewat dari batas toleransi terlambat…. dan saya masih berdiri di peron seperti orang bego, bersama penumpang lainnya. Padahal jam ke 3 baru akan mulai jam 1 siang. Aku cepat-cepat berangkat ke kampus hanya untuk makan siang sambil tunggu jam 1. Dan kaki sudah senut-senut. So…. jam 10:50 aku keluar stasiun , cari coffe shop untuk ngopi dan meregangkan otot kaki. Stupid… 1 jam berdiri padahal sudah tahu pasti tidak keburu. Aku benar-benar sudah ORANG Jepang. Kalau aku orang Indonesia pasti dari sejak pengumuman baru bergerak jam 10:30 pasti sudah mabur dari eki dan jalan-jalan menggunakan waktu…. shopping kek, cuci mata kek, ngopi atau makan es krim kek…. huh I am really a Japanese….

Akhirnya aku makan spaghetti dan berangkat jam 12 dari shinjuku untuk memberikan kuliah jam 1. Otsukaresamadeshita……
Photobucket
(mau foto betis ngga bisa…mana bisa foto betis sendiri hihihi…itu yang kuning bentol-bentol adalah garis bantu untuk tunanetra bahwa itu batas peron. pertama aku heran kok dimana-mana ada garis ginian..ternyata garis penuntun utk tuna netra. satu kata…HEBAT!!)

(pulang dari kuliah jam 4 aku sudah sampai di Kichijoji, sehingga bisa belanja daging dan ikan dalam 10 menit, masih sempat ke bank 5 menit, pilih dan beli sepatu 15 menit(karena sepatuku sudah hancur dan ibu mertua suruh beli sepatu karena memalukan katanya, mau dibayarin lagi hehehe…tapi aku tolak, kalau utk sepatu aja masih ada kok okasan)Lalu krn tinggal 20 menit utk jemput riku, naik taksi langsung ke TK. Malam jam 8 kita makan malam sama-sama krn gen bisa pulang cepat, lalu kita antar ibu ke yokohama) It was really a hectic day. Pek capek…

2 Replies to “Kaki Lobak

  1. ternyata bisa rusak juga yak :mrgreen:

    wah sekilas saya pikir kaki lobak saya yang bisa rusak hihihi. Ya, tentu saja barang-barang di Jepang yang terkenal canggih itu bisa rusak. Dan kelihatannya akhir-akhir ini cukup banyak. Tapi bagusnya di sini mereka mau mengakui (di Indo mungkin bilang “bukan salah saya”) dan cepat reaksinya (waktu 2 jam untuk pemindahan gerbong cukup cepat menurut saya) dan yang penting mereka mau MINTA MAAF….( negara kita? duhhhh lagi-lagi pesimis)….

  2. mbak, kalau di sini rasanya hampir nggak ada deh pengumuman keterlambatan kereta. kita mesti proaktif, tanya ke petugas. dan kadang petugasnya pun nggak bisa memberi jawaban yg jelas. 🙁

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *